Persepsi Tekanan Etis Persepsi Etis

b. Pengendalian diri self regulation c. Motivasi motivation d. Empati empathy e. Keterampilan sosial social skills

3. Persepsi Tekanan Etis

Syaikhul Falah 2006: 14 menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang dimulai dari pemilihan stimuli, merespon stimuli, dan memproses secara rumit, kemudian menginterpretasikan dengan sejumlah pertimbangan dan menfasirkannya. Hasil dari proses pembentukan persepsi ini akhirnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Wiwik Utami dan Fitri Indriawati 2006: 7, menyatakan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh obyek penelitian yang diterima panca indera orang tersebut dan cara orang tersebut “menginterpretasikan” obyek tersebut. Penelitian ini melihat tekanan sebagai salah satu stimuliobyek berupa sebuah kondisi yang dapat dilihat dalam cara pandang yang berbeda antara individu satu dengan individu lainnya. Arfan, Ikhsan Muhammad Ishak 2005: 57 menyatakan bahwa persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa, objek, serta manusia. Pada kenyataannya, masing-masing orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian sehingga berbeda satu dengan yang lainnya. Tekanan juga merupakan unsur dari fraud triangel yang mendasari seseorang untuk berbuat kecurangan fraud. W. Steve Albrecth, 2012: 31 mendefinisikan tekanan pressure tekanan sebagai suatu situasi dimana seseorang perlu memilih melakukan perilaku kecurangan. Tekanan etis merupakan ”pressure to engage in unethical work activity” Peterson, 2003. Tekanan sering kali menjadi alasan yang mendasari terjadinya kecurangan baik itu di dunia akademis maupun dunia kerja. Seperti yang telah penulis kemukakan dalam latar belakang, penelitian yang berjudul “Is Classroom Cheating Related to Business Students Propensity’ Cheat in the Real World? ” oleh Lowson 2004 menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kecenderungan mahasiswa yang memiliki perilaku tidak etis untuk melakukan kecurangan akademik dengan perilaku mereka dalam dunia bisnis. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan melakukan kecurangan akademis seringkali menuntun seseorang pada kecurangan dalam dunia kerja. Kecurangan akademis yang dilakukan oleh mahasiswa biasanya didasari karena adanya tekanan dari pihak eksternal, misal orang tua yang mewajibkan anaknya mendapat nilai bagus, atau tekanan dari lingkungan kampus dimana peraturan kampus menetapkan batas IPK terendah, atau karena persaingan nilai dengan teman-teman yang terlalu tinggi. Pada dunia kerja seringkali tekanan etis menyebabkan terjadinya dilema etis yang mengharuskan seseorang mengambil keputusan yang tepat. Sebagai contoh, auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali menerbitkan pendapat WTP, padahal pendapat WTP tersebut tidak tepat. Tekanan yang dibarengi dengan adanya peluang akan semakin mendorong seseorang untuk melakukan kecurangan. Tekanan dan peluang tersebut kemudian akan menimbulkan rasionalisasi yang biasanya dijadikan sebagai alasan logis dalam melakukan kecurangan. Menurut W. Steve Albrecht, dkk., 2012: 33 tekanan dalam kecurangan di bagi dalam 4 tipe yaitu financial pressure atau tekanan karena faktor keuangan, kebiasaan buruk yang dimiliki seseorang, tekanan yang datang dari pihak eksternal dan tekanan lain-lain. a. Financial Pressure atau Tekanan Faktor Keuangan. Tekanan faktor keuangan berasal dari keserakahan, ditingggalkan seseorang yang berarti dalam hidupnya tulang punggung keluarga misalnya, memiliki utang atau tagihan yang jumlahnya banyak, mengalami kerugian finansial, dan memiliki kebutuhan keuangan yang tidak terduga. Ukuran keberhasilan menurut Bonnie Szumski 2015: 22 dapat berupa uang, kejayaan, nilai yang bagus, beasiswa, dan pengakuan. b. Kebiasaan buruk yang dimiliki seseorang. Kebiasaan buruk seseorang dapat menekannya melakukan tindakan kecurangan, penelitian yang berjudul “Is Classroom Cheating Related to Business Students Propensity’ Cheat in the Real World? ” oleh Lowson 2004 menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kecenderungan mahasiswa yang memiliki perilaku tidak etis untuk melakukan kecurangan akademik dengan perilaku mereka dalam dunia bisnis. c. Tekanan yang berasal dari pihak eksternal Menurut Bonnie Szumski 2015: 21-22 orang-orang sekitar dapat menekan seseorang untuk menjadi sukses termasuk dengan melakukan kecurangan karena orang-orang sekitar lebih mementingkan keberhasilan yang diperoleh daripada kejujuran dalam proses memperoleh keberhasilan tersebut. d. Tekanan lain-lain Tekanan yang lain dapat berupa gaya hidup seperti yang dikemukakan oleh W. Steve Albrecht, dkk. 2006: 36 yang menyebutkan bahwa untuk beberapa orang menjadi sukses lebih penting daripada berbuat jujur. Artinya seseorang terkadang lebih memilih cara- cara yang tidak jujur untuk meraih kesuksesan. Menurut Bonnie Szumski 2015: 21-22, tekanan dari lingkungan sekitar dapat menekan orang untuk mencapai keberhasilan. Tekanan yang lebih besar daripada kemampuan yang dimiliki akan cenderung membuat seseorang mengabaikan nilai-nilai yang dipegang karena lingkungan tidak akan lebih peduli hasil dari suatu perilaku daripada prosesnya. Dari pengertian persepsi dan tekanan di atas maka definisi Persepsi Tekanan Etis dalam penelitian ini adalah pandangan atau penilaian mahasiswa terhadap suatu keadaan atau kondisi di sekitarnya sebagai sebuah tekanan atau bukan, sehingga mendorongnya untuk berperilaku etis atau tidak etis. Berdasarkan teori-teori tentang Persepsi Tekanan Etis yang diungkapkan di atas, indikator yang digunakan untuk mengukur Persepsi Tekanan Etis mahasiswa adalah sebagai berikut: a. Tekanan dari pihak eksternal b. Fokus terhadap proses atau hasil c. Reaksi terhadap suatu tekanan

4. Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi

Dokumen yang terkait

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA)

0 4 23

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA)

7 28 111

PERSEPSI ETIKA MAHASISWA AKUNTANSI, AUDITOR DAN AKUNTAN PENDIDIK DALAM SITUASI DILEMA ETIS AKUNTANSI

0 2 91

Dampak Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi Keuangan dan Audit terhadap Persepsi Etika Mahasiswa yang Dimoderasi oleh Kecerdasan Kognisi dan Kecerdasan Emosional: Studi Eksperimen Semu.

0 2 11

Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Gender pada Sikap Etis Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana.

0 1 45

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI MENGENAI PRAKTIK AKUNTANSI KREATIF DI PERUSAHAAN (Studi pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta).

0 4 178

PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI MENGENAI SKANDAL ETIS AUDITOR DAN CORPORATE MANAGER

0 0 14

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN MUATAN ETIKA DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI

0 0 16

PENGARUH MUATAN ETIKA DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI ANALISIS PADA MAHASISWA AKUNTANSI STIE WIDYA WIWAHA - STIE Widya Wiwaha Repository

0 1 81

PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG PERILAKU ETIS DALAM ETIKA BISNIS - Unika Repository

0 1 6