Spektroskopi Serapan Atom SSA

29

B. Penelitian yang Relevan

Menurut Siti Sulastri 2013, dalam penelitiannya yang berjudul “Sintesis dari Abu Sekam Padi Melalui Proses Sol Gel sebagai Penukar Kation Logam Berat dalam Larutan ” menyebutkan bahwa adanya puncak serapan gugus fungsi silanol ≡Si-OH dan siloksan =Si-O-Si= pada silika gel saat dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FTIR. Menurut Fahmiati dkk. 2006 dalam penelitiannya yang berjudul “Termodinamika Adsorpsi CdII, NiII dan MgII pada Silika Gel yang Terimobilisasi dengan 3-Merkapto-1,2,4- triasol” juga menyebutkan bahwa pola adsorpsi ion Mg 2+ pada adsorben silika gel mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir yang membentuk lapis tunggal. Penelitian yang telah dilakukan oleh Isni Rosetya 2009 berjudul “Modifikasi Silika Gel dari Abu Sekam Padi dengan Gugus Sulfonat Melalui Senyawa Epoksi untuk Adsorpsi Ion Logam Magnesium d an Besi” menyebutkan bahwa silika gel dari abu sekam padi dapat digunakan untuk adsorpsi Mg 2+ dan Fe 3+ . Silika gel memiliki kemampuan adsorpsi terhadap Mg 2+ sebesar 1,154 mmolg. Pada penelitian ini dilakukan sintesis silika gel dari bagasse tebu melalui proses sol-gel. Silika gel yang diperoleh digunakan untuk adsorpsi kation Mg 2+ pada berbagai konsentrasi. Data adsorpsi kation Mg 2+ ini diolah untuk menentukan model isoterm adsorpsi yang sesuai pada adsorben silika gel. 30

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dimaksudkan untuk memanfaatkan silika yang terkandung dalam bagasse tebu, yang persentasenya sangat tinggi, yaitu berkisar 70-80 Susila, 2011 menjadi pengemban unsur hara kation yang kuat dalam penelitian ini kation Mg 2+ , sehingga tidak serta merta dilepaskan kembali. Selain dapat menjadi penjerap yang baik, silika juga mampu melepaskan kembali desorpsi sorbat yang telah diikatnya dengan laju tertentu. Potensi silika yang memiliki kemampuan melepaskan kembali sorbat yang diikatnya dapat diimplementasikan terhadap laju Mg 2+ yang lambat, dimana Mg 2+ yang telah terjerap oleh silika dapat dilepaskan secara perlahan sesuai dengan laju penyerapan tanaman. Hal tersebut dapat diaplikasikan melalui prinsip pupuk Slow Release Fertilizer SRF. Semakin besar daya jerap dan kekuatan ikatan, maka semakin baik adsorben dimanfaatkan sebagai bahan pupuk Slow Release Fertilizer SRF karena dapat menjerap unsur hara yang dibutuhkan dan melepaskannya secara perlahan. Jika sintesis silika menghasilkan struktur amorf serta penjerapan maksimum atau laju desorpsi unsur hara yang lambat, maka diharapkan hasil sintesis ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pupuk Slow Release Fertilizer SRF. 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek dari penelitian ini adalah silika gel hasil sintesis dari bagasse tebu. 2. Obyek penelitian ini adalah kesetimbangan adsorpsi dari silika gel terhadap adsorpsi kation Mg 2+ .

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: konsentrasi kation Mg 2+ jumlah larutan kation Mg 2+ yang ditambahkan adalah 1, 3, 4,5, 5, dan 5 mL 2. Variabel terikat : model isoterm adsorpsi dari silika gel.. 3. Variabel terkontrol: massa adsorben 0,2 gram, pH 5, suhu 25 o C dan waktu adsorpsi 30 menit.

C. Tahapan Pelaksanaan

1. Alat

a. Alat-alat gelas b. Ayakan 200 mesh c. Lumpang porselen dan alu d. Penyaring Buchner e. Kertas saring Whatman No. 42 f. Shaker g. Magnetic stirrer dan pemanas h. Timbangan analitik i. Oven 32 j. Muffle Furnace k. Termometer l. pH-meter atau pH-stick m. Alumunium foil n. Spektrofotometer FTIR o. Difraktometer Sinar-X p. Spektrofotometer Serapan Atom

2. Bahan

a. Bagasse tebu b. Kristal NaOH p.a. Merck c. Larutan HCl p.a. Merck d. Aqua demineralisata e. Larutan HCl 0,01 M dan NaOH 0,01 M untuk penyesuaian pH f. Kristal MgNO 3 2 . 6H 2 O sebagai sumber Mg 2+

3. Prosedur Penelitian

Pembuatan Larutan a. Larutan NaOH 1 M sebanyak 1000 mL Ditimbang 40 gram kristal NaOH, selanjutnya dilarutkan dengan aqua demineralisata dalam labu takar 1000 mL hingga tanda batas. Larutan NaOH 1 M siap digunakan. b. Larutan HCl 1 M sebanyak 1000 mL