seorang mahasiswa akan suatu suatu tindakan yang dilakukan oleh akuntan, apakah tindakan tersebut merupakan suatu tindakan yang etis
atau tidak etis. Berdasarkan teori-teori yang diungkapkan di atas, indikator yang
digunakan untuk mengukur Persepsi Etis mahasiswa adalah delapan prinsip etika yang telah ditetapkan dalam kongres VIII IAI di jakarta
pada tahun 1998 yaitu: a Tanggung jawab profesi
b Kepentingan Publik c Integritas
d Obyektivitas e Kompetensi dan Kehati-hatian
f Kerahasiaan g Perilaku Profesional
h Standar Teknis
2. Kecerdasan Emosional EQ
Pada dasarnya setiap manusia memiliki tiga tipe kecerdasan yaitu Spiritual Quotient SQ
, Intelectual Quotient IQ, dan Emotional Qoutient EQ. Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient SQ lebih berhubungan
secara vertikal yaitu hubungan manusia dengan penciptanya. Kecerdasan akal atau Intelectual Quotient IQ meliputi keterampilan membaca,
berhitung, dan menulis, yang dapat diasah melalui pendidikan formal
sekolah yang akan mengarahkan seseorang pada keberhasilan akademik saja. Sementara Kecerdasan Emosional EQ merupakan kemampuan
manusia dalam mengenali dan mengelola emosi yang ada dalam dirinya. Umumnya kecerdasan seseorang hanya dinilai berdasarkan
kecerdasan akal saja. Namun sebenarnya, tolok ukur keberhasilan hidup bukan hanya dari keberhasilan akademik saja. Belakangan ini berkembang
pandangan baru yang menyatakan bahwa diperlukan seperangkat kecakapan lain di luar kecerdasan intelektual seperti bakat, hubungan sosial,
kematangan emosional, pengendalian diri, dan lain-lain yang biasanya disebut dengan Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient EQ.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan
konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. Shapiro, 1998-10. Peneliti memilih Kecerdasan
Emosional sebagai variabel yang mempengaruhi persepsi etis seseorang karena Kecerdasan Emosional berperan dalam pengendalian diri seseorang
dan menjadi penyeimbang antara Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual.
Salovey dan Mayer dalam Shapiro 1998: 8 mendefinisikan Kecerdasan Emosional atau yang sering disebut EQ sebagai:
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan”.
Sejalan dengan hal tersebut, Goleman 2005: 512 mendefinisikan EQ sebagai kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang
lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Goleman 2005: 39
yang mengadaptasi model Salovey Mayer membagi EQ ke dalam lima unsur yang meliputi:
a. Pengenalan diri self awareness, mengenal diri sendiri berarti memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang tepat, yaitu
menyadari kelebihankeunggulan yang dimiliki maupun kekurangankelemahan yang ada pada diri sendiri.
b. Pengendalian diri self regulation, merupakan suatu keinginan dan kemampuan dalam menggapai kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang pada hak dan kewajibannya sebagai individu. c. Motivasi motivation, merupakan perubahan tenaga di dalam diri
seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
d. Empati empathy, didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang
lain. e. Keterampilan sosial social skills, merupakan keterampilan
seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain guna menciptakan suatu komunikasi yang baik.
Kelima unsur tersebut dikelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu: a kecakapan pribadi; yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri,
dan motivasi, serta b kecakapan sosial: yang meliputi empati dan keterampilan sosial.
Kecerdasan Emosional tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. Kecerdasan emosional sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa
kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan Kecerdasan Emosional. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Kecerdasan
Emosional individu menurut Goleman 2009: 267-282, yaitu: a. Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah
pertama dalam mempelajari emosi. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua adalah subyek pertama yang
perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi ini dapat
diajarkan pada saat anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi. Kehidupan emosi yang dipupuk dalam keluarga sangat
berguna bagi anak kelak di kemudian hari, sebagai contoh: melatih kebiasaan hidup disiplin dan bertanggung jawab, kemampuan
berempati, kepedulian, dan sebagainya. Hal ini akan menjadikan anak menjadi lebih mudah untuk menangani dan menenangkan diri
dalam menghadapi permasalahan, sehingga anak-anak dapat
berkonsentrasi dengan baik dan tidak memiliki banyak masalah tingkah laku seperti tingkah laku kasar dan negatif.
b. Lingkungan non keluarga. Dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat, didalamnya termasuk lingkungan pendidikan.
Kecerdasan Emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditunjukkan
dalam aktivitas bermain anak seperti bermain peran. Anak berperan sebagai individu di luar dirinya dengan emosi yang
menyertainya sehingga anak akan mulai belajar mengerti keadaan orang lain. Pengembangan kecerdasan emosi dapat ditingkatkan
melalui berbagai macam bentuk pelatihan diantaranya adalah pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk
pelatihan yang lainnya. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan pengertian
Kecerdasan Emosional EQ dalam penelitian ini adalah adalah kemampuan seorang mahasiswa untuk mengenali, memotivasi, dan mengendalikan
perasaan serta emosi dirinya sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain sehingga dapat digunakan untuk menuntun pikiran dan perilaku
mahasiswa tersebut. Berdasarkan teori-teori tentang Kecerdasan Emosional yang
diungkapkan di atas, indikator yang digunakan untuk mengukur Kecerdasan Emosional mahasiswa adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan diri self awareness
b. Pengendalian diri self regulation c. Motivasi motivation
d. Empati empathy e. Keterampilan sosial social skills
3. Persepsi Tekanan Etis