6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Bagasse Tebu
Tebu Sacharum officinarum, Linn. merupakan tanaman bahan baku pembuatan gula yang hanya dapat ditanam di daerah beriklim tropis. Umur
tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih satu tahun. Tebu termasuk keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan cocok
ditanam pada daerah dengan ketinggian 1 sampai 1.300 meter di atas permukaan air laut. Di Indonesia terdapat beberapa jenis tebu, di antaranya
tebu hitam cirebon, tebu kasur, POJ 100, POJ 2364, EK 28, dan POJ 2878. Tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik gula. Dalam proses
produksi gula, dari setiap tebu yang diproses, dihasilkan bagasse tebu sebesar 90, gula yang dimanfaatkan hanya 5 dan sisanya berupa tetes
tebu molase dan air Witono, 2003. Bagasse tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah
mengalami ekstraksi niranya dan banyak mengandung parenkim serta tidak tahan disimpan karena mudah terserang jamur. Serat sisa dan bagasse tebu
kebanyakan digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk pembuatan gula Slamet, 2004.
Bagasse tebu merupakan limbah pabrik gula yang sangat mengganggu apabila tidak dimanfaatkan. Bagasse tebu mengandung serat selulosa,
pentosan, dan lignin, abu, dan air Syukur, 2006. Adanya serat
7 memungkinkan digunakannya bagasse tebu sebagai pakan ternak, tetapi
adanya lignin dengan kandungan cukup tinggi 19.7 dan kadar protein yang rendah 28 menyebabkan penggunaannya sangat terbatas Balai
Informasi Pertanian, 2005. Pentosan merupakan salah satu polisakarida yang terdapat dalam bagasse tebu dengan persentase sebesar 20-27.
Kandungan pentosan yang cukup tinggi tersebut memungkinkan bagasse tebu diolah menjadi furfural yang memiliki aplikasi cukup luas dalam
beberapa industri terutama untuk mensintesis senyawa-senyawa turunannya seperti furfuril alkohol, furan dan lain-lain Witono, 2003. Kaur 2008
mengemukakan bahwa bagasse tebu juga dapat dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat seperti Zn
2+
90, Cd
2+
70, Pb
2+
80, dan Cu
2+
55.
2. Unsur Makro Mg
2+
dalam tanaman
Unsur hara Mg
2+
merupakan unsur hara makrosekunder yang berperan penting sebagai bahan pembentuk molekul klorofil dan komponen enzim
esensial Rankine dan Fairhurst, 1999; dan Havlin et. al., 2004.
Kekurangan elemen ini dapat dilihat dengan menguningnya daun.
Jumlah magnesium
ditentukan dengan
mengukur kuantitas
magnesium pada permukaan partikel tanah. Jumlah magnesium optimal pada tanah didapatkan 51
– 250 ppm untuk pasir dan 101 – 500 ppm untuk semua jenis tanah. Sumber magnesium dapat diperoleh dari dolomitic lime,
garam epsom, kieserite, dan potassium magnesium sulfat Schulte, 2004.