Penyelesaian Sengketa Atas Terlanggarnya Hak Pemegang Saham

C. Penyelesaian Sengketa Atas Terlanggarnya Hak Pemegang Saham

Karena Merger Lintas Negara Pola penyelesaian sengketa merupakan suatu bentuk atau kerangka untuk mengakhiri pertikaian atau sengketa yang terjadi antara para pihak. Pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu melalui: 1 pengadilan, dan 2 alternatif penyelesaian sengketa ADR. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan litigasi adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak yang bersengketa, di mana dalam penyelesaian sengketa itu diselesaikan oleh pengadilan. Putusannya bersifat mengikat. Penggunaan sistem litigasi mempunyai keuntungan dan kekurangan dalam penyelesaian sengketa. Keuntungannya, yaitu sebagai berikut 1. Dalam mengambil keputusan dari para pihak, litigasi sekurang-kurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak dapat mempengaruhi hasil dan dapat menjamin ketentraman sosial. 2. Litigasi sangat baik untuk menemukan kesalahan- kesalahan dan masalah- masalah dalam posisi pihak lawan. 3. Litigasi memberikan suatu standar bagi prosedur yang adil dan memberikan peluang yang luas kepada para pihak untuk didengar keterangannya sebelum mengambil keputusan. 4. Litigasi membawa nilai- nilai masyarakat untuk penyelesaian sengketa pribadi. Universitas Sumatera Utara 5. Dalam sistem litigasi para hakim menerapkan nilai- nilai masyarakat yang terkandung dalam hukum untuk menyelesaikan sengketa. 168 Namun litigasi setidak-tidaknya sebagaimana yang terdapat di Amerika Serikat, memiliki banyak kekurangan drawbacks. Kekurangan litigasi, yaitu 1. Memaksa para pihak pada posisi yang tidak menyenangkan; 2. Memerlukan pembelaan advocasy atas setiap maksud yang dapat mempengaruhi putusan; 3. Benar-benar mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara, apakah persoalan materi substantive atau prosedur, untuk persamaan kepentingan dan mendorong para pihak melakukan penyelidikan fakta yang ekstrem dan sering kali marginal; 4. Menyita waktu dan meningkatkan biaya keuangan; 5. Fakta- fakta yang dapat dibuktikan membentuk kerangka persoalan, para pihak tidak selalu mampu mengungkapkan kekhawatiran mereka yang sebenarnya; 6. Tidak mengupayakan untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan para pihak yang bersengketa; dan 7. Tidak cocok untuk sengketa yang bersifat polisentris, yaitu sengketa yang melibatkan banyak pihak, banyak persoalan dan beberapa kemungkinan alternatif penyelesaian. 169 168 H.Salim H S dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Ed. Pertama, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm. 348. 169 Ibid, hlm. 349. Universitas Sumatera Utara Pengadilan merupakan refleksi dari jurisdiksi judikatif suatu negara berdaulat. Segala peristiwa hukum, termasuk sengketa kontrak yang terjadi di dalam wilayah suatu negara, pada prinsipnya berada di bawah jurisdiksi negara itu. 170 1. Terpenuhinya kompetensi sesuai dengan ketentuan Konvensi; Di lingkup internasional, pengakuan dan pelaksanaan putusan pengadilan suatu negara diatur dalam Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Judgmetns in Civil and Commercial Matters, 1971. Menurut Konvensi 1971, pemberian pengakuan dan pelaksanaan terhadap putusan pengadilan asing yang telah memenuhi syarat tertentu 2. Putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum yang pasti di wilayah putusan dibuat, sehingga putusan tersebut telah dapat dilaksanakan enforceable di wilayah asalnya sendiri. 171 Dalam era globalisasi, ciri perekonomian yang paling menonjol adalah ”Free Market” dan “Free Competition”. Dalam keadaan yang demikian, dari ratusan transaksi bisnis yang terjadi, tidak mungkin dihindari terjadinya perselisihan konflik yang menuntut penyelesaian yang cepat pula. Salah satu proses atau cara penyelesaian sengketa bisnis yang sekarang lagi populer adalah Arbitrase. 172 170 Huala Adolf I, Op. Cit., hlm. 174. 171 Ibid, hlm. 174. 172 Zaeni Asyhadie., Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 211. Universitas Sumatera Utara Menurut UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum, Pasal 1 angka 1, arbitrase adalah: ”Cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbritase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.” 173 1. Prosedur tidak berbelit dan keputusan dapat dicapai dalam waktu relatif singkat. Arbitrase merupakan institusi penyelesaian sengketa alternatif yang paling sering digunakan dibandingkan dengan institusi penyelesaian sengketa alternatif lainnya. Kelebihan dari arbitrase yaitu 2. Biaya lebih murah. 3. Dapat dihindari expose dari keputusan di depan umum. 4. Hukum terhadap prosedur dan pembuktian lebih relaks. 5. Para pihak dapat memilih hukum mana yang akan diberlakukan oleh arbitrase. 6. Para pihak dapat memilih sendiri para arbiter. 7. Dapat dipilih para arbiter dari kalangan ahli dalam bidangnya. 8. Keputusan dapat lebih terkait dengan situasi dan kondisi. 9. Keputusan arbitrase umumnya final and binding tanpa harus naik banding atau kasasi. 10. Keputusan arbitrase umumnya dapat diberlakukan dan di eksekusi oleh peradilan dengan sedikit atau tanpa review sama sekali. 173 Ibid, hlm. 212. Universitas Sumatera Utara 11. Proses prosedur arbitrase lebih mudah dimengerti oleh masyarakat luas. 12. Menutup kemungkinan untuk dilakukan “forum shopping” 174 Dalam UU No.30 Tahun 1999, undang-undang yang terdiri dari 11 sebelas bab terbagi ke dalam 82 delapan puluh dua Pasal ini hanya menegaskan secara umum dalam Pasal 5, yang berbunyi seperti berikut. 1. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbritase hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. 2. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian. 175 Keputusan arbritase internasional yang dapat dilaksanakan di Indonesia harus memenuhi beberapa persyaratan berikut. 1. Putusan arbritase internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbritrase di suatu negara yang dengan negara Indonesia terikat pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral, mengenai pengakuan dan pelaksanaan putusan Arbritrase Internasional. 2. Putusan arbritase internasional dalam huruf a terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan. 174 Munir Fuady V, Arbitase nasional, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 40- 41. 175 Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Ed. Revisi, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 50. Universitas Sumatera Utara 3. Putusan arbritase internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a hanya dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak bertentangan dengan kepentingan umum. 4. Putusan arbritase internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh eksekutor dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 5. Putusan arbritase internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang menyangkut Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekutor dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 176 Menurut pedoman yang diberikan oleh United Nation Commission on International Trade Law UNCITRAL, baru termasuk ruang lingkup arbritase internasional apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut 1. Jika pada saat menandatangani kontrak yang menjadi sengketa para pihak mempunyai tempat bisnis di negara yang berbeda, atau 2. Jika tempat arbritase sesuai dengan kontrak arbritase berada di luar tempat bisnis para pihak, atau 3. Jika pelaksanaan sebagian besar dari kewajiban dalam kontrak berada di luar kontrak bisnis para pihak atau pokok sengketa sangat terkait dengan tempat yang berada di luar tempat bisnisnya para pihak, atau 176 Ibid, hlm. 54. Universitas Sumatera Utara 4. Para pihak dengan tegas telah menyetujui bahwa pokok persoalan dalam kontrak arbritase berhubungan dengan lebih dari 1 satu negara. 177 Tahap-tahap dari eksekusi putusan arbritase internasional asing adalah sebagai berikut 1. Tahap penyerahan dan pendaftaran putusan. 2. Tahap permohonan pelaksanaan putusan. 3. Tahap perintah pelaksanaan oleh ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat eksekuatur. 4. Tahap pelaksanaan putusan arbritase. 178 Apabila kita mengacu pada ketentuan Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999, cara penyelesaiana sengketa melalui ADR dibagi menjadi lima cara 179 1. Konsultasi Menurut Black’s Law Dictionary konsultasi consultation adalah: “ Act of consulting or conferring; e.g. patient with doctor, client with lawyer. Deliberation of persons on some subject.” Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu, yang disebut dengan klien dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya tersebut. 180 177 Munir Fuady V, Op. Cit., hlm. 329. 178 Ibid, hlm. 330. 179 H.Salim H S Budi Sutrisno, Op. Cit., hlm. 350. 180 Gunawan Widjaja II, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta: PT Raja Grafindo Tinggi, 2002, hlm. 86. Universitas Sumatera Utara 2. Negosiasi Negosiasi merupakan komunikasi 2 dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak- pihak yang mengalami sengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga penengah, yang tidak berwenang mengambil keputusan mediasi, maupun pihak ketiga pengambil keputusan arbitrase dan litigasi. 181 Dalam Pasal 5 UU No.30 Tahun 1999 bahwa pada dasarnya segala sesuatu yang menurut undang- undang yang berlaku dapat diadakan perdamaian dapat di negosiasikan. Sebagaimana halnya perdamaian hanya dapat dilakukan jika pihak yang bernegosiasi mempunyai kekuasaan untuk melepaskan hak atas hal yang termasuk dalam kesepakatan tertulis. 182 3. Mediasi Kovach mendefinisikan mediasi sebagai berikut “ Facilitated negotiation. It process by which a neutral third party, the mediator, assist disputing parties in reaching a mutually satisfaction solution” Pengertian tentang mediasi mengandung unsur sebagai berikut. a. Sebuah proses penyelesaian sengketa yang berdasarkan perundingan. b. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam perundingan. 181 Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolutions ADR, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 45. 182 Gunawan Widjaja II, Op. Cit., hlm. 89- 90. Universitas Sumatera Utara c. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian. d. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan berlangsung. e. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa. 183 Mediasi melibatkan keberadaan pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak memihak, yang akan berfungsi sebagai mediator. Mediator berkewajiban melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan pada kehendak dan kemauan para pihak. 184 4. Konsiliasi Dalam Black’s Law Dictionary dikatakan bahwa konsiliasi adalah: Conciliation is the adjustment and settlement of a dispute in a friendly, unantagonistic manner used in courts before trial with a view towards avoiding trial and in labor disputes before arbitration. Court of conciliation is a court which proposes terms of adjustment, so as to avoid litigation Berbeda dengan negosiasi, konsiliasi, dari pengertian yang di berikan dalam Black’s Law Dictionary, merupakan langkah awal perdamaian sebelum sidang peradilan litigasi dilaksanakan. 185 183 Suyud Margono, Op. Cit., hlm. 54. 184 Gunawan Widjaja II, Op. Cit., hlm. 91. 185 Ibid, hlm. 94. Universitas Sumatera Utara Konsiliasi dapat diserahkan kepada sebuah Tim Konsiliator yang berfungsi menjelaskan fakta-fakta, membuat usulan-usulan penyelesaian, tetapi sifatnya tidak mengikat. Konsiliator dapat dibentuk bersifat tetap dan ad hoc. 5. Penilaian ahli Penilaian Ahli adalah suatu upaya mempertemukan pihak yang berselisih dengan cara menilai pokok sengketa yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang ahli di bidang terkait dengan pokok sengketa untuk mencapai persetujuan. Penilaian ahli berupa keterangan tertulis yang merupakan hasil penelitian ilmiah berdasarkan keahlian yang dimiliki untuk membuat terang pokok sengketa yang sedang dalam proses. Penilaian ahli ini dapat diperoleh dari seseorang atau Tim ahli yang dipilih secara ad hoc. 186 Suatu arbitrase dianggap internasional apabila para pihak pada saat dibuatnya perjanjian yang bersangkutan mempunyai tempat usaha place of business di negara yang berbeda. 187 1. Badan Arbitrase Nasional Indonesia Lembaga Arbritase Internasional yaitu: Badan arbitrase yang telah lama berdiri di Indonesia, yaitu sejak tahun 1978. Badan ini berdiri atas inisiatif ketua Mahkamah Agung pada waktu itu, Prof. Subekti yang melihat antara lain bahwa pengadilan sendiri tidak mampu menangani sengketa dagang. 188 Secara umum BANI didirikan untuk tujuan 186 Penanganan Masalah melalui Alternative Dispute Resolution ADR, http:id.shvoong.comsociety-and-newsnews-items2021924-penanganan-masalah-melalui- alternative-dispute. diakses tanggal 20 Mei 2014 187 H.Sudiarto Zaeni Asyhadie, Mengenal Arbitrase salah satu alternatif penyelesaian sengketa bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004, hlm. 131. 188 Huala Adolf I, Op. Cit., hlm. 178. Universitas Sumatera Utara a. Dalam rangka turut serta dalam upaya penegakan hukum di Indonesia menyelenggarakan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang terjadi di berbagai sektor perdagangan. b. Menyelenggarakan jasa bagi penyelenggaraan penyelesaian sengketa melalui arbitrase atau bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya dan pemberian pendapat yang mengikat sesuai dengan Peraturan Prosedur BANI atau peraturan prosedur lainnya yang disepakati oleh para pihak yang berkepentingan. c. Bertindak secara otonom dan independen di dalam penegakan hukum dan keadilan. d. Menyelenggarakan pengkajian dan riset serta program pelatihan atau pendidikan mengenai arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. 189 2. International Chamber of Commerce Kamar Dagang dan Industri berkedudukan di Paris. Asosiasi dagang internasional ini memiliki badan penyelesaian sengketa dagang yaitu Peradilan Arbitrase ICC Court of Arbitration. ICC juga menyediakan sarana penyelesaian melalui konsiliasi. 190 a. Meningkatkan kerja sama dan perdagangan dunia; Fungsi organisasi ini adalah b. Menentang proteksionisme dan menetapkan standar perdagangan internasional melalui kebijaksanaan ekonomi internasional yang luas; c. Penurunan kendala- kendala perdagangan; dan 189 Frans Hendra Winata, Hukum Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 99. 190 Ibid, hlm. 179. Universitas Sumatera Utara d. Sebagai sarana untuk saling tukar menukar pandangan pikiran di antara para pengusaha. 191 Badan ini merupakan lembaga Kamar Dagang Internasional yang paling tua yang sampai sekarang berpusat dan berkedudukan di Paris. ICC memberikan jasa bisnis melalui organ atau lembaga a. The Court of Arbitration Peradlan Arbitrase yang berkedudukan di Paris. Suatu pusat penyelesaian sengketa internasional di antara pihak yang tunduk kepada kontrak internasional. b. The Institute of International Business Law and Practice Institut Hukum Bisnis dan Praktik Internasional merupakan wadah dari para pengusaha dan ahli hukum untuk bersama- sama membahas masalah bisnis internasional. 192 3. London Court of International ArbitrationLCIA LCIA dibentuk tahun 1891. Badan arbitrase ini merupakan salah satu badan arbitrase yang tertua di dunia. Pembentukan badan arbitrase ini diprakarsai dan dibentuk oleh the Court of Common Council of the City of London. Badannya sendiri, waktu itu bernama ”The City of London Chamber of Arbitration”, diresmikan pada tahun 1892. Waktu itu, tujuan pembentukan badan arbitrase ini adalah lembaga penyelesaian sengketa yang cepat, murah, sederhana, dan pencipta perdamaian. 193 4. The International Centre for Settlement of Investment Disputes ICSID ICSID didirikan pada tanggal 14 Oktober 1966, diprakarsai oleh World Bank yang berpusat di Washington. ICSID merupakan badan arbitrase internasional yang lahir dari Convention On The Settlement of Investment Disputes Between States and Nationals of Other States. ICSID menjadi pusat arbitrase 191 H.Sudiarto Zaeni Asyhadie, Op. Cit., hlm. 155. 192 Ibid, hlm. 156. 193 Huala Adolf I, Op. Cit., hlm. 180. Universitas Sumatera Utara internasional yang khusus menyelesaikan persengketaan penanaman modal antara suatu negara dengan warga negara asing. 194 194 H.Sudiarto Zaeni Asyhadie, Op. Cit., hlm. 154. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan