Universitas Sumatera Utara
berpartisipasi dalam aktivitas swadaya, namun solusi dasar untuk masalah lokal telah dipilih oleh badan-badan pembangunan eksternal. Sering kali, partisipasi masyarakat
diarahkan karena tujuan proyek pembangunan adalah untuk mendapatkan kerja sama formal dan nonformal yang lebih baik, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat
kalangan bawah diikutsertakan dalam aktivitas yang akan memenuhi kebutuhan konsumen barang-barang industri mereka dalam waktu jangka panjang. Oleh karena
itu, partisipasi merupakan cara untuk mengakhiri ketergantungan massa yang lebih besar terhadap pasar yang dikendalikan oleh kaum elit, baik nasional maupun
internasional. Meski demikian, partisipasi sesungguhnya harus melebihi tujuan pragmatik seperti tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kebiasaan hidup sehat yang
lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, dalam tindakan sosial dan politik yang dilakukan oleh massa disemua tingkat. Tujuan upaya-upaya memfasilitasi
conscientization rakyat pada struktur sosial, politik, dan spacial yang sangat pincang dalam masyarakt.
Freire menggunakan foto, gambar atau lukisan yang merepresentasikan realitas yang ada. Kemudian diadakan suatu diskusi yang bertujuan untuk membedah segala
sesuatunya harus demikian adanya, apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi tersebut, dan lain-lain. Dengan kata lain jalur komunikasi digunakan dalam
pendekatan untuk memicu dialog, untuk membantu orang sama-sama berbicara dan memahami satu sama lain. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu alat untuk
pembebasan dari belenggu mental dan psikologis yang mengikat rakyat pada situasi yang ada. Dengan banyak cara, komunikasi menjalankan fungsi sejatinya, yaitu
mengomunikasikan atau membangun kesamaan Ardianto dan Harun, 2011: 259-260.
2.2.2.2 Strategi Baru Komunikasi Pembangunan
Pemilihan startegi komunikasi merupakan hal yang utama dan penting dalam perencanaan pembangunan. Menurut rogers fungsi komunikasi dalam konteks
pembangunan merupakan sebuah mekanisme untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan rencana pembangunan. Pemerintah
senantiasa perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan pesan sehingga efeknya sesuai dengan harapan. Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat besar
terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara masing-masing. Para ahli komunikasi memandang efektivitas
komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan Dilla, 2007: 13. Strategi baru komunikasi pembangunan menjadi hal penting dalam
menciptakan sebuah perencanaan pembangunan. Strategi baru komunikasi menjadi lanjutan dari beberapa strategi yang sudah digunakan dalam pembangunan. Strategi
baru komunikasi diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam pembangunan terutama terhadap masalah yang muncul dalam bidang komunikasi.
Pembangunan membutuhkan dukungan komunikasi untuk mencapai tujuannya oleh karena itu diperlukannya strategi-strategi baru komunikasi pembangunan.
Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta dapat menghindarkan adanya kemungkinan efek yang tidak diinginkan ada beberapa prinsip
dalam strategi komunikasi yang dirumuskan Rogers dan Adhikarya agar permasalahan yang ada dapat diperkecil, dan prinsip-prinsip tersebut:
a. Penggunaan pesan yang dirancang khusus untuk khalayak yang spesifik.
Sebagai misal, bila hendak menjangkau khalayak miskin pada perumusan pesan, tingkat bahasa, gaya penyajian, dan sebagainya disusun begitu rupa
agar dapat dimengerti dan serasi dengan kondisi mereka.
b. Pendekatan “ceiling effect” yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan
bagi golongan yang tidak dituju katakanlah golongan atas merupakan redundansi tidak lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka atau
kecil manfaatnya, namun tetap berfaedah bagi golongan khalayak yang hendak dijangkau. Dengan cara ini, dimaksudkan agar golongan khalayak
yang benar-benar berkepentingan tersebut mempunyai kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya, dan dengan demikian diharapkan dapat
mempersempit jarak efek komunikasi.
c. Penggunaan pendekatan “narrow casting” atau melokalisir penyampaian
pesan bagi kepentingan khalayak. Lokalisasi di sini berarti disesuaikannya penyampaian informasi yang dimaksud dengan situasi kesempatan di mana
khalayak berada
d. Pemanfaatan saluran tradisional, yaitu berbagai bentuk pertunjukkan rakyat
yang sejak lama memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
e. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang
berkekurangan, dan meminta bantuan mereka untuk menolong mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan.
f. Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen perubahan yang berasal dari
kalangan masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di kalangan rekan sejawat mereka sendiri.
g. Diciptakan dan dibina cara-cara atau mekanisme bagi keikutsertaan
khalayak sebagai pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri dalam proses pembangunan, yaitu sejak tahap perencanaan sampai evaluasinya
Menurt AED ada empat strategi komunikasi pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu strategi-strategi yang didasarkan pada media yang dipakai, strategi-strategi
desain intruksional, strategi-strategi partisipatori, dan strategi-strategi pemasaran. 1.
Strategi-strategi Berdasarkan media. Para komunikator menggunakan strategi ini biasanya mengelompokkan kegiatan
mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini memang merupakan teknik yang paling mudah, paling populer, dan tentunya yang paling kurang efektif.
Strategi media di sini secara tipikal memulai rencananya dengan mepertanyakan: “Apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio?”. Bagaimana caranya agar saya
dapat menggunakan televisi untuk menyampaikan pesan saya?” Sejumlah penelitian yang diarahkan pada strategi media tertentu telah dilakukan terutama untuk
mengetahui:”Media manakah yang terbaik?” Media apakah yang murah biayanya?” Media apakah yang terbaik untuk mengajarkan, mempopulerkan, memantapkan, atau
mengingatkan suatu hal?” Masing-masing strategi mencerminkan suatu rangkaian prioritas tertentu mengenai
bagaimana menggunakan komunikasi untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan pembangunan. Kategori ini sendiri tidak dimaksudkan dalam arti yang kaku, karena
dalam kenyataannya bukan sedikit program komunikasi pembangunan yang merupakan gabungan dari beberapa strategi. Gabungan-gabungan dari beberapa
strategi tersebut diupayakan untuk mengefektifkan berjalannya pembangunan yang didukung oleh strategi komunikasi.
Ada beberapa peranan baru dalam komunikasi pembangunan yang digunakan untuk pencapaian suatu tujuan:
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikasi dan pengembangan kapasitas diri.
Rogers dalam Dilla, 2007: 132 memberi jalan keluar permasalahan pembangunan dinegara-negara Dunia Ketiga. Rogers menyarankan ide pembangunan
semestinya dimulai dari dalam diri masyarakat dalam rangka membangun kapasitas dirinya. Kesadaran inilah yang akan menuntun pada perubahan yang lebih luas. Unsur
utama model pengembangan kapasitas atau pembangunan diri dalam strategi komunikasi adalah partisipasi, sosialisasi, mobilisasi, kerja sama dan tanggung jawab
diantara individu-kelompok dalam perencanaan pembangunan. Upaya pengembangan kapasitas diri dimaksudkan untuk memberikan pencerahan, penguatan, dan
pemberdayaan masyarakat dalam menggali, mengembangkan, dan meningkatkan potensi dan kemampun mereka. Masyarakat harus berdiskusi bersama,
mengidentifikasikan kebutuhan, keinginan dan harapan termasuk memutuskan tindakan mereka. Selanjutnya, memilih informasi dan media komunikasi yang paling
sesuai dengan kebutuhan mereka. Havelock memberikan sebauh model problem solving untuk menekankan pada
kebutuhan para pengguna dan diagnosa mereka sendiri terhadap permasalahannya. Pada model ini, kebutuhan dan pemecahan dipelajari secara intensif. Posisi dan
dukungan komunikasi dimaknai sebagai sebauh mekanisme dalam perubahan pikiran, sikap, dan tindakan sosial individu, kelompok, dan masyarakat. pada hal ini
masyarakat yang umumnya dari individu, keluarga, dan unit-unit kelompok lainnya, merupakan kesatuan yang membutuhkan sentuhan pembangunan dalam
pengembangan kapasitasnya. Pengembangan yang dimaksud, meliputi usaha perbaikan pendidikan dan kesehatan, dan pelayanan umum lainnya melalui upaya
penyebarluasan informasi dan penerangan. Dengan begitu masyarakat dapat mengenal, mengetahui dan memahami kualitas, kemampuan dan potensi diri dan lingkungan
sekitarnya dalam Dilla, 2007: 133. Peranan komunikasi dalam konteks pengembangan kapasitas atau
pembangunan diri yang dikemukakan oleh Rogers berbeda dengan apa yang telah dikonspekan dan dioperasionalkan dalam paradigma dominan. Fungsi agen
Universitas Sumatera Utara
pembangunan dalam paradigma dominan diposisikan sebagai pelayan dalam mengumpulkan informasi teknis, bukan yang memberi petunjuk. Kini aliran-aliran
komunikasi ditujukan untuk merespons kebutuhan pihak yang menggunakannya. Rogers merangkum peran utama komunikasi dalam berbagai upaya pembangunan diri
sebagai berikut dalam Dilla, 2007: 134. a.
Menyediakan informasi teknis tentang berbagai masalah dan kemungkinan pembangunan, serta berbagai inovasi yang tepat untuk menjawab berbagai
permintaan lokal. b.
Menyebarkan informasi tentang pencapaian-pencapaian pembangunan diri dari kelompok-kelompok lokal sehingga kelompok lain dapat memperoleh
keuntungan dari pengalaman kelompok lainnya dan dapat menjadi motivasi untuk meraih pencapaian serupa.
Peran media komunikasi dalam kegiatan pengembangan kapasitas atau pembangunan diri merupakan peran katalisator dalam perubahan ketimbang sebagai
penyebab tunggal. Yang terpenting saluran komunikasi tersebut dapat memprakarsai suatu dialog antara para pengguna dan sumber, serta membantu mereka berdialog
bersama. 2.
Menyempitkan jurang pemisah melalui redundansi. Tichenor, Donohue dan Olien membuktikan bahwa munculnya kesenjangan
pengetahuan dan ketrampilan pada khalayak diakibatkan oleh informasi yang dapat diakses, mediapun dapat meningkatkan ketidakseimbangan sosial-ekonomi di antara
para audiensnya. Namun, Shingi dan Mody membuktikan kekeliruan kesimpulan tersebut pada sebuah eksperimen komunikasi yang mereka lakukan. Dalam studinya,
Shingi dan Mody menemukan bahwa media dapat menyempitkan jurang pemisah dan membawa keuntungan sosial ekonomi, namun hal ini akan membutuhkan penggunaan
strategi komunikasi yang tepat. penemuan utama dari studi tersebut mengindikasikan bahwa bagian-bagian dari audiens itu misalnya: kelompok- kelompok berstatus
sosial-ekonomi rendah yang sebelumnya sangat tidak acuh, akhirnya mereka mendapatkan paling banyak keuntungan dari program televisi meski pengetahuan
mereka masih rendah dbandingkan para audiens yang berpengetahuan tinggi dalam Dilla, 2007: 139.
Universitas Sumatera Utara
Pada faktanya jurang pemisah tersebut dipersempit jika menggunakan strategi- strategi komunikasi yang tepat dalam aktivitas-aktivitas difusi Dilla, 2007: 140 :
a. Para petani kecil lainnya masyarakat umumnya yang berpengetahuan rendah
dan dikategorikan terbelakang dalam akses informasi, selayaknya menyimak pertunjukkan di televisi dan diberi akses untuk memperoleh satu set penerima.
b. Isi pesan selayaknya sederhana dan mudah dimengerti oleh para audiens non-
elit. Jika memang ada, jargon teknis selayaknya disederhanakan. Sumber- sumber berkredibilitas tinggi dan berkemampuan untuk dimengerti pun
selayaknya dipergunakan.
c. Daya tarik dan penyajian informasi selayaknya disesuaikan dengan kondisi
para audiens. Sehingga jika para audiens berpengetahuan lebih rendah, mereka dapat “mengejar” kemampuan rekan pengimbang yang berpengetahuan lebih
tinggi, yang mungkin akan menemukan kekurangan nilai dan daya tarik dalam pesan-pesan tersebut yang berhubungan dengan redudansi.
Bagaimana pun strategi ini perlu dibangun agar menjadi proyek pendukung pembangunan yang on going, fleksibel, adaptif, institusional, dan berkesinambungan
sehingga dapat mencapai tujuan. Dengan informasi intensif dari berbagai media komunikasi, usaha pembangunan yang mengandung resiko pun akan mudah dicapai.
Sebaliknya, strategi yang tidak sesuai akan berdampak pada ketiadaan, perubahan perilaku yang signifikan diantara para penerimanya.
3. Menanggulangi bias Pro-Literacy.
Fakta membuktikan bahwa mayoritas masyarakat di negara Dunia Ketiga berstatus sosial-eknomi rendah dan merupakan orang-orang yang illiterate. Kondisi
kemiskinan dan ketergantungan akibat pembangunan tidak memihak rakyat, membuat mereka mengalami keterbelakangan dalam segala aspek kehidupan. Buta aksara
huruf, miskin informasi, miskin pengetahuan dan keterampilan yang rendah, serta terisolir dalam pergaulan dunia merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Bias pro-literacy ini muncul akibat kekeliruan penafsiran sumber komunikasi yang memposisikan para audiensnya sebagai seseorang yang memiliki keahlian utama dan
pendukung terhadap pesan yang disampaikan. Bahkan tidak jarang, saluran-saluran komunikasi yang ada menganggap para audiens memiliki pengetahuan dan pendidikan
formal dan informal. Strategi tersebut diterapkan dengan memadukan ide pembangunan dan inovasi mereka sendiri sesuai level pengetahuan dan pendidikan
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki diterapkan pada kaum miskin pedesaan dan perkotaan Dilla, 2007: 141.
Bias pro-literacy ini telah menjadi pembatas dan penghalang utama difusi informasi pada audiens illiterate dan proliterate. Kondisi ini mencegah strategi
penyaringan informasi, pengetahuan, dan berbagai keahlian pada para audiens illterate yang secara kebetulan bagian terbesar dari populasi di daerah pedesaan. Sementara itu,
hal tersebut telah mengarahkan akses informasi ysng lebih mudah bagi kelompok- kelompok elit di daerah-daerah pinggiran. Strategi komunikasi pembangunan yang
berorientasi kapada kebutuhan rakyat perlu mengidentifikasi dan menganggulangi bias pro-literacy sebagai keseluruhan pendekatan pembangunan.
4. Memaksimalkan peran komunikator sebagai agen pembangunan
Sebagai suatu strategi komunikasi dalam perubahan sosial dan pembangunan, dibutuhkan langkah-langkah operasional dalam penerapannya. Langkah ini ditempuh
dengan melibatkan berbagai pihak yang berkompeten dan berkepentingan sehingga seluruh program pembangunan bisa berjalan sesuai dengan tujuannya. Oleh karena itu,
dibutuhkan tenaga-tenaga terampil dan profesional, baik perorangan maupun kelompok yang paham dibidangnya masing-masing. Melalui tenaga terdidik atau
terampil, diharapkan dapat memelopori, menggerakkan, membuka wawasan berpikir, ataupun menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Para tenaga tersebut memiliki
kualifikasi dan kemampuan sehingga disebut agen perubahan atau dalam istilah populernya disebut agent of change. Para agen ini bisa saja berasal dari pemerintahan
governmnent atau organisasi bukan pemerintahan non government organization. Mereka terdiri dari: birokrat, politisi, kelompok profesi, Lembaga Swadaya
Masyarakat LSM, KSM, organisasi masyarakat dan lain-lain yang concern, peduli terhadap pemberdayaan masyarakat di tingkat bawah. Peran mereka sangatlah penting
dalam penerapan strategi ini Dilla, 2007: 142. Seorang agen komunikator mampu melakukan perubahan sikap, pendapat,
dan tingkah laku sasarnnya komunikan apabila dalam dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan daya tarik. Rogers mengatakan kredibilitas adalah tingkat di mana
Universitas Sumatera Utara
komunikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima. Hovland dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh
komunikator yang berkredibilitas tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan daripada disampaikan oleh komunikator
yang berkredibilitas rendah. Menurut Rakhmat, dalam berkomunikasi yang berpengaruh terhadap komunikan bukan hanya apa yang akan disampaikan, melainkan
juga keadaan komunikator secara keseluruhan. Jadi, ketika komunikator menyampaikan suatu pesan, komunikan tidak hanya mendengarkan pesan tersebut,
tetapi ia juga memperhatikan siapa yang menyampaikannya dalam Dilla, 2007: 143. pada tataran pragmatis, fungsi agen perubahan ini meliputi fungsi pemberi-
penerus informasi dan penghubung serta penjelas explanation. Untuk tujuan tersebut, posisi dan status para agen perlu dibedakan antara orang dalam insiders
atau orang luar outsiders sebab suatu perubahan membutuhkan pemahaman lebih lanjut. Peran orang dalam atau orang luar dalam kegiatan ini sangat menentukan
keberhasilan suatu ide, gagasan atau inovasi diterima atau ditolak. Melalui agen perubahan suatu ide, gagasan, atau inovasi baru yang berguna dapat dipergunakan atau
diperkenalkan. 5.
Menyusun pesan berorientasi kepada audiens Pada saat agen pembangunan memutuskan untuk mengarahkan tujuannya pada
para audiens atau masyarakat, tugas terpenting yang harus dilakukan adalah memotivasi, menggerakkan, dan mengajak audiens menjadi bagian penting dari proses
komunikasi. Di sini para audiens diajak berkomunikasi dengan menggunakan simbol, tanda, atau bahasa yang dipahami bersama dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
kepentingan mereka sebagai penerima pesan. Untuk masyarakat perkotaan yang umumnya sudah memiliki banyak media, penyajian pesan harus disampaikan
sedemikian rupa sesuai dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan. Kelompok yang berstatus ekonomi lebih rendah amatlah berbeda dalam hal pendidikan, sistem-sistem
kepercayaan, pola-pola membuat keputusan, kebiasaan-kebiasaan berkomunikasi mereka, dan lain-lain. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dimaksud tidak sama
Universitas Sumatera Utara
efektifnya. Saat ini pesan utama masih tetap sama keadaannya, kualitas pesan relevansi, desain, dan perlakuan selayaknya dibuat bagi kelompok-kelompok
berstatus ekonomi sosial yang lebih rendah. Strateg komunikasi ini akan membutuhkan evaluasi formatif para audiens, seperti persiapan profil audiens dan
studi penilaian kebutuhan, dan persiapan materi-materi prototipe harus diuji terlebih dulu sebelum materi-materi tersebut diproduksi secara massal Dilla, 2007: 145-146.
6. Memanfaatkan jasa teknologi komunikasi.
Pengaruh teknologi komunikasi telah menyebabkan berbagai macam jenis dan bentuk perubahan dalam masyarakat. Demikian juga sebaliknya, dinamika perubahan
yang terus berlangsung dalam spektrum sosial masyarakat telah ikut mendorong penemuan berbagai teknologi mutakhir, praktis, akurat, dan relevan. Karenanya,
teknologi dan dinamika sosial masyarakat saling mengisi dan mendukung. Pemanfaatan jasa teknologi komunikasi pada perubahan sosial sangat membantu
kegiatan komunikasi pembangunan. Yang termasuk teknologi komunikasi di antaranya: penyiaran televisi, perekam video-kaset, komputer, komunikasi satelit,
telepon, tele-konferensi, dan audio-konferensi. Sedangkan beberapa jenis teknologi baru komunikasi secara umum disebut cyber communication komunikasi dunia maya
dan internet.
2.2.3 Komunikasi Kelompok