Merger Lintas Negara Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Suatu Perusahaan yang Melakukan Merger Lintas Negara

B. Merger Lintas Negara

Merger lintas negara cross boarder merger merupakan merger yang cukup banyak dilakukan. Dalam hal ini yang bergabung adalah perusahaan dari dua negara yang berbeda. Terdapat perselisihan antara hukum di kedua negara tersebut, tetapi untuk merger lintas negara, dalam banyak hal, yang berlaku adalah hukum di mana perusahaan itu berkedudukan. Tidak berarti hukum di negara asal perusahaan tersebut tidak diperhatikan. Disebabkan pada prinsipnya para pihak sampai batas tertentu dapat memperjanjikan hal yang dikehendaki dalam kontrak merger. Karena itu, jika terdapat kaidah hukum yang ingin diberlakukan, sebaiknya dan biasanya diatur dalam kontrak merger tersebut. Sebenarnya latar belakang dan tujuan dilakukannya merger lintas negara sama saja dengan latar belakang dan tujuan merger secara umum, seperti untuk menambah sinergi, memperluas pasar, dan lain-lain. Akan tetapi, ada juga motif untuk melakukan merger lintas negara, yaitu untuk meningkatkan nama baik dari perusahaan tersebut. Motif seperti ini berbahaya bagi perusahaan yang bersangkutan. Sebab ini menandakan sebenarnya merger lintas negara tersebut tidak dilandasi oleh kebutuhan ekonomis dari perusahaan tersebut sehingga sebenarnya, bagi perusahaan yang bersangkutan, merger tersebut tidak membawa manfaat apa-apa, bahkan mungkin dapat merugikan. Belum lagi kemungkinan adanya masalah-masalah teknis dan operasional yang akan dihadapi, misalnya, pihak manajemen yang tidak terintegrasi, budaya perusahaan yang tidak menyatu, dan lain-lain. Jadi, merger lintas negara dengan motif seperti ini haruslah dihindari. 89 1. Peningkatan kwalitas perusahaan. Adapun yang merupakan motivasi dilakukannya merger lintas negara adalah sebagai berikut 89 Ibid, hlm. 191- 192. Universitas Sumatera Utara 2. Pengembangan sayap secara internasional. 3. Memperkuat kompetisi pasar. 4. Sebagai jalan keluar manakala pertumbuhan perusahaan secara domestik terbatas. 5. Untuk mendapatkan biaya termasuk buruh yang relatif murah. 90 Dapat disebutkan bahwa di antara motif-motif terpenting untuk melakukan merger lintas negara adalah sebagai berikut: 1. Mengintensifkan hubungan dengan blok perdagangan yang lebih luas. 2. Menyebar risiko produk dan keuangan secara geografis. 3. Mendapatkan produk pendukung. 4. Mengeksploitasi sinergi internasional. 5. Mencapai ukuran kompetitif. 6. Memperkuat bisnis utama. 7. Memperkecil biaya produksi. 8. Mencapai skala ekonomis. 9. Pengembangan dan perluasan pasar. 91 Hal ini dimotivasi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Lingkup domestik yang terbatas; 2. Kebutuhan untuk melindungi posisi dan persaingan; 3. Mempertahankan pasar yang ada; 4. Mendapatkan akses ke produk baru; 5. Memperkuat komitmen internasional. 90 .Munir Fuady III, Op. Cit., hlm. 107. 91 Ibid, hlm. 108. Universitas Sumatera Utara Banyak aspek yuridis yang perlu diperhitungkan dalam rangka melakukan merger lintas negara. Jika aspek-aspek ini diabaikan, merger yang bersangkutan terancam gagal. Banyak juga aspek yuridis yang mesti diperhitungkan yang sebenarnya berlaku bukan hanya untuk merger secara lintas negara, melainkan aspek yuridis tersebut berlaku juga bagi suatu merger pada umumnya. Karena itu, di samping aspek yuridis yang umum yang mesti diperhitungkan tersebut, seperti yang telah dijelaskan dalam bagian-bagian yang lain, terhadap suatu merger lintas negara, perlu perhatian serius terhadap aspek- aspek yuridis berikut ini: 1. Kontrak, komitmen, dan provitabilitas. 2. Asuransi. 3. Masalah Pensiun. 4. Kewajiban terhadap pihak ketiga. 5. Kemungkinan digugat. 6. Masalah pengaturan dan pembayaran pajak 7. Masalah pendanaan. 8. Arus dividen. 9. Realisasi kekayaan. 10. Pertukaran mata uang. 11. Kewajiban keuangan selain pajak. 12. Keterbukaan terhadap publik. 13. Peraturan antitrust. Universitas Sumatera Utara 14. Persyaratan bursa saham jika terlibat perusahaan terbuka. 15. Pengaturan tentang perusahaan asing. 92 Selanjutnya untuk suatu merger yang bersifat lintas negara cross boarder selain harus diperhatikan faktor untuk merger biasa seperti disebutkan di atas, maka harus pula diperhatiakn beberapa faktor tambahan sebagai berikut: 1. Bagaimana potensi, perkembangan, dan segmen pasar. 2. Bagaimanakah bisnis inti dan produk. 3. Bagaimanakah biaya produksi dan ekonomis. 4. Bagaimanakah sinergi internasionalnya. 5. Bagaimanakah penerimaan kulturalnya. 6. Bagaimanakah gaya manajemennya 7. Bagaimanakah lingkungan bisnisnya. 8. Bagaimanakah kualitas, ketersediaan, dan hubungan perburuhan. 9. Bagaimanakah keinginan untuk memikul risiko. 10. Kisah kesuksesan dan kegagalan perusahan di luar negeri pada masa lalu. 11. Bagaimanakah alternatif bentuk pertumbuhan dan kerja sama. 12. Bagaimanakah pengalaman orang lain di daerah target yang potensial. 13. Bagaimanakah keuntungan dan risiko yang khas dari negara target. 14. Apakah sudah dilakukan pemeriksaaan yang rutin terhadap kinerja dan profitabilitas. 15. Apakah manajemennya ahli dan konsisten. 16. Kewaspadaan yang terus menerus dan keterlibatan kantor pusat. 92 Munir Fuady II, Op. Cit., hlm. 192. Universitas Sumatera Utara 17. Status perusahaan target asing yang sama dengan rekan domestiknya. 18. Memikul tanggung jawab penuh pada investasi. 19. Memberikan penghargaan terhadap negara setempat serta kulturnya. 20. Memberikan pengalaman serta peranan para ahli dari kantor pusat. 21. Bagaimanakah tingkat keuntungan yang telah diramalkan. 22. Bagaimanakah integrasi produk. 23. Bagaimanakah eksploitasi sinerginya. 24. Bagaimanakah jaringan kerja kelompoknya. 93 Banyak hambatan yang akan ditemukan apabila dilakukan merger lintas negara. Karena itu, perlu terlebih dahulu dipertanyakan apakah memang perusahaan tersebut perlu melakukan apa yang disebut dengan merger lintas negara tersebut. Setidaknya ada tiga hambatan yang selalu menghambat pelaksanaan merger lintas negara, yaitu: 1. Hambatan Yuridis Banyak hambatan yuridis akan dialami jika dilakukan merger lintas negara. Hal ini berkenaan dengan fakta bahwa adanya perbedaan perlakuan hukum antara perusahaan asing dan perusahaan domestik. Dengan demikian, dapat saja terjadi bahwa merger lintas negara tidak menarik, bahkan dalam bidang-bidang tertentu tidak mungkin sama sekali. 93 Ibid, hlm. 193. Universitas Sumatera Utara Sungguhpun begitu, sedikit demi sedikit perbedaan perlakuan antara perusahaan asing dan perusahaan domestik ini semakin mengecil. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu: 94 a. Sejalan dengan prinsip di kebanyakan negara yang mengundang modal asing sebanyaknya masuk ke negaranya sehingga hambatan atau perbedaan perlakuan antara perusahaan domestik dan perusahaan asing akan menjadi disintensif. b. Sejalan dengan arus globalisasi dalam era perdagangan bebas bersamaan dengan adanya AFTA, APEC, dan GATT, yang mengarahkan perlakuan yang sama atas bisnis dan perdagangan antara negara satu dengan negara yang lain, antara lain, dengan menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan. 2. Hambatan Politis Hambatan lain terhadap merger lintas negara ini adalah yang berkenaan dengan hambatan politis. Hambatan politis, antara lain, yang berhubungan dengan adanya perlakuan khusus, resmi, atau tidak resmi, terhadap perusahaan-perusahaan domestik, terutama terhadap perusahaan-perusahaan besar, perlakuan khusus itu belum tentu didapatkan dengan merger dengan perusahaan dinegara lain. 3. Hambatan Fiskal Masalah perlakuan fiskal yang berbeda juga dapat mengganjal pelaksanaan merger lintas negara. Bisa jadi perlakuan khusus perpajakan yang telah didapatkan akan hilang dengan adanya merger dengan perusahaan dari negara lain tersebut. Kemudahan pajak atas capital gain bisa jadi hilang. 94 Ibid, hlm. 193. Universitas Sumatera Utara kerugian di suatu negara belum tentu dapat di kompensasi dengan keuntungan di negara lain. Dan adanya double taxation treaties juga tidak sepenuhnya dapat membantu menyelesaikan masalah perpajakan antara negara ini. Tidak jarang terjadi kejutan terhadap pihak yang menggabungkan diri dalam merger lintas negara, yakni kejutan yang datang dari masalah yang tidak pernah teridentifikasi sebelumnya. Karena itu, berikut ini disebutkan beberapa sumber masalah tidak terduga dalam merger lintas negara, yaitu: 1. Kontrol dari pemegang saham. 2. Sikap dan gaya manajemen. 3. Partisipasi persekutuan dagang. 4. Hukum perburuhan. 5. Hukum pajak. 6. Metode akuntansi. 7. Kalkulasi keuntungan. 8. Birokrasi setempat. 9. Peraturan perdagangan. 10. Pengaturan pensiun. 11. Kewajiban pelatihan dan peralihan teknologi. 12. Peraturan-peraturan yang berlebihan. 95 Terdapat beberapa fenomena yang dapat dijadikan suatu peringatan tentang akan adanya hambatan-hambatan dalam melakukan merger lintas negara. Fenomena-fenomena peringatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ketidak stabilan politik. 95 Ibid, hlm. 194. Universitas Sumatera Utara 2. Infrastruktur yang buruk. 3. Laporan tahunan yang tidak memadai, tidak lengkap, dan terlalu optimis. 4. Pembatasan yang tidak logis atau berlebihan terhadap orang asing. 5. Jaringan komunikasi yang tidak memadai, tidak dapat dipercaya, dan tidak dapat dimonitor. 6. Kondisi lingkungan yang sulit dengan tingkat polusi yang tinggi. 7. Pembatasan pada arus modal. 8. Ketidakmampuan untuk mendapatkan jaminan dalam bentuk asuransi yang layak. 9. Mutu sumber daya manusia yang rendah. 10. Ancaman dari mogok dan demonstrasi masyarakat serta jeleknya hubungan perburuhan. 11. Adat istiadat setempat yang dapat menyebabkan salah pengertian. 12. Kekurangan pusat pelatihan khusus dan fasilitas dalam perusahaan. 13. Mesin yang ada sudah ketinggalan zaman atau tidak berguna lagi. 14. Kekurangan para pelatih yang terampil untuk teknik industri modern. 15. Sumber daya manusia tidak terbiasa dengan sistem pengendalian mutu dan output. 16. Ketidakmampuan memenuhi tanggal pengiriman. 17. Terlalu banyak karyawan. 18. Para manajer dipilih karena alasan politis atau kolusi, bukan karena kemampuan. 19. Tenaga kerja segan untuk mengikuti training dan pendidikan. Universitas Sumatera Utara 20. Adanya sikap konservatif dan alergi terhadap perubahan. Demikianlah, diantara fenomena yang harus diperhitungkan dalam melakukan merger lintas negara. Jika hal tersebut diabaikan, akan terjadi kesusahan, bahkan hambatan tersebut dapat mengagalkan merger yang bersangkutan. 96 1. Salah satu atau kedua perusahaan yang melakukan merger, Pihak-pihak lainnya selain dari konsumen dan pesaing bisnis yang cenderung dirugikan karena tindakan merger tersebut adalah 2. Pihak pemegang saham minoritas dalam perusahaan-perusahaan tersebut, 3. Pihak karyawannya, dan 4. Pihak kreditur. 97 96 Ibid, hlm. 94. 97 Munir Fuady III, Op. Cit., hlm. 109. Universitas Sumatera Utara BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM PERSEROAN TERBATAS YANG MELAKUKAN MERGER LINTAS NEGARA

A. Akibat Hukum Merger Lintas Negara