23 struktur kognitif yang dimiliki siswa, karena bila tidak siswa hanya
memiliki kemungkinan kecil untuk dapat menyelesaikan masalah yang diberikan Herman Sudojo, 2003: 87.
G. Partisipasi Siswa
Partisipasi adalah aktivitas pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Dick dan Carey Abdul Gafur, 2012: 76
mengemukakan bahwa proses belajar akan lebih berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dengan melakukan praktik dan latihan langsung
yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, partisipasi siswa diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Abdul Gafur 2012: 20 yang menyatakan bahwa jika siswa aktif berpartisipasi dan interaktif, maka hasil belajar akan meningkat.
Peraturan pemerintah no 41 2007: 8 tentang Standar Proses menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan secara interaktif dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Agar
tujuan pembelajaran tercapai maka guru harus meningkatkan kesempatan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Siswa yang aktif melibatkan diri
dalam menemukan suatu konsep dasar juga akan lebih paham, ingat lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep tersebut dalam konteks yang
lain Herman Hudojo, 2003: 85. Abdul Gafur 2012: 20 berpendapat bahwa partisipasi siswa dapat
berupa aktivitas mental yang meliputi memikirkan jawaban, merenungkan,
24 dan membayangkan. Knowles yang dikutip oleh Mulyasa 2006: 241 juga
menyatakan bahwa salah satu indikator partisipasi adalah adanya keterlibatan emosional. Keterlibatan emosional adalah kesediaan siswa
untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan, seperti adanya kesediaan siswa dalam mengerjakan soal di papan tulis, mengerjakan tugas,
dan mencatat. Bentuk lain dari partisipasi siswa juga dapat dilihat dari keaktifan diskusi yang meliputi aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan,
mendengar pendapat teman dan lain sebagainya.
H. Keefektifan Pembelajaran
“Efektivitas adalah usaha agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan
rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya, atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non-fisik untuk
memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif ”
Supardi 2013: 163. Supardi juga menyatakan bahwa efektivitas merupakan derajat
kesesuaian antara tujuan dan hasil yang dicapai. Hamzah B. Uno 2007: 156 juga berpendapat bahwa aspek keefektifan pengajaran biasanya diukur
dengan tingkat pencapaian siswa pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran adalah suatu ukuran dari usaha yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran yang sebelumnya direncanakan dapat terlaksana sehingga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
25
I. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian oleh Adi Rahman yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran
dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Ditinjau dari Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan
Karakter Siswa SMP” pada tahun 2012. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika KPMM siswa PMRI lebih tinggi daripada peningkatan KPPM siswa dengan pendekatan ekspositori PE. Artinya pembelajaran
dengan pendekatan PMRI mampu meningkatkan KPMM siswa lebih baik daripada PE. Ditemukan pula bahwa pembelajaran dengan
pendekatan PMRI lebih efetif dibandingkan dengan PE. 2.
Penelitian oleh Rochmatun Chasanah tahun 2007 megenai upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa kelas VII B di SMP N 1 Grabag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi, rata-rata
keaktifan siswa pada siklus I sebesar 73,31 dengan kriteria tinggi dan rata-rata keaktifan pada siklus II sebesar 78,72 dengan kriteria tinggi.
Berdasarkan hasil angket, rata-rata keaktifan siswa pada siklus I sebesar 79,96 dengan kriteria tinggi, sedangkan pada siklus II sebesar 89,61
dengan kriteria sangat tinggi.
26 3.
Penelitian oleh Fifi Yuniarti tahun 2013 mengenai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII pada konsep himpunan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education RME di SMP Negeri 4 Kalasan Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan RME dapat meningkatkan keaktifan siswa
dilihat dari persentase hasil observasi keaktifan siswa meingkat dari skilus I 59,88 ke siklus II 78,32. Sedangkan berdasarkan angket
keaktifan siswa meningkat dari siklus I 70,20 ke siklus II 74,24.
J. Kerangka Berpikir