26
9. Spektroskopi Serapan Atom SSA
Spektroskopi serapan atom SSA adalah analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat yang digunakan untuk analisis secara spektroskopi
serapan atom disebut Spektrofotometer Serapan Atom. Alat ini memiliki sensitifitas yang sangat tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai pilihan
utama dalam menganalisis unsur logam yang konsentrasinya sangat kecil ppm bahkan ppb. Prinsip dasar pengukuran dengan SSA adalah
penyerapan energi sumber cahaya oleh atom-atom dalam keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Pembentukan atom-atom dalam keadaan
dasar atau proses atomisasi pada umumnya dilakukan dalam nyala. Cuplikan yang mengandung logam M sebagai ion M
+
dalam bentuk larutan garam M
+
dan A
-
akan melalui serangkaian proses dalam nyala, sebelum akhirnya menjadi atom logam dalam keadaan dasar M
seperti terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Proses Atomisasi Welz, 1985
27 Atom-atom dalam keadaan dasar M
o
akan menyerap sumber energi berupa lampu katoda berongga. Jumlah energi yang diserap adalah
sebanding dengan populasi atau konsentrasi atom-atom dalam sampel Welz, 1985. Penentuan konsentrasi unsur logam dalam sampel dapat
dilakukan dengan bantuan kurva kalibrasi yang merupakan aluran antara absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar. Kurva kalibrasi dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kurva Kalibrasi Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa
jumlah energi yang diserap absorbansi adalah sebanding dengan konsentrasi C. Hukum Lambert-Beer dapat dilihat pada persamaan 6
Khopkar, 2003 . A =
ϵ . b . c Keterangan:
A = absorbansi b = tebal larutan tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm
c = konsentrasi larutan yang diukur 6
28 ε = tetapan absorptivitas molar jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar Hukum Lambert
–Beer terpenuhi apabila kurva baku berupa garis lurus dan nilai R yang dihasilkan dari persamaan linear memiliki rentang
0.7-1.0. Berdasarkan persamaan linear maka diperoleh slope yang merupakan nilai
ε tetap absorptivitas molar. Menurut Dachriyanus 2004, Hukum Lambert-Beer terbatas karena sifat kimia dan faktor instrumen.
Penyebab non linearitas ini adalah: a. Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi 0,01 M, yang
disebabkan oleh interaksi elektrostatik antara molekul karena jaraknya yang terlalu dekat.
b. Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel. c. Flouresensi atau fosforesensi sampel.
d. Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi. e. Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi.
f. Radiasi non-monokromatik;
deviasi bisa
digunakan dengan
menggunakan bagian datar pada absorban yaitu pada panjang gelombang maksimum.
g. Kehilangan cahaya.
29
B. Penelitian yang Relevan
Menurut Siti Sulastri 2013, dalam penelitiannya yang berjudul “Sintesis dari Abu Sekam Padi Melalui Proses Sol Gel sebagai Penukar Kation
Logam Berat dalam Larutan ” menyebutkan bahwa adanya puncak serapan
gugus fungsi silanol ≡Si-OH dan siloksan =Si-O-Si= pada silika gel saat dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FTIR.
Menurut Fahmiati dkk. 2006 dalam penelitiannya yang berjudul “Termodinamika Adsorpsi CdII, NiII dan MgII pada Silika Gel yang
Terimobilisasi dengan 3-Merkapto-1,2,4- triasol” juga menyebutkan bahwa
pola adsorpsi ion Mg
2+
pada adsorben silika gel mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir yang membentuk lapis tunggal.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Isni Rosetya 2009 berjudul “Modifikasi Silika Gel dari Abu Sekam Padi dengan Gugus Sulfonat Melalui
Senyawa Epoksi untuk Adsorpsi Ion Logam Magnesium d an Besi”
menyebutkan bahwa silika gel dari abu sekam padi dapat digunakan untuk adsorpsi Mg
2+
dan Fe
3+
. Silika gel memiliki kemampuan adsorpsi terhadap Mg
2+
sebesar 1,154 mmolg. Pada penelitian ini dilakukan sintesis silika gel dari bagasse tebu
melalui proses sol-gel. Silika gel yang diperoleh digunakan untuk adsorpsi kation Mg
2+
pada berbagai konsentrasi. Data adsorpsi kation Mg
2+
ini diolah untuk menentukan model isoterm adsorpsi yang sesuai pada adsorben silika
gel.