12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Terapi Tawa
1. Sejarah Terapi Tawa
Tertawa merupakan ekspresi alamiah individu dalam merespons rasa senang atau bahagia. Tertawa adalah bagian dari
tingkah laku individu yang diatur oleh otak, membantu individu untuk mengekspresikan rasa tertariknya dalam interaksi sosial dan
menyajikan konteks emosional dalam suatu percakapan Satish, 2012:23. Tertawa bersifat menular, sehingga tak jarang kita akan
melihat suatu kelompok akan tertawa bersama-sama jika ada salah satu yang tertawa terlebih dahulu, dengan atau tanpa stimulus yang jelas.
Kajian psikologis tentang tertawa dibahas dalam ranah ilmu Gelotologi yang
berasal dari bahasa Yunani “gelos” bermakna tertawa Satish, 2012:23.
Satish 2012 menjelaskan kaitan tertawa dengan aspek-aspek yang ada dalam diri individu. Tertawa merupakan tindakan yang diatur
oleh otak sehingga faktor kognitif erat kaitannya ketika tertawa. Selain itu, konteks emosional dalam sebuah percakapan dari satu individu
dengan individu lain akan terasa lebih hangat ketika ada respons tertawa. Sehingga faktor emosional juga merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari tertawa, dalam konteks hubungan interpersonal. Tertawa juga terbukti memiliki efek positif dalam peningkatan
motivasi. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Recepoglu, Kilinc, dan
13 Cepni 2011 yang menunjukkan tingkat motivasi pada guru yang
dipimpin oleh kepala sekolah yang humoris lebih tinggi dibanding yang kurang humoris. Humor yang memiliki kaitan erat dengan
tertawa, telah dibuktikan memiliki dampak positif dalam peningkatan motivasi individu.
Terkait aspek fisiologis, telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif tertawa bagi kesehatan. Salah satunya
dalam kajian Martin yang menyatakan perubahan fisiologis dalam tubuh disebabkan dari tertawa yang penuh semangat atau tertawa
lepas, yang membawa efek merilekskan otot, meningkatkan respirasi, meningkatkan sirkulasi, peningkatan produksi hormon endorphin, dan
pengurangan produksi hormon stres Butler, 2014:11. Dampak tertawa yang sedemikian banyak menimbulkan ide
untuk menciptakan terapi tawa, dimana kelahiran terapi tawa sendiri erat kaitannya dengan terbentuknya klub tawa. Klub tawa pertama kali
dibentuk oleh Dr. Mandan Kataria pada tanggal 13 Maret 1995 di India. Pada awalnya klub ini hanya beranggotakan 5 orang, namun
seiring populernya jenis terapi ini dalam mengurangi tingkat stres, jumlah klub tawa sudah mencapai 1.200 klub di seluruh dunia, seperti
India, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Swedia, Norwegia, Denmark, Italia, Singapura, dan Dubai Kataria, 2004. Tak mau kalah,
di Indonesia juga sudah mulai banyak dikembangkan klub tawa ini sebagai salah satu alternatif terapi yang mudah dan murah meriah.
14 Ketertarikan Mandan Kataria pada jenis terapi ini berawal pada
asumsi sederhana yakni orang sudah lupa bagaimana caranya untuk tertawa. Anak-anak dapat tertawa 300-400 kali dalam sehari, tetapi
ketika telah dewasa frekuensi ini menurun drastis hingga hanya 15-20 kali dalam sehari Kataria, 2004; Satish, 2012. Berangkat dari hasil
penelitian ini, dirancanglah suatu terapi yang memadukan teknik Yoga dan jenis tertawa yakni tawa bersemangat, tawa sapaan, tawa
penghargaan, tawa satu meter, tawa milk shake, tawa hening tanpa suara, tawa bersenandung dengan mulut tertutup, tawa mengayun, tawa
singa, tawa ponsel, tawa bantahan, tawa memaafkanmeminta maaf, tawa bertahap dan tawa keakraban yang dinamakan terapi tawa
Kataria, 2004. Jenis terapi ini akan lebih efektif jika dilakukan secara berkelompok. Berdasarkan kajian Takeda, dkk 2010 terapi tawa
memiliki implikasi yang unik sebagai sebuah group programs dan sebagai self-management. Namun, tidak menutup kemungkinan juga
jika terapi ini dilakukan sendiri di rumah dengan menggunakan media cermin.
2. Definisi Terapi Tawa