2
Gambar 1. Morfologi Biji Pepaya Dokumentasi Penelitian, 2017 Menurut Tjitrosoepomo 2004, sistematika tumbuhan pepaya
Carica papaya, L. berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta Class
: Dicotyledoneae Ordo
: Cistales Famili
: Caricaceae Genus
: Carica Spesies
: Carica papaya, L. Tanaman pepaya merupakan salah satu sumber protein nabati.
Pepaya Carica papaya, L. merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Buah pepaya tergolong buah yang popular dan
digemari hampir seluruh penduduk di bumi ini Kalie, 2009. Pepaya Carica papaya, L. merupakan tanaman yang cukup banyak
dibudidayakan di Indonesia. Warisno, 2003.
3
2. Kandungan Kimia Biji Pepaya Carica papaya, L.
Kandungan kimia yang terdapat dalam biji pepaya adalah glucoside cacirin
dan carpaine. Getah mengandung papain, chymopapain
, lisosim, lipase, glutamin, dan siklotransferase. Papain merupakan enzim yang ada dalam biji pepaya berfungsi untuk
membantu mencerna protein di lambung karena sifatnya yang proteolitik dan digunakan untuk membantu pencernaan yang kurang
baik dan radang lambung Dalimartha, 2009. Apabila dikaitkan dengan senyawa aktif dari tanaman ini
ternyata banyak diantaranya mengandung alkaloid, steroid, tanin dan minyak atsiri. Dalam biji pepaya mengandung senyawa-senyawa
steroid Satriasa dan Pangkahila, 2010. Kandungannya berupa asam lemak tak jenuh yang tinggi, yaitu asam oleat dan palmitat Yuniwati
dan Purwanti, 2008. Selain mengandung asam-asam lemak, biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan
fenol, flavonoid, terpenoid dan saponin Warisno, 2003. Zat-zat aktif yang terkandung dalam biji pepaya tersebut bisa berefek sitotoksik,
anti androgen atau berefek estrogenik Lohiya et al., 2002. Alkaloid salah satunya yang terkandung dalam biji papaya dapat berefek
sitotoksik. Efek sitotoksik tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme sel spermatogenik Arsyad, 1999.
Biji pepaya jangan sekali-kali termakan oleh orang yang sedang hamil muda karena dapat mengakibatkan keguguran. Orang
4
yang keguguran akibat memakan biji pepaya ini biasanya sulit hamil kembali karena adanya pengeringan rahim akibat masuknya enzim
proteolitik seperti papain, chymopapain A, chymopapain B, dan peptidase pepaya. Enzim papain berfungsi untuk memecah protein
karena memiliki sifat proteolitik, enzim khimorprotein berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi hidrolisis antara protein dengan
polipeptida. Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kental metanol biji pepaya
diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid, flavonoid, alkaloid, dan saponin Sukadana, 2007.
B. Fitroestrogen
Kata fitoestrogen atau phytoestrogen berasal dari kata phyto yang berarti tanaman, dan estrogen yang merupakan hormon alami pada
wanita yang mempengaruhi organ reproduksi. Dengan demikan, fitoestrogen dapat diartikan sebagai senyawa alami dari tanaman yang
mampu mempengaruhi aktivitas estrogenik tubuh. Secara kimiawi, senyawa fitoestrogen memang tidak identik dengan hormon estrogen
alami. Namun demikian, senyawa fitoestrogen dapat mengisi situs reseptor estrogen yang kosong dan menghasilkan efek estrogenik yang mirip
dengan estrogen alami, meskipun intensitasnya lebih ringan.. Aktivitas dari khasiat yang mirip dengan estrogen endogen ini hanya beberapa saat,
dan pada umumnya tidak dapat disimpan oleh jaringan tubuh dalam waktu yang lama Biben, 2012: 1-2.
5
Pada kasus estrogen-dominan, pemberian fitoestrogen boleh jadi merupakan alternatif yang baik. Karena fitoestrogen ini dapat bersaing
dengan estrogen endogen di dalam tubuh dalam menduduki reseptor estrogen. Hal ini dapat membantu mengurangi efek estrogenik keseluruhan
dalam tubuh, karena efek dari fitoestrogen cenderung lebih ringan daripada estrogen alami dalam tubuh Biben, 2012.
Fitoestrogen dapat terserap dalam tubuh dan mengalami berbagai macam perubahan dengan cara dipecah menjadi komponen lain yang
berbeda didalam tubuh tetapi masih mengandung khasiat yang sama seperti estrogen alami atau disebut estrogen endogen Biben, 2012: 1-2.
Fitoestrogen mempunyai afinitas ikatan dengan reseptor estrogen yang terdapat di beberapa organ tubuh, yaitu uterus, ovarium, kelenjar
mammae, tulang, hipotalamus, kelenjar pituitaria, sel Leydig, prostat, dan epididimis Kim dan Park, 2012.
Dalam biji pepaya sendiri terdapat salah satu senyawa bentuk fitoestrogen, yaitu flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu kelompok
senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik
dengan struktur kimia C6-C3-C6. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa
heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya.
6
Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya Abdi Redha, 2010: 197.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene C6 terikat pada suatu rantai
propan C3 sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau
neoflavonoid. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem 1,3-
diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoid utama.
Gambar 2. Kerangka C6-C3-C6 Flavonoid Hardianzah, R. 2009: 43.
Banyaknya senyawa flavonoid ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi atau
glikosilasi dari
struktur tersebut.
Penggolongan flavonoid berdasarkan penambahan rantai oksigen dan perbedaan distribusi dari gugus hidroksil fungsional ditunjukkan pada
gambar di atas flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki