44
dari berbagai sisi seperti politik, ekonomi dan sebagainya. Apalagi, pendidikan lingkungan mencoba mengkaji kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia karena ingin
mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan alasan pembangunan daerah namun sering mengorbankan lingkungan sebagai tanggung jawab sosialnya.
2.6.3 Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hingga Abad ke-21
Pada tahun 1972 dalam konferensi
Human Environment yang
diadakan di
Stock holm Swedia menghasilkan deklarasi: “..
education in environmental matters for the younger generation as well as adult.. giving due consideration for the underprivileged is
essential
.
58
Keputusan mendasar dari pertemuan ini merekomendasikan disahkannya pendidikan lingkungan, sebagai kebutuhan secara international yang penting. Karena
konferensi ini merefleksikan peningkatan ketertarikan terhadap lingkungan di tahun 1970an. Hal ini menghasilkan dibentuknya
United Nations Environment Program
UNEP yang didirikan bersama-sama dengan UNESCO di tahun 1975, dan pertama kali diluncurkan pada
workshop
International Environmental
Education Program
di Belgrade
oleh UNESCOUNEP. IEEP ini menghasilkan pernyataan pemerintah dunia internasional terkait
pendidikan lingkungan. Hal ini dilakukan untuk menetapkan tujuan, objek, konsep kunci, dan prinsip-prinsip, dalam sebuah dokumen yang dipersiapkan dalam pertemuan yang
diketahui sebagai “
The Belgrade Charter-a Global Framework for environmental
education’. Secara ringkas berikut ini pokok-pokok pikirannya:
58
Ibid., 7.
45
1. Membantu menyelesaikan dan mengembangkan kepedulian dan fokus tentang masalah
ekonomi, sosial, politik dan ekologi secara
inter-dependence
di daerah perkotaan dan pedesaan;
2. Menyediakan kesempatan kepada setiap orang untuk memperoleh pengetahuan,
value
, sikap, komitmen dan kemampuan untuk menjaga dan mengembangkan lingkungan;
3. Menciptakan pola dari perilaku yang baru pada setiap individu, kelompok, dan
masyarakat sebagai satu keseluruhan terhadap lingkungan. Indikator kunci ini diterjemahkan ke dalam kebijakan pada tingkat nasional, di
dalam setiap negara di mana pendidikan lingkungan belum terintegrasi dan dikembangkan Tolba 1977. Perdebatan dan perencanaan yang dimaksudkan dilanjutkan dalam perdebatan
di Tbilisi, Georgia USSR pada oktober 1977. Disini pertama kalinya UNESCO sebagai pemerintah internasional mengadakan konferensi terhadap pendidikan lingkungan yang
diselenggarakan oleh anggota delegasi berjumlah 66 orang dari UNESCO bersama-sama beberapa organisasi swasta NGOs.
Pertemuan ini merekomendasikan aspek pendidikan lingkungan secara formal maupun informal berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan pada konferensi
Berlgrade. Hal ini bertujuan menyusun kerangka kerja untuk sebuah konsesus international yang mana tanpa memiliki pengaruh yang berkaitan dengan pengembangan dari pendidikan
lingkungan di sekitar bumi. Pada konferensi di Georgia Tbilisi, 1977 ini telah menghasilkan
blue print
untuk pengembangan pendidikan lingkungan di banyak Negara hingga saat ini. Konferensi selanjutnya dilakukan di Rio De Janero Brazil, di mana pengaruhnya sampai ke
Asia seperti China, Srilangka Australia dengan berbagai konteks perkembangan pendidikan
46
lingkungannya
59
dengan tema yang berbeda berdasarkan konferensi-konferensi sebelumnya yang kemudian telah melibatkan banyak negara pada tahun 1990an terkait masalah
lingkungan sebagai masalah global yang telah melibatkan berbagai pihak. Sementara itu, dalam pengembangan dasar pada sains dan pendekatan
interdisipliner, pendekatan
terhadap pendidikan
lingkungan pertama-tama
mempertimbangkan aspek kemanusiaan dari individu sebagai subjek. Pada sebuah publikasi pendidik dari depertemen pendidikan di Skotlandia tahun 1974, beberapa catatan penting
yang ditekankan adalah:
60
1. Secara formal maupun informal pendidikan harus menggunakan secara lebih dalam
tempat lokal pada suatu lingkungan, untuk menyediakan pengetahuan, pelatihan, mengembangkan kemampuan
skills
secara tepat dalam pengalaman. 2.
Pelajar dan orang-orang muda, harus diperkenalkan konsep dan
value
tentang lingkungan, yang diberikan secara praktis dalam membuat keputusan dan memberikan
kesempatan dan melibatkannya secara personal. 3.
Pelajar dan orang-orang muda harus diberikan pelatihan untuk dapat menilai dan mengkritik banyak pengetahuan yang diekspresikan saat ini terhadap isu lingkungan
hidup. 4.
Pendidikan lingkungan harus menyerap kurikulum baik itu dari dalam dan luar sekolah;
5. Setiap sekolah harus memiliki pengaturan yang memadai untuk perencanaan dan
implementasi sebuah program dari pendidikan lingkungan;
59
Ibid., 17,171-224.
60
Ibid., 9.
47
6. Membuat pendidikan lingkungan menjadi subjek yang tidak terpisah;
7. Program pendidikan lingkungan dari sekolah dasar sampai menengah harus berkelanjutan
ke dalam proses pendidikan informal dalam kehidupan; 8.
Adanya upaya yang harus dibuat untuk mengkoordinasikan total program dari pendidikan lingkungan.
Dalam proses pelaksanaan pendidikan lingkungan secara formal di UK, terdapat tiga kategori strategi pengajarannya yang kompleks:
61
1. Menggunakan lingkungan sebagai sebuah media untuk pendidikan.
2. Menggunakan lingkungan sebagai subjek investigasipercobaan.
3. Pemeliharaan dan perbaikan dari lingkungan sebagai
goal
atau tujuan dari pendidikan. Rekomendasi dari Pertemuan yang dilakukan di Tbilisi tahun 1978 terkait
pendidikan lingkungan adalah:
62
Pendidikan lingkungan merupakan sebuah proses seumur hidup. Pendidikan lingkungan merupakan bidang interdisipliner yang holistik secara alami dan
sebagai sebuah aplikasi; Pendidikan lingkungan adalah sebuah pendekatan pendidikan yang menyeluruh dari pada
hanya sebagai sebuah subjek;
61
Ibid., 10.
62
Ibid., 10-11.
48
Fokusnya terletak pada
inter-relationship
dan
interconnectedness
antara manusia dan sistem alami;
Memandang lingkungan secara keseluruhan yakni mencakup aspek sosial, politik, ekonomi, teknologi, moral, aesthetic dan aspek spiritual;
Mengakui bahwa energi dan material yang ada di alam saat ini berada dalam keadaan terbatas.
Mendorong partisipasi di dalam pengalaman belajar; Menekankan tanggung jawab yang aktif;
Menggunakan berbagai teknik dari model belajar-mengajar. Dengan penekanannya pada aktivitas praktik dan pengalaman;
Prihatin dengan persoalan lokal dan dimensi global, serta mempertimbangkan dimensi masa lalu, saat ini dan masa yan akan datang;
Meningkatkan situasi belajar yang didukung oleh organisasi dan struktur dari institusi secara keseluruhan.
Mendorong klarifikasi dari
value
atau nilai dan pengembangan nilai-nilai yang sensitif bagi lingkungan;
Prihatin dan fokus dengan pembangunan suatu etika lingkungan.
Rekomendasi-rekomendasi ini merupakan hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan pendidikan lingkungan serta menentukan apa yang menjadi
tujuan dari pendidikan lingkungan itu sendiri.
49
2.6.4 Tujuan Pendidikan Lingkungan