21
Sastrohamidjojo, 2001. Data-data tersebut berisi jenis vibrasi pada setiap gugus fungsional, frekuensi cm
-1
, panjang gelombang, dan intensitasnya. Berdasarkan data-data korelasi pada spektroskopi IR, dapat
diperkirakan serapan gugus fungsional pada senyawa E1-3-bis-3,4- dimetoksikalkon-prop-en-1-on yang akan muncul pada spektroskopi IR
ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Perkiraan serapan gugus fungsional senyawa
E1-3-bis-3,4-dimetoksikalkon-prop-en-1-on pada spektra IR Jenis vibrasi
Frekuensi cm
-1
Panjang gelombang
Intensitas C-H Alkena strech
3100 – 3000 3,23 - 3,33
Sedang kel, bidang
1000 – 650 10,0 - 15,3
Tajam C-H Aromatik stretch
3159 – 3050 3,17 - 3, 28
Tajam kel, bidang
900 – 690 11,1 - 14,5
Tajam C=O Keton
1725 – 1700 5,80 - 5,87
Tajam C=C Alkena
1680 – 1600 5,95 - 6,25
sedang – lemah C=C Aromatik
1600 – 1475 6,25 - 6,78
sedang – lemah C-O Alkohol, Eter, Fenol
1300 – 1000 7,69 - 10,00
Tajam
9. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti
1
H -NMR
Molekul yang berada dalam medan magnet yang kuat akan menyerap inti-inti atom pada unsur tertentu dalam molekul organik, inilah
yang menjadi prinsip dasar dari spektroskopi NMR Hardjono Sastrohamidjojo, 2001. Kegunaannya spektroskopi
1
H-NMR untuk memberika informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam
molekul Cresswell, 1982. Informasi penting mengenai struktur molekul bisa didapatkan dari fenomena spin-spin splitting, karena adanya suatu
spektra yang memiliki daya pisah tinggi, sehingga pita absorpsi akan terpisah resolved atau split menjadi sekelompok puncak yang disebabkan
22
oleh adanya proton tetangga proton pada atom karbon didekatnya. Proton yang puncaknya telah memisah dapat dikatakan telah
mengalami kopling pada spin-spinnya. Pemisahan puncak berasal dari spin paralel dan antiparalel proton tetangganya. Banyaknya puncak
yang terpisah secara spin-spin dari suatu proton tertentu atau sekelompok proton tak ekuivalen dapat diramalkan dengan memecah proton-proton
tetangga n tak ekuivalen dengan proton yang sedang dibahas dan menambah 1 pada n itu. Aturan ini disebut aturan n + 1. Sebuah proton
yang tidak memiliki proton tetangga tak ekuivalen akan menunjukkan puncak tunggal yang disebut singlet. Jika sebuah proton memiliki satu
proton tetangga tak ekuivalen akan memberikan suatu isyarat terbelah menjadi satu puncak rangkap yang disebut doublet. Demikian seterusnya
untuk proton yang memiliki dua atau tiga buah proton tetangga tak ekuivalen akan menunjukkan puncak yang disebut triplet dan kuartet
Fessenden dan Fessenden, 1991. Pergeseran kimia pada senyawa organik untuk proton
1
H mempunyai skala 0-12 ppm Hardjono Sastrohamidjojo, 2001. Data-data
pergeseran yang dibaca oleh spektroskopi
1
H-NMR yaitu panjang gelombang ppm, jumlah proton
1
H, dan multiplisitas. Hasil penelitian Hastiningrum 2013 menunjukan bahwa
pergeseran kimia pada senyawa E1-3-bis-3,4-dimetoksikalkon-prop-en- 1-on yang muncul pada spektrofotometer
1
H-NMR ditampilkan pada Tabel 2 berikut ini.
23
1 6
5 4
2 3
2 3
4 5
6
O OCH
3
OCH
3
H
3
CO
H
3
CO
1
Tabel 2. Data spektrum E1-3-bis-3,4-dimetoksikalkon-prop-en-1- on hasil penelitian Hastiningrum
Jumlah proton
α β
2 2
’
3 3
’
4 4
’
5 5’
6 6
’
δ ppm 7,76 7,41 7,16 7,6
1 3,95 3,97 3,93 3,96 6,90 6,92 7,24 7,68
∑ H 1
1 1
1 3
3 3
3 1
1 1
1 M
d d
s d
s s
s s
d d
dd dd
B. Penelitian yang Relevan