Strategi Dan Pola Komunikasi “IUWASH” (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water Sanitation, and Hygiene dalam Menyalurkan Bantuan Masyarakat di Kecamatan Medan Belawan)

(1)

Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygine (IUWASH)

(Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi yang digunakan Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene Dalam Menyalurkan Bantuan

Masyarakat di Kecamatan Medan Belawan)

SKRIPSI

Diajukan Oleh: Nicky Afti Fatimah Barus

100904030

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : NICKY AFTI FATIMAH BARUS Nim : 100904030

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul : STRATEGI DAN POLA KOMUNIKASI “IUWASH” (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water Sanitation, and Hygiene dalam Menyalurkan Bantuan Masyarakat di Kecamatan Medan Belawan)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Yovita S. Sitepu, S.Sos, M.Si

NIP. 19801107006042002 NIP. 1962082819870122001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di- kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat)

maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum berlaku

Nama : NICKY AFTI FATIMAH BARUS NIM : 100904030

Tanda Tangan : ... Tanggal : 29 November 2014


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadiran Allah SWT, dimana ridho dan karunia-Nya peneliti dapat menjalankan proses penelitian ini dengan baik. Peneliti juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang tercinta (Alm) Pasti Sugesti Barus dan Ibu Hafsah. Walaupun alm Bapak sudah tiada, peneliti tetap mendoakan dan mengucapkan terima kasih atas bimbingannya selama ini hingga akhir hayatnya. Kepada Ibu sebagai orang tua tunggal yang telah mendidik, membimbing, dan menjaga peneliti sampai saat ini, peneliti mengucapkan sangat berterima kasih. Atas doa dan dukungannya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai. Skripsi ini berjudul “ Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygine (IUWASH) dalam menyalurkan bantuan terhadap masyarakat di Kecamatan Medan Belawan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sumatera Utara.

1. Bapak Prof. Dr. Baddarudin, Msi Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Yovita S. Sitepu S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirian untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, dukungan, perhatian serta kesebaran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Merupakan sebuah kebanggan peneliti dapat memiliki dosesn pembimbing yang seperti beliau.

5. Para dosesn dan staff di di Fakulitas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya pada Departemen Ilmu Komunikasi, yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan.


(5)

6. Kak Maya yang telah membantu peneliti dalam beberapa hal, serta Bapak Tangkas dan Staff di pendidikan lainnya.

7. IUWASH Sumatera Utara, khususnya pada Bapak Muhammad Yagi selaku Urban Sanitation dan Bapak Ricky Pasha selaku Communications Behaviour Change yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk membantu peneliti dalam pengumpulan data

8. Kepada Kak Nisa dan Ibu Ida selaku kader masyarakat di Kecamatan Medan Belawan yang telah membantu peneliti.

9. Kepada seluruh anggota keluarga Abang dan Kakak yang telah memberikan semangat serta keponakan Echa, Apip, dan Raifal yang selalu menghibur. 10.Sahabat dari masa sekolah hingga sekarang yang selalu mendukung peneliti

Suraiya, Puti, Sofia, Uke, Surya.

11.Teman baik yang selalu membantu dan mendukung peneliti Ellanda, Ipak Ayu, Launa dan seluruh teman stambuk 2010 Ilmu Komunikasi.

12.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, peneliti ucapkan terima kasih.

Semoga karunia Allah SWT dapat memberikan rahmat-Nya kepada kita semua dan seluruh pihak yang membantu peneliti. peneliti menyadari tulisan ilmiah ini masih belum sempuran dan masih membutuhakan perbaikan. Karena itu, demi kesempurnaan tulisan ini dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Peneliti juga berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu dimasa mendatang dan menjadi sumbangan pemikir untuk setiap pembacanya. Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih

Medan, 29 November 2014 Peneliti,


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi IUWASH dalam Menyalurkan Bantuan di Masyarakat Kecamatan Medan Belawan). Penelitian ini betujuan untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi yang berlangsung dalam program bantuan sehingga terbentuknya pola komunikasi dan untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan untuk menunjang keberhasilan komunikasi dalam menyalurkan bantuan ke masyarkat. pola komunikasi adalah rangkaian dari komponen-komponen komunikasi yang berlangsung dalam sebuah proses. Pada pola komunikasi yang terjalin ada hubungan dimana komponen satu sama lain saling berhubungan. Sedangkan, strategi komunikasi adalah perencanaan atau persiapan yang dipersiapkan oleh para komunikator untuk merancang sebuah komunikasi yang efektif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Model Komunikasi Dua Tahap ( Two Step Flow), Komunikasi Pembangunan, dan Komunikasi Kelompok. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dapat menggambarkan tujuan penelitian ini dan dinarasikan secara positivis, sehingga melalui penelitian ini dapat digambarkan bagaimana proses komunikasi yang berlangsung serta pengguanaan strategi komunikasi dalam mencapai komunikasi yang efektif. Pengumpulan data atau informasi melalui dua metode teknik pengumpulan data yang berupa, metode observasi dan metode wawancara. Peneliti juga menambah data lain melalui metode dokumentasi dan metode pengumpulan data melalui online. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa pola komunikasi IUWASH dalam menyalurkan bantuan di masyarakat adalah pola komunikasi yang seimbang. Hal tersebut dilihat dari proses komunikasi yang berlangsung diantara IUWASH, kader masyarakat, dan masyrakat calon penerima bantuan. Rangkaian proses komunikasi tersebut terjadi secara dua tahap dan berlangsung dua arah. Strategi yang digunakan IUWASH dalam mengomunikasikan program bantuan di masyarakat adalah strategi pada komunikasi pembangunan, yaitu komunikasi dan pengembangan kapasitas diri, menyempitkan jurang pemisah melalui redudansi, menanggulangi bias pro-literacy, memaksimalkan peran komunikator sebagai agen pembangunan, menyusun pesan berorientas kepada pembangunan

Kata Kunci:

Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene “IUWASH”, Kader dan Masyarakat, Pola Komunikasi, Strategi Komunikasi


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah ... 1

1.2Fokus Masalah... 11

1.3Tujuan Penelitian ... 11

1.4Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/ Paradigma ... . 13

2.2 Kajian Pustaka ... 15

2.2.1 Komunikasi ... . 15

2.2.1.1 Model Komunikasi ... 19

2.2.1.1.1 Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow) .... 20

2.2.1.1.2 Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow) .... 20

2.2.1.1.3 Komunikasi Banyak Tahap (Multi Step Flow Communications) ... 21

2.2.2 Komunikasi Pembangunan ... 22

2.2.2.1 Partisipasi dan Komunikasi Pembangunan ... 26

2.2.2.2 Strategi Baru Komunikasi Pembangunan ... 29

2.2.3 Komunikasi Kelompok ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 42

3.2 Objek Penelitian ... . 43

3.3 Subjek Penelitian ... 43

3.4 Kerangka Analisis ... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5.1 Penelitian Lapangan ... 46

3.5.1.1 Observasi ... 46

3.5.1.2 Wawancara ... 49

3.6 Teknik Analisis Data ... 50

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 51


(8)

3.6.3 Display Data ... 52

3.6.4 Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

4.1.2 Proses Penelitian ... 59

4.1.3 Profil Informan ... 61

4.1.4 Proses Komunikasi IUWASH dengan Kader Masyarakat ... 64

4.1.5 Proses Komunikasi Kader Masyarakat dengan Calon Penerima Bantuan ... 72

4.1.6 Strategi Komunikasi IUWASH ... 81

4.2 Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 111


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Kesimpulan Hasil Penelitian Pada Pola Komunikasi 66 4.2 Kesimpulan Hasil Penelitian Pada Strategi Komunikasi 78


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Analisis 36


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Surat Izin Penelitian

2 Pedoman Wawancara

3 Hasil Wawancara

4 Dokumentasi Penelitian

5 Biodata Penelitian


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi IUWASH dalam Menyalurkan Bantuan di Masyarakat Kecamatan Medan Belawan). Penelitian ini betujuan untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi yang berlangsung dalam program bantuan sehingga terbentuknya pola komunikasi dan untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan untuk menunjang keberhasilan komunikasi dalam menyalurkan bantuan ke masyarkat. pola komunikasi adalah rangkaian dari komponen-komponen komunikasi yang berlangsung dalam sebuah proses. Pada pola komunikasi yang terjalin ada hubungan dimana komponen satu sama lain saling berhubungan. Sedangkan, strategi komunikasi adalah perencanaan atau persiapan yang dipersiapkan oleh para komunikator untuk merancang sebuah komunikasi yang efektif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Model Komunikasi Dua Tahap ( Two Step Flow), Komunikasi Pembangunan, dan Komunikasi Kelompok. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dapat menggambarkan tujuan penelitian ini dan dinarasikan secara positivis, sehingga melalui penelitian ini dapat digambarkan bagaimana proses komunikasi yang berlangsung serta pengguanaan strategi komunikasi dalam mencapai komunikasi yang efektif. Pengumpulan data atau informasi melalui dua metode teknik pengumpulan data yang berupa, metode observasi dan metode wawancara. Peneliti juga menambah data lain melalui metode dokumentasi dan metode pengumpulan data melalui online. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa pola komunikasi IUWASH dalam menyalurkan bantuan di masyarakat adalah pola komunikasi yang seimbang. Hal tersebut dilihat dari proses komunikasi yang berlangsung diantara IUWASH, kader masyarakat, dan masyrakat calon penerima bantuan. Rangkaian proses komunikasi tersebut terjadi secara dua tahap dan berlangsung dua arah. Strategi yang digunakan IUWASH dalam mengomunikasikan program bantuan di masyarakat adalah strategi pada komunikasi pembangunan, yaitu komunikasi dan pengembangan kapasitas diri, menyempitkan jurang pemisah melalui redudansi, menanggulangi bias pro-literacy, memaksimalkan peran komunikator sebagai agen pembangunan, menyusun pesan berorientas kepada pembangunan

Kata Kunci:

Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene “IUWASH”, Kader dan Masyarakat, Pola Komunikasi, Strategi Komunikasi


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah

Pembangunan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Pembangunan diharapkan menjadi alat bantu bagi masyarakat untuk hidup yang lebih baik. Pembangunan juga dianggap sebagai perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa.

Program bantuan sosial menjadi jaminan sosial bagi masyarakat terutama terhadap masyarakat yang hidup didalam kemiskinan. hal tersebut sudah menjadi jaminan bagi pemerintah dalam mensejahterakan masyarakatnya yang hidup dibawah rata-rata agar masih bisa memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (Basic Living Needs). Program bantuan bersifat hibah atau kompensasi dengan memanfaatkan sumber dana yang didapat individu, kelompok masyarakat maupun pemerintah. Bantuan sosial yang datang tidak hanya dari pemerintah maupun masyarakat Indonesia, melainkan banyak bantuan yang diberikan oleh negara lain. Bentuk- bentuk bantuan tersebut merupakan bantuan yang bertujuan untuk meningkat ekonomi masyarakat, pendidikan, lingkungan hidup dan lainnya.

Masalah dalam pengelolaan lingkungan hidup pada umumnya dianggap merupakan domain (wilayah) orang-orang eksakta, khususnya biologi dan fisika (Aditjonoro, 2003: 224). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa yang hanya peduli dengan keadaan lingkungan hanya orang-orang yang menguasai bidang pengetahuan alam. Seharusnya semua lapisan masyarakat harus memahami mengenai lingkungan tidak terkecuali orang-orang yang tidak dalam bidang eksakta. Permasalahan yang terjadi mengenai lingkungan yang tidak terjaga harus mampu menyadarkan masyarakat bahwa memiliki pengetahuan dalam menjaga lingkungan yang baik itu harus diterapkan. Ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan berdampak terhadap banjir, kesehatan dan kerusakan pada alam. Kasus yang sering kali muncul akibat rusaknya lingkungan adalah banjir. Banjir selain akibat dari penebangan pohon


(14)

didaerah pegunungan juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti pembuangan sampah ke sungai dan parit yang mengakibatkan tidak jalannya fungsi drainase diwilayah tersebut. Permasalahan terhadap lingkungan harus menjadi sorotan bagi pemerintah, terutama bagi dinas atau departemen yang bergerak dalam bidang kebersihan dan lingkungan hidup. Masyarakat yang hidup dalam lingkungan tidak bersih lebih mudah mengalami gangguan pada kesehatan, terutama masyarakat yang mengonsumsi air dengan kualitas tidak baik. Masalah kerusakan pada alam juga dapat berdampak pada kurang baiknya kualitas air. Air merupakan kebutuhan sehari-hari bagi makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Saat ini air tidak lagi menjadi sebuah barang yang murah dan mudah didapatkan, melainkan setiap orang yang ingin mengonsumsi air harus membayarnya dengan biaya yang cukup mahal. Hal tersebut terjadi karena sulitnya air dengan kualitas yang baik untuk didapatkan. Kualitas air yang ada di sungai maupun sumber mata air lainnya tidak lagi dalam keadaan baik. Air yang mengalir disungai tidak lagi jernih melainkan keruh dan bau.

Masyarakat yang mengalami krisis air harus memasang pipa air leding untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Biaya yang dibutuhkan untuk menyambung pipa air cukup mahal untuk kalangan masyarakat yang tidak mampu. Penghasilan masyarakat yang rendah membuatnya sulit untuk membayar iuran tiap bulannya. Cukup banyak wilayah yang masih sulit mendapatkan air dikeranakan tidak adanya biaya untuk pendaftaran pemasangan pipa air. Permasalahan yang sedang terjadi dikalangan masyarakat harus menjadi perhatian penting bagi siapapun. Permasalahan terhadap lingkungan dan air harus menjadi sorotan bagi pemerintah, terutama bagi dinas atau departemen yang bergerak dalam bidang tersebut. Keberadaan dinas-dinas pemerintahan yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup masih belum mampu membantu dan mengajak masyarakat untuk meningkatkan pola hidup bersih dan menjaga kualitas air. Kehadiran lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta dibutuhkan untuk lebih meningkatkan minat masyarakat agar mau menjaga kualitas air dan menjaga lingkungan sekitar


(15)

USAID atau United States Agency For International Development adalah sebuah lembaga federal Amerika Serikat yang independen dan mempunyai misi dalam mengelolah bantuan kemanusiaan dan ekonomi bagi negara-negara asing. Termasuk juga dalam memberi bantuan kemanusiaan dalam bidang lingkungan. Program baru dalam bentuk bantuan tersebut dilaksanakan dalam Program IUWASH. IUWASH atau Indonesian Urban Water, Sanitation, and Hygiene merupakan program dari USAID untuk membantu pemerintah indonesia dalam meraih kemajuan untuk mencapai target Milenium Development Goals melalui perluasan terhadap akses air minum dan layanan sanitasi yang aman. Program IUWASH ini dijalankan pada 54 kota atau kabupaten di Indonesia dan termasuk di Sumatera Utara. Yang menjadi kota tujuan dari pelaksanaan program ini di Sumatera Utara adalah Medan, Tebing Tinggi, Tanjung Balai dan Binjai. Di beberapa kota yang ada di Sumatera Utara program ini sudah mulai terlaksana seperti dikota Medan tepatnya di Belawan-1. Pada kecamatan Belawan-1, IUWASH sudah menjalankan program pemberian tangki septik untuk buang air serta pemberian pemasangan pipa air gratis. Begitu juga dibeberapa kota lain lainnya seperti tanjung balai dan tebing tinggi.

IUWASH atau Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene membantu program pemerintah indonesia dalam menigkatkan kapasitas hidup yang lebih baik lagi, terutama dalam sektor air bersih dan sanitasi. IUWASH sendiri membantu pemerintah dalam menjembatani antara bantuan pemerintah untuk masyarakat yang layak mendapatkannya. IUWASH memiliki program yang bertujauan untuk mensejahterakan lingkungan hidup masyarakat. adapun program-program yang dilaksanakan adalah: (iuwash.or.id)

1. Peningkatan Kebutuhan

Memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah yang sangat membutuhkan air minum sehat dengan harga terjangkau. Dan mengupayakan masyarakat agar bekerja sama dengan PDAM untuk dapat mengakses air bersih yang lebih terjangkau.


(16)

Menyediakan pasokan air dan layanan sanitasi yang lebih luar serta dalam jangka yang panjang

3. Lingkungan Pendukung 4. Hibah

USAID mengadakan program IUWASH sebagai program selanjutnya setelah ESP. Pada program terbaru ini IUWASH ingin berupaya mengubah pola hidup bersih masyarakat dari yang tidak cukup baik menjadi lebih baik lagi. Upaya tersebut dilakukan dengan membuat program bantuan terhadap masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan di bawah rata-rata dan berdomisili diwilayah pinggiran laut dan sungai. Upaya bantuan yang diberikan IUWASH terhadap masyarakat miskin merupakan salah satu wujud bantuan untuk meningkatkan pembangunan terhadap masyarakat yang lebih baik lagi. Program IUWASH berkonsentrasi pada air, sanitasi dan perilaku hidup bersih. Pada program ini IUWASH berupaya untuk membantu masyarakat yang masih bermasalah dengan air, sanitasi dan perilaku hidup bersih.

Kehadiran IUWASH dalam upaya membantu pemerintah indonesia merupakan kabar baik bagi masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan untuk hidup yang lebih baik lagi. Kehadiran IUWASH didalam masyarakat menjadi perhatian penting, diharapkan lembaga asing ini mampu mensosialisasikan segala bentuk bantuan yang akan disalurkan. Dari beberapa informasi yang didapatkan dari masyarakat, mereka cukup terbantu dengan bantuan yang diberikan oleh lembaga federal Amerika ini. Pada program yang sebelumnya, masyarakat dibeberapa kecamatan dikota Medan terbantu dengan upaya pemberian bantuan terhadap pipa air bersih. Masyarakat di kecamatan tersebut sudah tidak perlu kesulitan lagi untuk mendapatkan air dan tidak mengeluarkan uang yang banyak untuk mendapatkan air. Bantuan diberikan IUWASH bukan hanya berbentuk materil melainkan bantuan yang diberikan IUWASH juga dalam bentuk pengetahuan yang dapat mengubah pola berpikir masyarakat. Selain mempunyai tujuan dalam upaya memberikan hidup baik lagi, IUWASH juga berupaya untuk mengubah perilaku hidup bersih masyarakat.


(17)

Bantuan terhadap air tersebut cukup mangatasi masalah bagi masyarakat yang kekurangan air, dengan adanya bantuan pemasangan pipa air gratis tersebut membantu masyarakat yang berpenghasil rendah. Tidak hanya air, saat ini IUWASH juga sudah memberikan bantuan terhadap masyarakat dalam bentuk perbaikan sanitasi. Permasalahan pada bidang sanitasi kerapkali dialami oleh mereka yang bermukin dipinggiran sungai maupun laut. Jarang dari rumah yang mereka tinggali memiliki tempat pembuangan air atau sepsitenk. Beberapa rumah yang ada diwilayah tersebut pada umumnya membuang air langsung jatuh kesungai ataupun laut. Hal tersebut merupakan faktor yang menjadi kerusakan pada lingkungan terutama kehidupan yang ada disungai maupun laut. Oleh sebab itu bantuan khusus untuk program sanitasi diberikan pada masyarakat yang bermukim dipinggiran laut dan sungai.

Kehadiran lembaga yang dibentuk oleh negara-negara asing menimbulkan pro dan kontra bagi masyarakat. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa segala bentuk bantuan yang diberikan oleh negara asing seperti Amerika merupakan sebagai salah satu kepentingan dari negara tersebut baik itu kepentingan politik ataupun ekonomi. Keberadaan Amerika di Indonesia selalu dipandang negatif oleh beberapa masyarakat Indonesia. Citra Amerika sebagai negara adikuasa dianggap bertujuan untuk menguasai Indonesia dengan memberikan segala bentuk bantuan yang disumbangkannya terhadap negara-negara bagian lain. Untuk meyakinkan masyarakat agar mau menerima bantuan dari negara asing tidak mudah dan harus ada diciptakannya atau dibentuk sebuah strategi sebagai alat untuk menyakinkan masyarakat agar mau berpartisipasi untuk menjalankan sebuah program.

USAID atau United States dalam programnya IUWASH, harus mampu menciptakan interaksi yang baik bagi sesama karyawan ataupun dengan masyarakat yang menjadi sasaran mereka. Interaksi tersebut terjadi dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang. Onong Uchjana mengatakan komunikasi pada hakitkatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi sosial


(18)

orang-orang dalam masyarakat; termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi (Bungin, 2006: 31)

Pada mulanya, komunikasi hanya terdapat pada masyarakat kecil, kelompok orang yang hidup berdekatan yang merupakan satu unit politik. Tetapi sekarang, akibat dari kecepatan media informasi dan kompleksnya berbagai macam hubungan, maka komunikasi telah menjadi masalah semua orang. Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul. Dalam sebuah komunikasi ada proses yang berlangsung, untuk mencapai keberhasilan dari proses tersebut harus ada strategi yang dipersiapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu strategi harus memiliki tujuan yang jelas, orientasi yang mantap, didukung oleh kebijaksanaan perencanaan dan program yang mampu mencerminkan situasi, dan juga mampu menjaga keterpaduan untuk dapat mencapai sasaran strategi dengan baik.

Proses komunikasi juga dianggap sebagai proses pembentukan nilai-nilai. Pada kegiatan komunikasi yang diadakan, maka sekaligus nilai-nilai dioperkan, yaitu melalui persuasi. Pengoperan nilai-nilai ini dapat berarti terjadinya penyebaran dari nilai-nilai standard ataupun norma-norma suatu kelompok yang sudah berlaku, ataupun berupa penyebaran niali-nilai baru. Hal ini terjadi sekaligus pada saat kegiatan komunikasi mau tidak mau menggunakan dan berjalan sesuai dengan nilai-nilai masyarakat yang berlaku (Susanto, 1974: 432)

Berbagai proses komunikasi dalam masyarakat terkait dengan struktur dan lapisan (layer) maupun ragam budaya dan proses sosial yang ada di masyarakat tersebut, serta tergantung pula pada adanya pengaruh dan khalayaknya, baik secara individu, kelompok, ataupun masyarakat luas. Penggunaan komunikasi kerap kali diperlukan dalam beberapa bidang seperti penyuluhan terhadap pertanian, keluarga berencana dan bidang lainnya, tidak terkecuali komunikasi juga diperlukan dalam bidang


(19)

pembangunan infrastruktur dalam masyarakat. Komunikasi bertujuan menciptakan perubahan sosial yang dianggap baik atau bermanfaat oleh mereka yang terlibat dalam situasi komunikasi. Hasil yang diinginkan adalah ialah perubahan sosial yang terarah, artinya diarahkan pada tujuan hidup bermasyarakat yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai spiritual, moral, etik, dan estetika yang didambakan oleh suatu bangsa atau masyarakat. Komunikasi berlangsung karena ada unsur-unsur yang mendukung komunikasi tersebut. Beberapa unsur komunikasi yang mendukung berjalannya sebuah proses komunikasi terdiri dari komunikator, pesan, komunikan, saluran atau media, dan efek atau dampak. Beberapa unsur tersebut merupakan rangkaian penting dari berjalannya sebuah proses komunikasi. Rangkaian proses komunikasi tersebut dapat menjadi sebuah pola, model, dan bentuk-bentuk proses komunikasi. Komunikasi yang berlangsung pada setiap individu baik secara pribadi ataupun komunikasi kelompok terdapat rangkaian tahapan bagaimana pesan yang dikirim oleh komunikator dapat diterima oleh komunikan. Pola komunikasi harus menjadi perhatian penting dalam keberlangsungan penyampaian informasi. Penggunaan pola komunikasi yang baik diharapkan proses penyampaian informasi dapat berlangsung menjadi lebih baik lagi. Pola komunikasi seringkali digunakan dalam komunikasi antarpribadi. Pola komunikasi tidak hanya menjadi lingkup penting dalam komunikasi antarpribadi tetapi pola komunikasi juga harus diterapkan dalam bentuk komunikasi lainnya. Salah satunya dalam komunikasi kelompok.

Jika pola komunikasi sebagai rangkaian untuk berlangsungnya komunikasi, maka strategi juga diperlukan dalam sebuah perencanaan pembangunan. Dalam pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat banyak perencanaan yang harus diperhatikan oleh lembaga yang melaksanakan program tersebut. Strategi dalam hal komunikasi menjadi perhatian penting dalam program bantuan terhadap masyarakat. Pada saat ini strategi menjadi perhatian penting bagi orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam bidang apapun. Dengan mempersiapkan komunikasi yang baik diharapkan dapat membantu setiap orang dalam mencapai tujuannya. Penggunaan strategi komunikasi pada saat ini tidak hanya digunakan untuk kegiatan yang cukup besar, tetapi mempersiapkan strategi komunikasi bisa terjadi dalam hal apa saja. Seperti pada saat


(20)

seseorang ingin tampil menyampaikan sebuah pidato di depan umum ia harus mempersiapkan strategi komunikasi yang baik agar pidatonya berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu jika strategi komunikasi digunakan dalam acara biasa saja atau kegiatan kecil bagaimana dalam kegiatan besar lainnya, terutama yang mencakup khalayak cukup banyak.

Setiap kegiatan memberikan bantuan terhadap masyarakat lembaga atau pihak yang terlibat harus menyiapkan proses dan tahapan dalam menyalurkan bantuan tersebut. Bantuan yang diberikan IUWASH tidak seperti bantuan lainnya, yang pembagiannya tidak memerlukan proses yang cukup panjang. IUWASH mempersiapkan strategi untuk melaksanakan perencanaan pembangunan tersebut. Didalam tahapan tersebut diperlukannya sebuah proses komunikasi yang mendukung. beberapa kasus seperti dalam proyek Masagana 99, proyek basic village education, dan proyek lainnya seperti keluarga berencana, membutuhkan yang namanya komunikasi. dalam kasus proyek Masagana 99, proyek ini bertujuan dalam upaya meningkatkan produksi beras dengan memberikan kredit untuk para petani dan proyek ini mulai dirintis pada tahun 1971-1973 dan mulai berjalan sampai sekarang. Salah satu faktor pendukung keberhasilan proyek ini merupakan adanya penggunaan dukungan media seperti radio, komik, brosur, selebaran, bulletin, majalah, surat kabar, komunikasi antarpribadi, dan media lainnya (Nasution, 1998: 174-175). Ini menunjukkan bahwa penggunaan komunikasi dalam melaksanakan sebuah program itu penting. Didalam aktivitas-aktivitas yang didukung komunikasi mendorong jenis masyarakat tertentu untuk berpartisipasi dalam proyek, dan membantu menjamin bahwa proyek yang dimaksud akan menghasilkan sumbangan yang positif. Ini menjelaskan selain penggunaan komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kegiatan, komunikasi juga mempunyai peranan penting dalam membina hubungan dengan masyarakat.

Penggunaan komunikasi dalam program IUWASH akan membantu karyawan tersebut dalam membina hubungan baik dengan masyarakat. Tidak hanya membantu hubungan baik dengan masyarakat didalam program IUWASH, karyawan juga harus membina hubungan baik dengan pemerintah atau SKPD agar dapat memperoleh kerja


(21)

sama yang baik untuk pencapaian tujuan. Selain memiliki manfaat untuk menjalin hubungan, komunikasi juga diharapkan dapat menciptakan perubahan sosial. Proses komunikasi antara IUWASH dengan masyarakat diharapkan dapat membantu IUWASH untuk menciptakan perubahan sosial dalam masyarakat. Terutama dalam hal kesehatan, dengan penggunaan komunikasi yang baik dan benar diharapkan dapar mengubah pola perilaku masyarakat agar dapat mengerti betapa pentingnya menjaga lingkungan bersih demi kesehatan

Komunikasi yang diciptakan haruslah komunikasi yang efektif sehingga tidak ada salah paham antar pimpinan dengan karyawan atau karyawan dengan masyarakat. Pola komunikasi perlu diterapkan dalam perencanaan program oleh organisasi atau lembaga. Dukungan komunikasi menjadi salah satu faktor yang diharapkan mampu menyukseskan sebuah program. Terutama dalam program bantuan yang bermanfaat untuk pembangunan. Tidak hanya membutuhkan komunikasi antara karyawan dengan pemerintah, tetapi juga diperlukan proses komunikasi antara karyawan dengan masyarakat yang akan menjadi objek perencanaan program. Fungsi komunikasi dilihat secara sosiologis ialah saling mengakrabkan, bahkan meningkatkan intergrasi sosial masing-masing, melalui peningkatan berbagai keterampilan sosial (social skills) (Susanto-Sunario: 1995: 109). Selain komunikasi mempunyai peranan dalam proses penyampaian informasi bagi orang yang terlibat dalam proyek tersebut, komunikasi juga mempunyai peran untuk membantu menciptakan lingkungan manusiawi (human enviroment) yang diperlukan untuk berhasilnya suatu proyek atau program pembangunan. Dalam konteks pembangunan komunikasi mendapatkan tempat yang lebih penting lagi, karena pembangunan melibatkan demikian banyak manusia dan bukan beberapa orang saja, proses bersama ini hanya mungkin berlangsung bilamana terjadi komunikasi di antara para peserta pembangunan itu. Pembangunan bukan hanya membutuhkan teknologi dan modal, melainkan lebih besar dari itu, ia membutuhkan pengertian, proses kesadaran dan dukungan masyarakat.

Sebagai salah satu provinsi tujuan dalam program IUWASH, dibeberapa wilayah Sumatera Utara sudah mendapatkan bantuan-bantuan dari lembaga federal Amerika ini. Seperti di kota Medan, Tebing Tinggi, dan Tanjung Balai masyarakat dibeberapa


(22)

kecamatan kota tersebut sudah mendapatkan bantuan dan mulai merasakan manfaat dari bantuan tersebut. Bantuan yang diberikan tidak hanya berhenti disitu saja, melainkan ada program selanjutnya yang dilakukan IUWASH yakni program perubahan perilaku hidup bersih dalam masyarakat di beberapa wilayah Sumatera Utara. Program perilaku hidup bersih ini untuk melihat peningkatan dan perubahahan dalam masyarakat dalam menjalankan program hidup bersih seperti tidak lupa mencuci tangan dengan sabun dan memanfaatkan tangki septik yang disumbangkan untuk tempat pembuangan air.

IUWASH sebagai lembaga yang membantu permasalahan lingkungan maupun masalah terhadap perilaku hidup bersih menarik perhatian bagi peneliti. Masih banyak masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan yang mereka tinggalin dan masih ada juga yang tidak mengerti bagaimana pola hidup bersih yang baik. Dengan munculnya lembaga ini membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk mendapatkan air dan pelayanan sanitasi serta membantu masyarakat untuk berperilaku hidup bersih. Selain itu untuk mengubah perilaku hidup bersih dalam masyarakat ada interaksi atau sosialisasi yang dilakukan oleh IUWASH. Dan untuk menyalurkan bantuan ini terhadap masyarakat yang cukup luas dengan penghasilan dan pengetahuan yang rendah IUWASH membutuhkan strategi yang tepat dan proses komunikasi yang baik untuk mencapai tujuan yaitu mengubah pola hidup bersih. Maka oleh sebab peneliti ingin meneliti bagaimana strategi dan pola komunikasi yang IUWASH gunakan untuk menyalurkan bantuan terhadap masyarakat.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian penjelasan konteks masalah, maka dapat dikemukakan permasalahannya merupakan “Bagaimanakah Startegi dan Pola Komunikasi yang digunakan IUWASH ( Indonesian Urban Water, Sanitation, and Hygiene) dalam menyalurkan bantuannya terhadap masyarakat di Kota Medan.

1.3Tujuan Penelitian


(23)

1. Untuk mengetahui fungsi komunikasi dalam program bantuan IUWASH

2. Untuk mengetahui strategi dan pola komunikasi yang digunakan IUWASH (Indonesian Urban Water, Sanitation, and Hygiene) dalam menyampaikan bantuan terhadap masyarakat binjai.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai strategi dan pola komunikasi dalam upaya bantuan masyarakat untuk pembangungan yang lebih baik lagi 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi FISIP USU untuk meningkatkan hubungan yang lebih baik lagi dengan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang sosial.

3. Secara praktis, penelitian ini sebagai sumbangan kepada pihak-pihak lain atau lembaga yang bergerak dalam bidang yang sama terutama dalam bidang bantuan terhadap masyarakat agar dapat memahami bagaimana perencanaan yang baik dalam menjalankan sebuah program.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/ Paradigma

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma (Moleong, 2005: 49). Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu dan teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian. Pada umumnya paradigma diartikan sebagai cara atau sudut pandang yang dipakai oleh seseorang atau satu kelompok dalam melihat, memandang, atau mendekati suatu gejala yang ada dan atau yang muncul dalam masyarakat. Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitan kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal diantaranya, (1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif dan (2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan objek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitatif lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu objek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivisme.


(25)

2.1.1 Paradigma Positivisme

Positivik atau dikenal dengan sebutan “Positivisme logis” adalah aliran dari paradigma pemikiran dalam filsafat yang menjelaskan mengenai gejala sosial, yang kebenarannya hanya dapat diuji dengan pengamatan ilmiah. Paradigma positivisme dinyatakan sebagai paradigma tradisional, eksperimental, atau paradigma emprisistis yang dikembangkan oleh para ahli sosiologi. Auguste Comte adalah orang pertama kali yang menggunakan istilah “positivism” dalam bukunya The Course Of Positive Philosophy yang diterbitkan pada tahun 1838 (Silalahi, 2009: 68).

Auguste Comte sering disebut sebagai “Bapak Positivisme” karena aliran filsafat yang didirikannya disebut sebagai “positivisme”. Arti positif bagi Auguste Comte adalah nyata, tidak khayak. Ilmu pengetahuan harus nyata dan bermanfaat serta diarahkan untuk mencapai kemajuan. Oleh sebab itu Comte mengartikan positif itu adalah nyata. Disebut ilmu pengetahuan positif apabila pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata tanpa ada halangan pertimbangan lainnya. Ini dapat dilakukan dengan mengukur isinya yang positif dan kebenaran positif, seperti yang dilakukan dalam pengamatan sosial kontemporer. Metode positif Auguste Comte menempatkan akal pada tempat yang sangat penting. Ia menolak anggapan bahwa manusia disebut sebagai “animal rational”. Hanya manusialah yang mampu memakai akalnya untuk mengubah tingkah laku dan perbuatannya dalam menyesuaikan diri dengan alam sekitar (Mantra, 2004: 22).

Di pemikiran positivisme, tiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan untuk menemukan hukum-hukum seragam melalui ilmu pengetahuan positivis. Dalam pelaksanaan penelitian, hasil penelitian yang menggunakan pendekatan positivisme dianggap sebagai fakta objektif, sebagai data yang tidak diganggu oleh value judgements dan idelogy dari para ahli. Hasil observasi menggunakan kriteria-kriteria objektif tertentu yang dapat dikonfirmasi oleh ahli lain. Akurasinya dapat diperiksa melalui replikasi, yaitu melalui repetisi dari satu seri pengamatan atau eksperimen dibawah kondisi yang sama. Dari sust pandang positivis, metode-metode dan asumsi dapat diterapkan untuk perilaku


(26)

manusia. Observasi-observasi perilaku berdasarkan pengukuran objektif akan membuatnya mungkin menghasilkan pernyataan sebab dan akibat. Teori kemudian dapat dipikirkan untuk menjelaskan perilaku yang diobservasi. Positivisme juga menggarisbawahi penegasannya bahwa hanya bahasa observasioanal yang menyatakan informasi faktual, sementara pernyataan-pernyataan dalam bahasa teoritis tidak mempunyai arti faktual sampai pernyataan-pernyataan itu diterjemahkan ke dalam bahasa observasional dengan kaidah-kaidah korespondensi ( Silalahi,2009: 72-73)

Secara epistimologis paradigma ini adalah dualisme dan objetivism. Dualisme karena peneliti dan objek kajian terpisah dan independen satu sama lain. Dan objektifitas karena antara peneliti dan yang diteliti tidak saling mempengaruhi. Penelitian dilakukan seolah-olah hanya satu arah, tidak ada interaksi antara keduanya jadi tidak ada keraguan bahwa sistem nilai yang dianut para peneliti akan mempengaruhi objek kajian, begitu juga sebaliknya. Asusmsi aksiologis positivisme adalah value free: artinya, artinya hubungan antara peneliti dengan objek kajian, individu atau komunitas adalah beebas nilai, maksudnya bahwa sistem nilai yang dianut oleh peneliti harus tidak memepengaruhi penelitian yang sedang dilakukan, begitu pula sistem nilai yang dibawa oleh responden (objek kajian), tidak mempengaruhi kegiatan penelitian, dengan demikian hasil penelitian adalah objektif. Dan asumsi metodologi positivism adalah experimental dan manipulatif: pertanyaan dan atau hipotesi diformulasikan sebelum pengumpulan data, mengikuti setting natural science yang mengikut.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Para ahli mendefenisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing. Hoveland mendefenisikan komunikasi sebagai “ The process that makes common to or several what was the monopoly of one or some”. (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau


(27)

lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang) (dalam Fajar, 2009: 31-32)

Harold Laswell juga mendefenisikan komunikasi berdasarkan pertanyaan yang dapat menjawab bagaimana proses komunikasi berlangsung. Pertanyaan yang dikemukakan Laswell sebagai berikut: Who Says what In Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana (Wiryanto, 2005: 5-6). Berdasarkan pertanyaan yang dibuat oleh Laswell, pertanyaan tersebut diharapkan dapat menjadi defenisi komunikasi organisasi yang mudah dimengerti. Dengan kata lain komunikasi adalah sebuah proses pengiriman pesan dari komunikator (Pengirim) kepada komunikan (penerima) melalui media atau saluran untuk mendapatkan pengaruh atau dampak dari pesan yang diterima.

Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya dan sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal (Cangara, 2007: 5). Komunikasi pada dasarnya dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan. Peristiwa komunikasi dapat berlangsung tidak saja dalam kehidupan manusia, tetapi juga dalam kehidupan binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk-makhluk hidup lainnya. Namun demikian, objek pengamatan dalam komunikasi difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi dalam konteks hubungan antarmanusia atau komunikasi antarmanusia (human communication) (Ardianto dan Harun, 2011: 19).

Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur tersebut juga bisa disebut sebagai komponen atau elemen komunikasi. Setiap peristiwa komunikasi dalam tingkat apapun, apakah komunikasi


(28)

massa ataupun komunikasi antarpribadi akan melibatkan elemen komunikasi. Berikut ini adalah beberapa unsur atau elemen yang penting dalam komunikasi.

1. Komunikator

Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan, yaitu dimana gagasan, ide atau pikiran berasal, yang kemudian disampaikan kepada pihak lainnya, yaitu penerima pesan. Sumber atau pengirim pesan sering dikenal dengan komunikator. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sngat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Komunikator bisa jadi adalah individu, kelompok, bahkan organisasi.

2. Pesan

Pesan memiliki wuj ud (physical) yang dapat dirasakan dan diterima indra. Dominick mendefenisikan pesan sebagai the actual physical product that the source encodes (produk fisik aktual yang telah diendkoding sumber. Pesan sering kali dianggap sebagai informasi yang sed ang dibicarakan oleh pengirim dengan penerima. Pesan dalam komunikasi bisa disampaikan dalam bentuk bahasa verbal ataupun nonverbal.

3. Saluran

Saluran atau channel adalah jalan yang dilalui pesan untuk sampai pada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau channel. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram.

4. Komunikan atau penerima.

Penerima atau komunikan atau sering disebut juga audiens adalah sasaran atau target dari pesan. Penerima dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga, atau bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.


(29)

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. Setiap penjelasan beberapa unsur diatas menjelaskan bahwa unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan unsur tersebut saling tergantung satu sama lain. Artinya, tanpa keikutsertaan unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.

Selain didukung oleh unsur- unsur atau elemen penting dalam komunikasi, komunikasi juga memiliki fungsi dan tujuan. Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu, seperti: apa yang akan kita makan pagi hari, apakah kita akan kuliah atau tidak, bagaimana belajar akan menghadapi tes. Sebagian keputusan ini dibuat setelah berkonsultasi dengan orang lain. Sebagian keputusan bersifat emosional, dan sebagian lagi berdasarkan pertimbangan yang matang. Komunikasi selalu menjadi kegiatan yang penting untuk setiap orang tidak terkecuali pada saat apapun. Komunikasi juga dapat berfungsi untuk pembentukan diri seseorang. Dengan berkomunikasi kita dapat mengenal atau memandang diri kita sendiri melalui orang lain dengan cara saling berkomunikasi. 2.2.1.1 Model Komunikasi

Model atau representasi dari suatu fenomena dengan menonjolkan unsur-unsur penting dari fenomena tersebut. Menurut Littlejohn, dalam pengertian luas model menunjuk pada setiap represntasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan ide. Dengan demikian model dapat diartikan sebagai representasi dari suatu peristiwa komunikasi. Model komunikasi digunakan untuk menjelaskan proses komunikasi sehigga terlihat rangkaian aktivitas transaksi komunikasi mulai dari yang sifatnya


(30)

statis hingga ke yang sifat dinamis. Melalui model-model komunikasi dapat dilihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi. Menurut ahli komunikasi, Gordon Wiseman dan Larry Barker, model komunikasi mempunyai tiga fungsi yaitu (Fajar, 2009: 89-90) :

1. Melukiskan proses komunikasi. 2. Menunjukkan hubungan visual.

3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan informasi

Model- model komunikasi memberikan gambaran tentang struktur dan hubungan fungsional dari unsur atau faktor yang ada dalam suatu sistem. Melalui model kita akan dapat memahami dengan lebih mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi da ri unsur yang terlibat dalam proses komunikasi,baik dalam konteks individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok atau organisasi maupun dalam konteks komunikasi dengan masyarakt secara luas (Fajar, 2009: 90).

Ada beberapa jenis model komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada peneriman, yaitu komunikasi satu tahap, komunikasi dua tahap, dan komunikasi tahap ganda.

2.2.1.1.1 Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow)

One step flow communications atau komunikasi satu tahap merupakan proses dimana komunikator dapat mengirim pesan (sesuai dengan tujuan instansinya) langsung kepada komunikan/masyarakat , sehingga akan timbul kemungkinan terjadi proses komunikasi satu arah (tidak ada respon dari masyarakat) atau proses komunikasi dua arah (adanya umpan balik dari masyarakat). Dalam hal ini petugas atau komunikator harus dapat membedakan pesan-pesan yang disampaikan dengan cara komunikasi satu tahap (Widjaja, 1986: 89). Model ini menyatakan bahwa media massa sebagai saluran komunikasi langsung berpengaruh pada audiens, tanpa membutuhkan peranan para pemuka pendapat sebagai penyebar informasi. perbedaan


(31)

antara model jarum hipodermis dengan model komunikasi satu tahap terletak pada kenyataan bahwa (Depari dan MaCandrews, 1988: 20)

2.2.1.1.2 Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow)

Model komunikasi dua tahap merupakan salah satu model komunikasi yang digunakan untuk menjangkau masyarakat atau massa yang cukup banyak. Lazarsfeld dan Menzel menyatakan:

“Studi yang mereka lakukan mencoba untuk mengetahui seberapa jauh mass media berperan dalam perubahan. Hasilnya mengejutkan,mengingat bahwa pengaruh media massa kecil sekali. Orang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antar pribadinya dalam menentukan keputusan politiknya daripada dipengaruhi oleh mass media (media massa)”

Pernyataan yang diungkapkan oleh Lazarsfeld dan Menzel membuktikan bahhwa penggunaan media massa masih belum menjamin orang lain untuk menentukan keputusan melainkan komunikasi yang digunakan secara pribadi dapat lebih memudahkan seseorang untuk menentukan keputusan. Model komunikasi dua tahap merupakan salah satu cara atau proses yang digunakan oleh seseorang yang memiliki kepentingan untuk menyampaikan informasi selain menggunakan media massa.

Model komunikasi dua tahap ini , dalam prosesnya mengalami beberapa tahap, yakni: tahap pertama, dari sumber informasi kepemuka pendapat, tahap ini merupakan proses pengalihan informasi; tahap kedua dari pemuka pendapat dilanjutkan kepada pengikutnya atau dilanjutkan kemasyarakat yang lebih banyak lagi, tahap ini merupakan proses penyebarluasan. Model komunikasi dua tahap dapat membantu untuk menempatkan perhatian pada peranan media massa yang dihubungkan dengan komunikasi antarpesona. Berbeda dengan model jarum hipordermik yang senantiasa memandang massa sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari individu-individu yang pasif terikat pada media tetapi terpisah hubungan sosialnya, maka model komunikasi dua tahap memandang massa sebagai individu-individu yang aktif berinteraksi (Ardianto dan Erdinaya, 2004: 67).

Apabila variasi volume informasi dari pemuka pendapat atau opinion leader menyebabkan positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber. namun


(32)

jika variasi dari pemuka pendapat bersifat negatif maka hal ini menyebabkan terjadinya pengikisan (erosi) volume informasi. Dengan perkataan lain, para opinion leader ini menjadi “kunci” atau “penjaga gawang”.Penggunaan pemuka pendapat dalam model komunikasi dua tahap ini untuk mempermudah sebuah kepentingan, terutama dalam kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat yang cukup banyak. Hal tersebut dikarenakan pemuka pendapat lebih mengetahui sifat-sifat dari masyarakat dan dapat mempermudah pemuka pendapat melancarkan proses komunikasinya (Ardianto dan Erdinaya, 2004: 68).

2.2.1.1.3 Komunikasi Banyak Tahap (Multi Step Flow Communications)

Model komunikasi banyak tahap menyatakan bahwa bagi lajunya komunikasi dari komunikator terdapat sejumlah saluran yang berganti-ganti. Artinya, beberapa komunikan menerima pesan langsung dari komunikatormelalui saluran media massa lalu menyebrkannya kepada komunikan lainnya. Pesan terpindahlan beberapa kali dari sumbernya melalui beberapa tahap (Ardianto dan Erdinaya, 2004: 70). Suatu jenis pesan dari suatu instansi tidak selamanya dapat dilakukan dengan satu arah dan dua arah, karena ada jenis pesan yang disampaikan melalui banyak cara, misalnya pemuka pendapat memperkenalkan produksinya, disamping lewat tatap muka (door to door) dengan mendatangi rumah-rumah penduduk dan menawarkan hasil produksinya, disamping itu juga dipakai cara menggunakan pedagang tertentu kemudian diteruskan kepada masyarakat (two step flow communications). Disamping itu, cara ini juga digunakan melalui pemasangan iklan lewat surat kabar, majalah, radio amatir, RRI dan sebagainya, sehingga langkah-langkah yang ditempuh oleh komunikator barmacam-macam (Widjaja, 1986: 90).

2.2.2 Komunikasi Pembangunan

Pembangunan sebagai sebuah kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya Perang Dunia II. Dengan merdekanya bangsa-bangsa yang tadinya berada dibawah jajahan negara kolonial, maka sejak saat itu pulalah mereka mulai berkesempatan untuk membenahi nasib masing-masing, dalam arti membangun negara dan kehidupan rakyatnya (Nasution, 2002: 23). Kebanyakan bangsa di masa lalu


(33)

secara tersamar mendefenisikan pembangunan dalam arti apa yang dikerjakan pemerintah untuk (dan bagi) rakyatnya. Keputusan-keputusan tentang pembangunan yang diperlukan dibuat oleh pemerintah nasional di ibukota negara kemudian pelaksanaannya melalui program-program pembangunan dijalankan oleh pegawai-pegawai pemerintah yang berhubungan dengan masyarakat guna memberitahukan serta mengajak mereka untuk mengubah beberapa aspek tingkah laku mereka.

Pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju ke tataran hidup masyarakat yang lebih baik, bukanlah merupakan fenomena baru. Peradaban manusia tidak akan mencapai wujudnya yang sekarang, apabila tidak terjadi proses perubahan sosial yang terus menerus, meskipun dengan intensitas yang bervariasi, pada masa yang lalu. Akan tetapi, pembangunan sebagai upaya manusia yang sadar, terencana dan melembaga, merupakan fenomena unik abad 20 ini, lebih dari suatu proses yang bebas nilai. Pembangunan memperoleh sifat sebagai konsep transcendental, sebagai meta-diciplinary phenomenon, bahkan memperoleh bentuk sebgai ideology. Pembangunan juga dianggap sebagai proses perubahan dari situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang lebih tinggi. Dengan kata lain, pembangunan menyangkut proses perbaikan (Ardianto dan Harun, 2011: 11-12)

Inayatullah juga mengatakan bahwa sebuah pembangunan adalah suatu perubahan menuju pola masyarakat yang memungkinkan terwujudnya nilai-nilai manusiawi yang lebih baik, yang memungkinkan suatu masyarakat memperluas fungsi pengawasannya terhadap lingkungan mereka serta atas tujuan politik mereka sendiri, dan memperkenakan setiap pribadi untuk mengatur diri secara lebih bebas (Rogers, 1985: 163). Pembangunan sebagai suatu alternatif untuk menyeimbangkan setiap negara sehingga tidak lagi ada negara miskin dan negara kaya. Negara-negata yang lebih maju harus mampu bekerja sama dan mendorong negara yang tertinggal untuk lebih maju dan seimbang dengan negara maju lainnya. Menurut Servaes (dalam Nasution, 2002: 25)masalah keterbelakangan atau ketertinggalan yang terdapat di negara miskin dapat diatasi dengan penerapan (yang kurang lebih secara mekanisitik) sistem ekonomi dan politik yang ada di Barat ke negara-negara dunia ketiga. Keyakinan itu tampaknya didasarkan pada asumsi bahwa perbedaan yang terdapat


(34)

adalah dalam hal derajat (degree), ketimbang jenis pembangunan itu sendiri. Karena itu unsur sentral pemikiran pembanguan ketika itu adalah metafora pertumbuhan “growth” dan mengidentikkan pertumbuhan dengan kemajuan “progress”. Pemikiran seperti inilah yang menimbulkan kesan seolah-olah pembangunan adalah sesuatu yang organik, tetap ada (immanent), terarah (directional), kumulatif, purposif, dan tidak dapat diubah lagi (irreversible) (Nasution, 2002: 25)

Munculnya alternatif-alternatif terhadap paradigma lama tentang pembangunan menyiratkan bahwa peranan komunikasi dalam pembangunan juga harus berubah. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang saling mendukung, tidak bisa dipisahkan. Secara konseptual, komunikasi dan pembangunan memandang perubahan sebagai proses sosial yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. Dengan komunikasi, setiap individu dan kelompok dalam masyarakat mampu melihat, menafsirkan, dan memaknai tentang diri, dan realitas sosialnya. Proses inilah yang kemudian dikenal dengan efek perubahan sebagaimana defenisi komunikasi yang telah kita pahami. Jika komunikasi didefenisikan sebagai usaha atau tindakan yang mengarah pada perubahan, perubahan didefenisikan sebagai proses pembangunan yang terencana, sistematis, dan menyeluruh dari suatu kondisi menuju kondisi yang lebih baik lagi. Pada konteks ini, komunikasi dipandang sebagai sarana, alat atau saluran penyampaian ide dan gagasan pembangunan (Dilla, 2007: 113-114).

Sedangkan rumusan yang lebih sederhana lagi dikemukakan oleh Widjaja A.W dan Hawab, serta Arsyik (dalam Dilla, 2007: 115) mengartikan komunikasi pembangunan sebagai komunikasi berisi pesan-pesan pembangunan. Komunikasi pembangunan ini ada pada segala macam tingkatan, dari seorang petani sampai pejabat, pemerintah dan negara, termasuk juga didalamnya dapat berbentuk pembicaraan kelompok, musyawarah pada lembaga resmi siaran, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat melalui proses komunikasi (Dilla, 2007: 115).

Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah ’As an integral part of development, and communication as set of variables instrumental in bringing


(35)

about development”. Komunikasi sebagai perangkat alat yang dapat mewujudkan sebuah pembangunan Kehadiran komunikasi pembangunan dipandang sebagai suatu perwujudan respons dari kalangan disiplin komunikasi untuk menjawab tantangan dan tuntutan pembangunan. Respons tersebut sama dengan tumbuhnya kontribusi dari berbagai disiplin ilmu yang lain, yang juga mengkhususkan diri bagi pelaksanaan pembangunan seperti: ekonomi pembangunan, administrasi pembangunan, sosiologi pembangunan dan lain sebagainya. Hal itu sekaligus menandakan bahwa pembangunan sebagai suatu fenomena sosial, yang menuntut perlakuan dan penanganan khusus, terutama mengingat berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti: waktu, biaya, keterlibatan masyarakat, lingkup dan besaran kegiatan, serta efek yang ditimbulkannya bagi kehidupan sosial secara menyeluruh (Dilla, 2007: 115).

Komunikasi mempunyai peranan penting dalam pembangunan, adapun peran komunikasi yang bisa dilakukan dalam pembangunan adalah (Dilla, 2007: 124-125)

a. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan nilai-nilai, sikap, mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi.

b. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan baru, baca tulis, hingga lingkungan.

c. Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan.

d. Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis bagi kepribadian.

e. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi sebagai perangsang untuk bertindak.

f. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan harmonisasi massa transisi.

g. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi membuat keputusan dalam masyarakat.

h. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat tradisional dengan pengetahuan massa melalui informasi.

i. Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan, sebagai sesuatu yang mengatasi kesetian-kesetian lokal.

j. Komunikasi dapat membantu eksistensi mayoritas populasi sebagai warga negara, sehingga membantu meningkatkan aktivitas politik.

k. Komunikasi dapat memudahkan perencanaan dan implementasi program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.


(36)

l. Komunikasi dapat pembangunan ekonomi, sosial, dan politik menjadi suatu proses yang berlangsung sendiri

Hal utama yang dilakukan komunikasi pembangunan adalah membuka pemahaman, wawasan berpikir, pengayaan pengetahuan dan keterampilan, serta pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Sebagai proses perubahan dan pembaharuan masyarakat, pembangunan membutuhkan kontribusi komunikasi, baik sebagai bagian dari kegiatan masyarakat maupun sebagai ilmu yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Berbagai gejala sosial yang diakibatkan oleh proses tersebut, telah memberikan inspirasi bagi penemuan konsep baru dalam bidang komunikasi. perilaku komunikasi suatu kelompok masyarakat terus berubah mengikuti perubahan yang diakibatkan oleh proses perubahan sehingga proses adaptasi juga terus berlangsung. Akhir dari proses adapatasi akan mempermudah penemuan konsep komunikasi yang akan ikut memetakan berbagai problema pembangunan yang muncul, mengikuti arus perubahan dan pembaharuan yang hampir tidak pernah mengenal kata akhir.

Komunikasi pembangunan bersifat timbal balik mementingkan adanya dialog antara kedua belah pihak yang memberikan penerangan atau menyampaikan pesan dengan pihak yang menerima pesan/penerangan, dan antara khalayak sendiri. Arus penerangan bukan saja mengalir dari atas kebawah, tetapi juga dari bawah ke atas dalam bentuk umpan balik. Untuk itu kegiatan komunikasi sosial dan pembangunan yang bersifat timbal balik harus dikembangkan antara pemerintah dan masyarakt, antara masyarakat dan pemerintah, dan antara golongan-golongan dalam masyarakat sendiri. Banyak proses pembangunan tidak mencapai sasarannya hanya karena rendahnya frekuensi informasi dan komunikasi kepada masyarakat sehingga tidak menimbulkan tingkat partisipasi yang memadai. Padahal, partisipasi masyarakat sangat penting bagi usaha pencapaian tujuan pembangunan. Partisipasi menjadi sebuah sarana untuk mengikat hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat selain mempermudah berlangsung proses komunikasi dan penerimaan informasi juga mengikat hubungan yang lebih baik lagi antara pemerintah atau lembaga swasta dengan masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan.


(37)

2.2.2.1 Partisipasi dan Komunikasi Pembangunan

Partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi anggota sistem sosial dalam pembuatan keputusan berhubungan positif dengan kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan untuk mewujudkan pembangunan sangat diperlukan, karena oembangunan yang berhasil harus didukung oleh semua komponen bangsa, agar masyarakat memiliki sense of belonging (rasa memiliki) dan sense of responbility (rasa tanggung jawab terhadap pembangunan itu sendiri).

Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan atau dikehendaki. Setidaknya pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh pemimpinnya, yang kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya menyangkut suatu bidang kehidupan saja, namun mungkin dilakukan secara simultan terhadap pelbagai bidang kehidupan yang saling berkaitan. Di samping tujuan-tujuan yang direncanakan dan dikehendaki, tidak mustahil pembangunan mengakibatkan terjadinya dampak pada subsistem kemasyarakatan.

Fokus dalam partisipasi masyarakat pada era 80-an telah menjadi saksi dari meningkatnya pengakuan terhadap pemerintahan nasional, agensi multilateral, dan Lembaga Swadaya Masyarakar (LSM) sebagai kepentingan pembangunan aspek sosial. Ada dua hal yang diperhatikan dalam partisipasi dalam komunikasi pembangunan (Ardianto dan Harun, 2011: 256-261).

1. Operasional Partisipasi

Ascroft dan Masilela, dalam Melkote memaparkan bahwa konsep dan proses dari partisipasi ditetapkan dengan kurang baik dan internalnya tidak konsisten, abstrak dan ambigu dalam ilmu sosial. Usaha operasionalisasi dalam bagian ini menggeser paradigma dominan yang berinkarnasi secara halus, partisipasi diartikan sebagai pendekatan kepada bagian merupakan asli representasi dari perkara untuk paradigma


(38)

kebutuhan dasar dan partisipasi sebagai sebuah akhir pendekatan (Ardianto dan Harun, 2011: 256-257)

Kebutuhan akan berpikir, mengekspresikan diri sendiri, memiliki kelompok, diakui sebagai individu, dihargai dan dihormati adalah penentu krusial yang berpengaruh atas kehidupan seseorang, yang merupakan esensi pembangunan individu seperti halnya pada makan, minum, dan tidur. Dan partisipasi dalam aktivitas bermakna adalah sebuah alat yang mengantarkan kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Partisipasi sebagai sebuah proses pemberian kuasa kepada masyarakat sehingga diberikan wewenang agar dapat mengatur dan berpendapat demi pembangunannya sendiri. Meski secara politiknya sedikit beresiko kepada kuasa yang lebih tinggi, tetapi juga merupakan konsekuensi yang ideal dari partisipasi. Di sini individual aktif dalam program dan proses pembangunan, mereka berkontribusi, mengambil inisiatif, mengartikulasikan kebutuhan dan permasalahan mereka, dan menonjolkan otonomi masing-masing (Ardianto dan Harun, 2011: 257).

2. Forum-forum Dialogis Kalangan Bawah

Jika pembangunan memiliki relevansi dengan orang-orang yang paling memerlukannya, pembangunan tersebut harus dimulai dari awal kebutuhan riil dan masalah muncul, misalnya didaerah pedesaan yang miskin, perkampungan kumuh dikota, dan lain-lain. Orang-orang yang hidup dalam lingkungan tersebut harus didorong untuk menemukan kebutuhan riil dan mengidentifikasikan masalah riil mereka. pada skala yang luas, orang-orang ini belum mampu melakukannya karena kurangnya partisipasi riil dalam strategi pembangunan yang dapat mengatasi masalah mereka. Strategi-strategi komunikasi alternatif sebagai pendekatan bottom-up menjadi klise dan kurang substansial.

Beberapa pendekatan yang lebih baru memilih partisipasi aktif rakyat dan masyarakat kalangan bawah lainnya dalalm membangun negara. Dilihat dari luar, ini menandakan perubahan positif dari pendekatan preskriptif awal yang hierarkis. Namun, struktur dominasi elit tidak terpengaruh. Dalam pendekatan-pendekatan terhadap pembangunan yang disebut bottom-up ini, masyarakat didoro ng untuk


(39)

berpartisipasi dalam aktivitas swadaya, namun solusi dasar untuk masalah lokal telah dipilih oleh badan-badan pembangunan eksternal. Sering kali, partisipasi masyarakat diarahkan karena tujuan proyek pembangunan adalah untuk mendapatkan kerja sama formal dan nonformal yang lebih baik, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat kalangan bawah diikutsertakan dalam aktivitas yang akan memenuhi kebutuhan konsumen barang-barang industri mereka dalam waktu jangka panjang. Oleh karena itu, partisipasi merupakan cara untuk mengakhiri ketergantungan massa yang lebih besar terhadap pasar yang dikendalikan oleh kaum elit, baik nasional maupun internasional. Meski demikian, partisipasi sesungguhnya harus melebihi tujuan pragmatik seperti tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kebiasaan hidup sehat yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, dalam tindakan sosial dan politik yang dilakukan oleh massa disemua tingkat. Tujuan upaya-upaya memfasilitasi conscientization rakyat pada struktur sosial, politik, dan spacial yang sangat pincang dalam masyarakt.

Freire menggunakan foto, gambar atau lukisan yang merepresentasikan realitas yang ada. Kemudian diadakan suatu diskusi yang bertujuan untuk membedah segala sesuatunya harus demikian adanya, apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi tersebut, dan lain-lain. Dengan kata lain jalur komunikasi digunakan dalam pendekatan untuk memicu dialog, untuk membantu orang sama-sama berbicara dan memahami satu sama lain. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu alat untuk pembebasan dari belenggu mental dan psikologis yang mengikat rakyat pada situasi yang ada. Dengan banyak cara, komunikasi menjalankan fungsi sejatinya, yaitu mengomunikasikan atau membangun kesamaan (Ardianto dan Harun, 2011: 259-260). 2.2.2.2 Strategi Baru Komunikasi Pembangunan

Pemilihan startegi komunikasi merupakan hal yang utama dan penting dalam perencanaan pembangunan. Menurut rogers fungsi komunikasi dalam konteks pembangunan merupakan sebuah mekanisme untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan rencana pembangunan. Pemerintah senantiasa perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk


(40)

menyampaikan pesan sehingga efeknya sesuai dengan harapan. Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara masing-masing. Para ahli komunikasi memandang efektivitas komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan (Dilla, 2007: 13).

Strategi baru komunikasi pembangunan menjadi hal penting dalam menciptakan sebuah perencanaan pembangunan. Strategi baru komunikasi menjadi lanjutan dari beberapa strategi yang sudah digunakan dalam pembangunan. Strategi baru komunikasi diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam pembangunan terutama terhadap masalah yang muncul dalam bidang komunikasi. Pembangunan membutuhkan dukungan komunikasi untuk mencapai tujuannya oleh karena itu diperlukannya strategi-strategi baru komunikasi pembangunan.

Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta dapat menghindarkan adanya kemungkinan efek yang tidak diinginkan ada beberapa prinsip dalam strategi komunikasi yang dirumuskan Rogers dan Adhikarya agar permasalahan yang ada dapat diperkecil, dan prinsip-prinsip tersebut:

a. Penggunaan pesan yang dirancang khusus untuk khalayak yang spesifik. Sebagai misal, bila hendak menjangkau khalayak miskin pada perumusan pesan, tingkat bahasa, gaya penyajian, dan sebagainya disusun begitu rupa agar dapat dimengerti dan serasi dengan kondisi mereka.

b. Pendekatan “ceiling effect” yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan bagi golongan yang tidak dituju (katakanlah golongan atas) merupakan redundansi (tidak lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya, namun tetap berfaedah bagi golongan khalayak yang hendak dijangkau. Dengan cara ini, dimaksudkan agar golongan khalayak yang benar-benar berkepentingan tersebut mempunyai kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya, dan dengan demikian diharapkan dapat mempersempit jarak efek komunikasi.

c. Penggunaan pendekatan “narrow casting” atau melokalisir penyampaian pesan bagi kepentingan khalayak. Lokalisasi di sini berarti disesuaikannya penyampaian informasi yang dimaksud dengan situasi kesempatan di mana khalayak berada

d. Pemanfaatan saluran tradisional, yaitu berbagai bentuk pertunjukkan rakyat yang sejak lama memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat.


(41)

e. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang berkekurangan, dan meminta bantuan mereka untuk menolong mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan.

f. Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di kalangan rekan sejawat mereka sendiri.

g. Diciptakan dan dibina cara-cara atau mekanisme bagi keikutsertaan khalayak (sebagai pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri) dalam proses pembangunan, yaitu sejak tahap perencanaan sampai evaluasinya

Menurt AED ada empat strategi komunikasi pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu strategi-strategi yang didasarkan pada media yang dipakai, strategi-strategi desain intruksional, strategi-strategi partisipatori, dan strategi-strategi pemasaran.

1. Strategi-strategi Berdasarkan media.

Para komunikator menggunakan strategi ini biasanya mengelompokkan kegiatan mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini memang merupakan teknik yang paling mudah, paling populer, dan tentunya yang paling kurang efektif. Strategi media di sini secara tipikal memulai rencananya dengan mepertanyakan: “Apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio?”. Bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan televisi untuk menyampaikan pesan saya?” Sejumlah penelitian yang diarahkan pada strategi media tertentu telah dilakukan terutama untuk mengetahui:”Media manakah yang terbaik?” Media apakah yang murah biayanya?” Media apakah yang terbaik untuk mengajarkan, mempopulerkan, memantapkan, atau mengingatkan suatu hal?”

Masing-masing strategi mencerminkan suatu rangkaian prioritas tertentu mengenai bagaimana menggunakan komunikasi untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan pembangunan. Kategori ini sendiri tidak dimaksudkan dalam arti yang kaku, karena dalam kenyataannya bukan sedikit program komunikasi pembangunan yang merupakan gabungan dari beberapa strategi. Gabungan-gabungan dari beberapa strategi tersebut diupayakan untuk mengefektifkan berjalannya pembangunan yang didukung oleh strategi komunikasi.

Ada beberapa peranan baru dalam komunikasi pembangunan yang digunakan untuk pencapaian suatu tujuan:


(42)

1. Komunikasi dan pengembangan kapasitas diri.

Rogers (dalam Dilla, 2007: 132) memberi jalan keluar permasalahan pembangunan dinegara-negara Dunia Ketiga. Rogers menyarankan ide pembangunan semestinya dimulai dari dalam diri masyarakat dalam rangka membangun kapasitas dirinya. Kesadaran inilah yang akan menuntun pada perubahan yang lebih luas. Unsur utama model pengembangan kapasitas atau pembangunan diri dalam strategi komunikasi adalah partisipasi, sosialisasi, mobilisasi, kerja sama dan tanggung jawab diantara individu-kelompok dalam perencanaan pembangunan. Upaya pengembangan kapasitas diri dimaksudkan untuk memberikan pencerahan, penguatan, dan pemberdayaan masyarakat dalam menggali, mengembangkan, dan meningkatkan potensi dan kemampun mereka. Masyarakat harus berdiskusi bersama, mengidentifikasikan kebutuhan, keinginan dan harapan termasuk memutuskan tindakan mereka. Selanjutnya, memilih informasi dan media komunikasi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

Havelock memberikan sebauh model problem solving untuk menekankan pada kebutuhan para pengguna dan diagnosa mereka sendiri terhadap permasalahannya. Pada model ini, kebutuhan dan pemecahan dipelajari secara intensif. Posisi dan dukungan komunikasi dimaknai sebagai sebauh mekanisme dalam perubahan pikiran, sikap, dan tindakan sosial individu, kelompok, dan masyarakat. pada hal ini masyarakat yang umumnya dari individu, keluarga, dan unit-unit kelompok lainnya, merupakan kesatuan yang membutuhkan sentuhan pembangunan dalam pengembangan kapasitasnya. Pengembangan yang dimaksud, meliputi usaha perbaikan pendidikan dan kesehatan, dan pelayanan umum lainnya melalui upaya penyebarluasan informasi dan penerangan. Dengan begitu masyarakat dapat mengenal, mengetahui dan memahami kualitas, kemampuan dan potensi diri dan lingkungan sekitarnya (dalam Dilla, 2007: 133).

Peranan komunikasi dalam konteks pengembangan kapasitas atau pembangunan diri yang dikemukakan oleh Rogers berbeda dengan apa yang telah dikonspekan dan dioperasionalkan dalam paradigma dominan. Fungsi agen


(43)

pembangunan dalam paradigma dominan diposisikan sebagai pelayan dalam mengumpulkan informasi teknis, bukan yang memberi petunjuk. Kini aliran-aliran komunikasi ditujukan untuk merespons kebutuhan pihak yang menggunakannya. Rogers merangkum peran utama komunikasi dalam berbagai upaya pembangunan diri sebagai berikut (dalam Dilla, 2007: 134).

a. Menyediakan informasi teknis tentang berbagai masalah dan kemungkinan pembangunan, serta berbagai inovasi yang tepat untuk menjawab berbagai permintaan lokal.

b. Menyebarkan informasi tentang pencapaian-pencapaian pembangunan diri dari kelompok-kelompok lokal sehingga kelompok lain dapat memperoleh keuntungan dari pengalaman kelompok lainnya dan dapat menjadi motivasi untuk meraih pencapaian serupa.

Peran media komunikasi dalam kegiatan pengembangan kapasitas atau pembangunan diri merupakan peran katalisator dalam perubahan ketimbang sebagai penyebab tunggal. Yang terpenting saluran komunikasi tersebut dapat memprakarsai suatu dialog antara para pengguna dan sumber, serta membantu mereka berdialog bersama.

2. Menyempitkan jurang pemisah melalui redundansi.

Tichenor, Donohue dan Olien membuktikan bahwa munculnya kesenjangan pengetahuan dan ketrampilan pada khalayak diakibatkan oleh informasi yang dapat diakses, mediapun dapat meningkatkan ketidakseimbangan sosial-ekonomi di antara para audiensnya. Namun, Shingi dan Mody membuktikan kekeliruan kesimpulan tersebut pada sebuah eksperimen komunikasi yang mereka lakukan. Dalam studinya, Shingi dan Mody menemukan bahwa media dapat menyempitkan jurang pemisah dan membawa keuntungan sosial ekonomi, namun hal ini akan membutuhkan penggunaan strategi komunikasi yang tepat. penemuan utama dari studi tersebut mengindikasikan bahwa bagian-bagian dari audiens itu (misalnya: kelompok- kelompok berstatus sosial-ekonomi rendah) yang sebelumnya sangat tidak acuh, akhirnya mereka mendapatkan paling banyak keuntungan dari program televisi meski pengetahuan mereka masih rendah dbandingkan para audiens yang berpengetahuan tinggi (dalam Dilla, 2007: 139).


(44)

Pada faktanya jurang pemisah tersebut dipersempit jika menggunakan strategi-strategi komunikasi yang tepat dalam aktivitas-aktivitas difusi (Dilla, 2007: 140) :

a. Para petani kecil lainnya (masyarakat umumnya) yang berpengetahuan rendah dan dikategorikan terbelakang dalam akses informasi, selayaknya menyimak pertunjukkan di televisi dan diberi akses untuk memperoleh satu set penerima. b. Isi pesan selayaknya sederhana dan mudah dimengerti oleh para audiens

non-elit. Jika memang ada, jargon teknis selayaknya disederhanakan. Sumber-sumber berkredibilitas tinggi dan berkemampuan untuk dimengerti pun selayaknya dipergunakan.

c. Daya tarik dan penyajian informasi selayaknya disesuaikan dengan kondisi para audiens. Sehingga jika para audiens berpengetahuan lebih rendah, mereka dapat “mengejar” kemampuan rekan pengimbang yang berpengetahuan lebih tinggi, yang mungkin akan menemukan kekurangan nilai dan daya tarik dalam pesan-pesan tersebut yang berhubungan dengan redudansi.

Bagaimana pun strategi ini perlu dibangun agar menjadi proyek pendukung pembangunan yang on going, fleksibel, adaptif, institusional, dan berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan. Dengan informasi intensif dari berbagai media komunikasi, usaha pembangunan yang mengandung resiko pun akan mudah dicapai. Sebaliknya, strategi yang tidak sesuai akan berdampak pada ketiadaan, perubahan perilaku yang signifikan diantara para penerimanya.

3. Menanggulangi bias Pro-Literacy.

Fakta membuktikan bahwa mayoritas masyarakat di negara Dunia Ketiga berstatus sosial-eknomi rendah dan merupakan orang-orang yang illiterate. Kondisi kemiskinan dan ketergantungan akibat pembangunan tidak memihak rakyat, membuat mereka mengalami keterbelakangan dalam segala aspek kehidupan. Buta aksara (huruf), miskin informasi, miskin pengetahuan dan keterampilan yang rendah, serta terisolir dalam pergaulan dunia merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Bias pro-literacy ini muncul akibat kekeliruan penafsiran sumber komunikasi yang memposisikan para audiensnya sebagai seseorang yang memiliki keahlian utama dan pendukung terhadap pesan yang disampaikan. Bahkan tidak jarang, saluran-saluran komunikasi yang ada menganggap para audiens memiliki pengetahuan dan pendidikan formal dan informal. Strategi tersebut diterapkan dengan memadukan ide pembangunan dan inovasi mereka sendiri sesuai level pengetahuan dan pendidikan


(45)

yang dimiliki diterapkan pada kaum miskin pedesaan dan perkotaan (Dilla, 2007: 141).

Bias pro-literacy ini telah menjadi pembatas dan penghalang utama difusi informasi pada audiens illiterate dan proliterate. Kondisi ini mencegah strategi penyaringan informasi, pengetahuan, dan berbagai keahlian pada para audiens illterate yang secara kebetulan bagian terbesar dari populasi di daerah pedesaan. Sementara itu, hal tersebut telah mengarahkan akses informasi ysng lebih mudah bagi kelompok-kelompok elit di daerah-daerah pinggiran. Strategi komunikasi pembangunan yang berorientasi kapada kebutuhan rakyat perlu mengidentifikasi dan menganggulangi bias pro-literacy sebagai keseluruhan pendekatan pembangunan.

4. Memaksimalkan peran komunikator sebagai agen pembangunan

Sebagai suatu strategi komunikasi dalam perubahan sosial dan pembangunan, dibutuhkan langkah-langkah operasional dalam penerapannya. Langkah ini ditempuh dengan melibatkan berbagai pihak yang berkompeten dan berkepentingan sehingga seluruh program pembangunan bisa berjalan sesuai dengan tujuannya. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga-tenaga terampil dan profesional, baik perorangan maupun kelompok yang paham dibidangnya masing-masing. Melalui tenaga terdidik atau terampil, diharapkan dapat memelopori, menggerakkan, membuka wawasan berpikir, ataupun menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Para tenaga tersebut memiliki kualifikasi dan kemampuan sehingga disebut agen perubahan atau dalam istilah populernya disebut agent of change. Para agen ini bisa saja berasal dari pemerintahan (governmnent) atau organisasi bukan pemerintahan (non government organization). Mereka terdiri dari: birokrat, politisi, kelompok profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), KSM, organisasi masyarakat dan lain-lain yang concern, peduli terhadap pemberdayaan masyarakat di tingkat bawah. Peran mereka sangatlah penting dalam penerapan strategi ini (Dilla, 2007: 142).

Seorang agen (komunikator) mampu melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku sasarnnya (komunikan) apabila dalam dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan daya tarik. Rogers mengatakan kredibilitas adalah tingkat di mana


(46)

komunikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima. Hovland dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator yang berkredibilitas tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan daripada disampaikan oleh komunikator yang berkredibilitas rendah. Menurut Rakhmat, dalam berkomunikasi yang berpengaruh terhadap komunikan bukan hanya apa yang akan disampaikan, melainkan juga keadaan komunikator secara keseluruhan. Jadi, ketika komunikator menyampaikan suatu pesan, komunikan tidak hanya mendengarkan pesan tersebut, tetapi ia juga memperhatikan siapa yang menyampaikannya (dalam Dilla, 2007: 143).

pada tataran pragmatis, fungsi agen perubahan ini meliputi fungsi pemberi-penerus informasi dan penghubung serta penjelas (explanation). Untuk tujuan tersebut, posisi dan status para agen perlu dibedakan antara orang dalam (insiders) atau orang luar (outsiders) sebab suatu perubahan membutuhkan pemahaman lebih lanjut. Peran orang dalam atau orang luar dalam kegiatan ini sangat menentukan keberhasilan suatu ide, gagasan atau inovasi diterima atau ditolak. Melalui agen perubahan suatu ide, gagasan, atau inovasi baru yang berguna dapat dipergunakan atau diperkenalkan.

5. Menyusun pesan berorientasi kepada audiens

Pada saat agen pembangunan memutuskan untuk mengarahkan tujuannya pada para audiens atau masyarakat, tugas terpenting yang harus dilakukan adalah memotivasi, menggerakkan, dan mengajak audiens menjadi bagian penting dari proses komunikasi. Di sini para audiens diajak berkomunikasi dengan menggunakan simbol, tanda, atau bahasa yang dipahami bersama dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan mereka sebagai penerima pesan. Untuk masyarakat perkotaan yang umumnya sudah memiliki banyak media, penyajian pesan harus disampaikan sedemikian rupa sesuai dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan. Kelompok yang berstatus ekonomi lebih rendah amatlah berbeda dalam hal pendidikan, sistem-sistem kepercayaan, pola-pola membuat keputusan, kebiasaan-kebiasaan berkomunikasi mereka, dan lain-lain. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dimaksud tidak sama


(1)

Komunikan dalam proses komunikasi IUWASH adalah Kader masyarakat dan masyarakat, terutama yang menerima bantuan. Komponen terakhir adalah umpan balik atau feedback

2. Di dalam mencapai proses komunikasi yang efektif dalam penyaluran bantuan terhadap masyarakat, IUWASH juga menggunakan strategi komunikasi dalam mencapai komunikasi yang efektif. Strategi komunikasi yang digunakan adalah strategi komunikasi pembangunan. Strategi komunikasi pembangunan dianggap tepat dalam membantu IUWASH untuk menciptakan komunikasi yang tepat dalam pembangunan. Dari beberapa strategi komunikasi pembangunan, ada beberapa strategi komunikasi yang IUWASH gunakan yakni, komunikasi dan pengembangan kapasitas diri, menyempitkan jurang pemisah melalui redudansi, menanggulangi bias pro-literacy, memaksimalkan peran komunikator sebagai agen pembangunan, menyusun pesan berorientasi kepada audiens. Beberapa strategi komunikasi tersebut IUWASH gunakan untuk mempersiapkan perencanaan dalam mengomunikasikan program bantuan terhadap masyarakat. IUWASH juga menggunakan strategi dengan cara menciptakan partisipasi antara stakeholders, selain itu IUWASH juga menggunakan strategi forum dialogis kalangan bawah atau buttom-up dalam memberika hak masyarakat kalangan bawah untuk mendapatkan informasi demi pembangunan yang lebih baik lagi.

5.1Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai pola dan strategi komunikasi IUWASH atau Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene dalam menyalurkan bantuan terhadap masyarakat di kota Medan, peneliti memberikan saran yang kiranya bermanfaat bagi berbagai pihak.

1. Pada lembaga, peneliti memberikan beberapa saran atau masukan yakni, IUWASH harus mengadakan kegiatan pelatihan yang lebih rutin kepada kader


(2)

lebih berpartisipasi lagi dalam program bantuan yang diadakan IUWASH. Pembangunan juga harus benar-benar yang berkualitas sehingga tidak ada lagi permasalahan maupun keluh kesah masyarakat terhadap bantuan yang diberikan. Forum-forum diskusi yang dibentuk oleh IUWASH harus lebih banyak dan rutin mengadakan kegiatan diskusi kelompok, sehingga kader masyarakat mempunyai kesempatan untuk mengomunikasikan informasi-informasi mengenai perkembangan bantuan yang diberikan. IUWASH juga harus menjelaskan informasi-informasi yang lebih luas lagi kepada kader masyarakat, seperti bantuan berasal dari mana serta IUWASH bekerja dengan dinas pemerintah apa saja. Sehingga pada saat kader masyarakat bersosialisasi memperkenalkan bantuan, masyarakat percaya bantuan tersebut bertujuan untuk pembangunan bukan untuk kepentingan lain

2. Pada Kader Masyarakat dan Masyarakat yang menerima bantuan. kader masyarakat harus lebih aktif untuk membuka ruang komunikasi dengan masyarakat meskipun bukan atas perintah tugas IUWASH. Kader masyarakat juga harus menjadi tempat atau wadah menampung segala informasi yang masyarakat berikan untuk diteruskan kepada lembaga yang terkait. Kader masyarakat juga harus lebih berusaha meyakinkan masyarakat untuk menerima serta menjaga bantuan yang telah diberikan. Sedangkan untuk masyarakat yang menerima bantuan, partisipasi masyarakat sebagai calon penerima bantuan sangat dibutuhkan terutama dalam hal menjaga kualitas bantuan yang diberikan. Tujuan dari bantuan ini adalah untuk memperbaikin kualitas perilaku hidup bersih manusia dengan memperbaikin sanitasi masyarakat. Bantuan tersebut diberika agar menyadarkan masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Xomala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Sembiosa Rekatama Media.

Black. A. James dan Dean J. Champion. 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. PT Refika

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press Press.

. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana

Depari, Eduard dan Colin MaCandrews. 1988. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Dilla, Sumadi. 2007. Komunikasi Pembangunan. Bandung: Refika Offset.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Harun, Rochajat dan Elvinaro Ardianto. 2011. Komunikasi Pembangunan: Perubahan Sosial. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Erlangga.

Mantra, Ida Bagoes. 2004: Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Meleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, Zukarimen. 2007. Komunikasi Pembanguna:Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada


(4)

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rogers, Everett M. 1985. Komunikasi dan Pembangunan. Jakarta: PT AUUD

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Susanto, Phil Astrid S. 1997. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bandung:Binacipta.

Widjaja. A.W. 1986. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT Bina Aksara.

Sumber Internet

pukul 13.20 WIB

14.05 WIB


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Komunikasi Dan Pemberdayaan Masyarakat (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Komunitas Rumah Hebat Indonesia Dalam Memberdayakan Anak-Anak Rejosari, Gilingan, Surakarta).

0 7 26

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara Pimpinan KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal

4 34 11

STRATEGI KOMUNIKASI KPUD ( Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi pada Humas KPUD Kabupaten Strategi Komunikasi Kpud (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi pada Humas KPUD Kabupaten Magetan Dalam Upaya Menciptakan Pilkada Bupati dan W

0 2 11

POLA KOMUNIKASI KELAS PENYIAR INDONESIA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Kelas Penyiar Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar di Dunia Broadcasting).

1 1 16

Pola komunikasi suporter sepakbola (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Arsenal Indonesia Suporter Solo) COVER SKRIPSI

1 26 28

Jurnal. Aditya Tri Saputra. D1212002

0 0 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Paradigma - Strategi Dan Pola Komunikasi “IUWASH” (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water Sanitation, and Hygiene dalam Menyalurkan Bantuan Masyarakat di Kecamatan Medan Belawan)

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Strategi Dan Pola Komunikasi “IUWASH” (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water Sanitation, and Hygiene dalam Menyalurkan Bantuan Masyarakat di Kecamatan Medan Belawan)

0 0 11

Strategi Dan Pola Komunikasi “IUWASH” (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water Sanitation, and Hygiene dalam Menyalurkan Bantuan Masyarakat di Kecamatan Medan Belawan)

0 0 11

Pola Komunikasi Komunitas Solo Runners (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Komunitas Solo Runners)

1 2 16