Perbedaan Rasio Alokasi Belanja Antara Daerah KDH Incumbent dan Non-Incumbent Sebelum dan Pada Saat Pemilukada

(1)

PERBEDAAN RASIO ALOKASI BELANJA ANTARA DAERAH

KDH

INCUMBENT

DAN

NON-INCUMBENT

SEBELUM DAN

PADA SAAT PEMILUKADA

TESIS

Oleh

THOMY MARIYONO TARIGAN

127017020/Akt

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PERBEDAAN RASIO ALOKASI BELANJA ANTARA DAERAH

KDH

INCUMBENT

DAN

NON-INCUMBENT

SEBELUM DAN

PADA SAAT PEMILUKADA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara

Oleh

THOMY MARIYONO TARIGAN

127017020/Akt

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : PERBEDAAN RASIO ALOKASI BELANJA ANTARA

DAERAH KDH INCUMBENT DAN

NON-INCUMBENT SEBELUM DAN PADA SAAT

PEMILUKADA

Nama Mahasiswa : Thomy Mariyono Tarigan Nomor Pokok : 127017020

Program Studi : Magister Akuntansi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof.Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA)

Ketua Anggota

(Drs.Arifin Akhamad, M.Si, Ak, CA)

Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE, MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, AC, Ak, CA)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA Anggota : 1. Drs.Arifin Akhmad, M.Si, Ak, CA

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Drs.Idhar Yahya, MBA, Ak, CA


(5)

PERNYATAAN

PERBEDAAN RASIO ALOKASI BELANJA ANTARA DAERAH KDH

INCUMBENT DAN NON-INCUMBENT SEBELUM DAN PADA SAAT

PEMILUKADA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014 Penulis

127017020


(6)

PERBEDAAN RASIO ALOKASI BELANJA ANTARA DAERAH KDH

INCUMBENT DAN NON-INCUMBENT SEBELUM DAN PADA SAAT

PEMILUKADA ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja modal pada daerah incumbent

sebelum dan saat pemilihan umum kepala daerah diadakan. Mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja modal antara daerah incumbent dan non-incumbent pada saat pemilihan umum kepala daerah diadakan. Populasi penelitian adalah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia dengan populasi 497 tahun 2013 dan data anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota tahun 2012 dan 2013. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah yang memenuhi kriteria sampel penelitian sebanyak 122 sampel. Pengumpulan data diambil dari data sekunder, diolah menggunakan program aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution). Normalitas data diuji dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dan Shapiro-Wilk dengan tingkat signifikansi 5%. Data hipotesis yang tidak memenuhi kriteria normalitas dengan nilai Sig.(2-tailed) kurang dari 0.05 diuji dengan Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann-whitney test (Pengujian Non Parametrik), sedangkan data untuk hipotesis yang memenuhi kriteria normalitas dengan signifikansi diatas 0.05 dengan pengujian parametrik (independent sample t – test). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Lucrative Opportunisctic (peluang yang menguntungkan) incumbent terpilih kembali atas rasio alokasi belanja bantuan sosial pada saat pemilukada lebih kecil daripada sebelum pelaksanaan pemilukada.

Lucrative Opportunisctic (peluang yang menguntungkan) incumbent terpilih kembali atas rasio alokasi belanja hibah dan rasio alokasi belanja modal pada saat pemilukada lebih besar daripada sebelum pelaksanaan pemilukada. Non-incumbent

cenderung memanfaatkan peluang lebih besar atas rasio alokasi belanja bantuan sosial, rasio alokasi belanja bantuan hibah, dan rasio alokasi belanja modal untuk mencapai sasaran pembangunan daerah yang adil dan merata tanpa ada unsur kepentingan politik untuk terpilih kembali. Penyelewengan kekuasaan oleh kepala daerah incumbent atas penetapan rasio alokasi belanja mengakibatkan sasaran pembangunan yang adil dan merata tidak tercapai sehingga merugikan keuangan daerah/negara.

Kata Kunci : belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja modal, incumbent, non-incumbent.


(7)

THE DIFFERENCE OF THE RATIO OF REGIONAL EXPENDITURE ALLOCATION BETWEEN THE INCUMBENT AND NON-INCUMBENT REGIONAL HEADS BEFORE AND AT THE TIME OF THE GENERAL

ELECTION OF REGIONAL HEADS

ABSTRACT

The purpose of this study was to get the empirical difference of the ratio of the allocation of social assistance expenditure, grant expenditures, capital expenditures on the incumbent area before and at the time of the general election of regional heads was held and to get the empirical difference of the ratio of the allocation of social assistance expenditure, grant expenditures, capital expenditures between the incumbent and non-incumbent areas before and at the time of the general election of regional heads was held. The population of this study was 497 Districts/Cities all over Indonesia in 2013 and 122 of them that met sampling criteria were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. The data used in this study were secondary data obtained from the revenue and expenditure budget of Districts/Cities in 2012 and 2013. The data obtained were processed through SPSS (Statistical Product and Service Solution) program. The normality of data was tested through One Sample Kolmogorov-Smirnov Test and Shapiro-Wilk at level of significance 5%. The data of hypothesis which did not meet the normality criteria with Sig. (2 – tailed) less than 0.05 were tested through Wilcoxon Signed Ranks Test and Mann-Whitney test (Non-Parametric Test), while the data for the hypothesis which met the normality criteria with significance of above 0.05 were tested through parametric test (independent sample t-test). The result of this study showed that Lucrative Opportunistic (profitable opportunity) of the reelected incumbent based on the ratio of the allocation of social assistance expenditure at the time of the regional general election was smaller than that of before the implementation of the the regional general election. The Lucrative Opportunistic (profitable opportunity) of the reelected incumbent based on the ratio of the allocation of grant expenditures and the ratio of the allocation of capital expenditures at the time of the regional general election was greater than that of before the implementation of the the regional general election. Non-incumbent tended to take advantage of greater opportunities over the ratio of the allocation of social assistance expenditure, the ratio of the allocation of grant expenditure, and the ratio of the allocation of capital expenditure to achieve the objectives of fair and equitable regional development without the element of political interest for being re-elected. Abuse of power by the incumbent regional head against the determination of the targeted ratio of expenditure allocation resulted in the failure of achiving a fair and equitable development that it inflicted loss to the regional/state finance.

Keywords: Social Assistance Expenditure, Grant Expenditure, Capital Expenditure, Incumbent, Non-Incumbent


(8)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasihNya hingga penulis dapat merampungkan penyusunan tesis dengan judul “Perbedaan Rasio Alokasi Belanja Antara Daerah KDH Incumbent dan Non-Incumbent Sebelum dan Pada Saat Pemilukada”. Tesis ini menjadi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara, Medan.

KATA PENGANTAR

Dengan tersusunnya Tesis ini, Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi – tingginya kepada Yth.Ibu Prof.Erlina, SE, M.Si., Ph.D., Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing I, dan Yth.Bapak Drs.Arifin Akhmad, M.Si., Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing II, yang berkenan memberi bimbingan, arahan dan masukan bagi tersusunnya Tesis yang layak untuk disajikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc. (C.T.M.), Sp.A.(K.) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Medan;

2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Medan;

3. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS.MBA, CPA selaku Ketua Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Medan;

4. Bapak Drs.Idhar Yahya, MBA, Ak.,CA selaku Dosen Pembanding; 5. Ibu Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding;

6. Seluruh Dosen dan Guru Besar pengajar pada Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Medan;


(9)

7. Seluruh Staf dan Pegawai Program Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara, Medan;

8. Yang sangat dicintai dan disayangi istri (Dumasari Riameinda Br Surbakti, S.Sos) yang senantiasa menjadi inspirasi, memberi doa, dan dukungan selama berlangsungnya masa perkuliahan hingga memasuki masa penyelesaian perkuliahan;

9. Yang terkasih ayahanda (Almarhum Tangkas Tarigan) berjuang dan berjasa, tetap akan ku kenang. Yang tersayang ibunda (Djenda Br Sembiring) yang telah menjadi single parent semenjak ayah meninggal. Terimakasih telah melanjutkan perjuangan ayahanda untuk kelangsungan hidup dan pendidikan kami anak – anak kalian dengan motto “Pendidikan adalah harta yang paling berharga dibandingkan dengan emas dan permata”. Yang terkasih kedua mertua (Ir.Zakaria Surbakti dan Rumondang Br Simanjuntak) yang telah memberikan doa dan dukungannya. Juga kepada kakak – kakak, abang – abang, adik dan segudang keponakan, terimakasih atas doa dan dukungannya; 10. Bupati Karo, Sekretaris Daerah Kabupaten Karo (dr.Saberina, MARS), Asisten

Administrasi Sekdakab Karo (Jernih Tarigan, SH), Kepala Bagian Tata Usaha Setdakab.Karo (Drs.Eddy Ridwan Ginting) atas pemberian izin belajar kepada Penulis.

11. Kasubbag Administrasi Keuangan (Burhan Karo – Karo), Kasubbag Kearsipan (Berry Hadinata S.Depari, SH), Kasubbag Kepegawaian (Sukismawati, SH) dan para Staf Bagian Tata Usaha Setdakab.Karo (Rohani br Sembiring, Ritanna Br Meliala,SE, Juli Herti Br Tarigan, SE, Rianton Tarigan, Dumasari Br


(10)

Depari, A.Md, Roslinda Br Kemit, A.Md) yang telah mendukung dan memaklumi atas pemakaian sedikit waktu dinas untuk waktu perkuliahan. 12. Semua pihak yang telah membantu kegiatan penelitian ini; atas perhatian,

perkenan dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperkuat dan kekurangan yang perlu dilengkapi. Karena itu, dengan kerendahan hati Penulis mengharapkan masukan, koreksi dan saran untuk memperkuat kelemahan dan melengkapi kekurangan tersebut. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Agustus 2014 PENELITI

127017020


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Thomy Mariyono Tarigan

NIM : 127017020

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Fakultas/Prog.Studi : Ekonomi dan Bisnis / Magister Akuntansi

Email :

Tempat/Tanggal Lahir : Pancur Batu / 22 Juni 1977 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl.Let.Jend.Djamin Ginting KM.29 No.2, Dusun IV Lau Burah, Desa Bintang Meriah, Kecamatan Pancur Batu – 20353

Nama Ayah : (Alm.) Tangkas Tarigan Nama Ibu : Djenda Br Sembiring

Nama Istri : Dumasari Riamenda Br Surbakti, S.Sos

PENDIDIKAN

1990 : Lulus SD Negeri No.105309 Rambung Baru, Kec.Sibolangit 1993 : Lulus SMP Negeri 2 Pancur Batu, Kec.Pancur Batu

1996 : Lulus SMA Negeri Pancur Batu, Kec.Pancur Batu

1997-1999 : Pernah Kuliah di STAN/Prodip III Keuangan, Penilai/PBB, Jakarta 2001 : Lulus D.III Akuntansi, Universitas Darma Agung, Medan

2011 : Lulus S.1 Manajemen, Universitas Quality, Medan

PEKERJAAN

2006 : Staf Kantor Camat Kutabuluh, Kabupaten Karo 2007 : Staf Bagian Keuangan, Setdakab.Karo

2009 : Staf Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan, dan Asset Daerah Kab.Karo


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Originalitas ... 7

2.1 Landasan Teoritis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.1 Teori Keagenan dan Hubungannya Dengan Penganggaran . 9 2.1.2 Proses Penyusunan APBD di Indonesia ... 11

2.1.3 Belanja ... 12

2.1.3.1Belanja Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) ... 14

2.1.3.2Belanja Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) ... 15

2.1.3.3Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial, Belanja Hibah, dan Belanja Modal ... 16

2.1.3.3.1 Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial ... 17

2.1.3.3.2 Rasio Alokasi Belanja Hibah ... 18

2.1.3.3.3 Rasio Alokasi Belanja Modal ... 19

2.1.4 Daerah KDH Incumbent dan Non-Incumbent ... 20

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 20

3.1 Kerangka Konsep ... 26

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 26

3.2 Hipotesis Penelitian ... 27

4.1 Jenis Penelitian ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5 Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel ... 31

4.6 Metode Analisis Data ... 33


(13)

4.6.2 Pengujian Normalitas ... 34

4.6.3 Uji Hipotesis ... 34

5.1 Hasil Penelitian ... 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

5.1.1 Deskripsi Statistik ... 38

5.1.2 Hasil Pengujian Hipotesis ... 40

5.2 Pembahasan ... 45

6.1 Kesimpulan ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 50

6.3 Saran ... 51


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian ... 7

Tabel 2.1 Ikhtisar Review Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 4.2 Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel ... 33

Tabel 4.3 Kriteria Uji Hipotesis ... 37

Tabel 5.1 Descriptive Statistics ... 38

Tabel 5.2 Test Of Normality ... 40

Tabel 5.3 Test Statistics - Wilcoxon Signed Ranks Test ... 42

Tabel 5.4 Test Statistics – Mann Whitney Test – BBS ... 43

Tabel 5.5 Independent Samples Test ... 44


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Jadwal Penelitian ... 55

Lampiran 2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

Lampiran 3 Anggaran Alokasi Belanja APBD TA. 2012 ... 69

Lampiran 4 Anggaran Alokasi Belanja APBD TA.2013 ... 73


(17)

PERBEDAAN RASIO ALOKASI BELANJA ANTARA DAERAH KDH

INCUMBENT DAN NON-INCUMBENT SEBELUM DAN PADA SAAT

PEMILUKADA ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja modal pada daerah incumbent

sebelum dan saat pemilihan umum kepala daerah diadakan. Mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja modal antara daerah incumbent dan non-incumbent pada saat pemilihan umum kepala daerah diadakan. Populasi penelitian adalah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia dengan populasi 497 tahun 2013 dan data anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota tahun 2012 dan 2013. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah yang memenuhi kriteria sampel penelitian sebanyak 122 sampel. Pengumpulan data diambil dari data sekunder, diolah menggunakan program aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution). Normalitas data diuji dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dan Shapiro-Wilk dengan tingkat signifikansi 5%. Data hipotesis yang tidak memenuhi kriteria normalitas dengan nilai Sig.(2-tailed) kurang dari 0.05 diuji dengan Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann-whitney test (Pengujian Non Parametrik), sedangkan data untuk hipotesis yang memenuhi kriteria normalitas dengan signifikansi diatas 0.05 dengan pengujian parametrik (independent sample t – test). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Lucrative Opportunisctic (peluang yang menguntungkan) incumbent terpilih kembali atas rasio alokasi belanja bantuan sosial pada saat pemilukada lebih kecil daripada sebelum pelaksanaan pemilukada.

Lucrative Opportunisctic (peluang yang menguntungkan) incumbent terpilih kembali atas rasio alokasi belanja hibah dan rasio alokasi belanja modal pada saat pemilukada lebih besar daripada sebelum pelaksanaan pemilukada. Non-incumbent

cenderung memanfaatkan peluang lebih besar atas rasio alokasi belanja bantuan sosial, rasio alokasi belanja bantuan hibah, dan rasio alokasi belanja modal untuk mencapai sasaran pembangunan daerah yang adil dan merata tanpa ada unsur kepentingan politik untuk terpilih kembali. Penyelewengan kekuasaan oleh kepala daerah incumbent atas penetapan rasio alokasi belanja mengakibatkan sasaran pembangunan yang adil dan merata tidak tercapai sehingga merugikan keuangan daerah/negara.

Kata Kunci : belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja modal, incumbent, non-incumbent.


(18)

THE DIFFERENCE OF THE RATIO OF REGIONAL EXPENDITURE ALLOCATION BETWEEN THE INCUMBENT AND NON-INCUMBENT REGIONAL HEADS BEFORE AND AT THE TIME OF THE GENERAL

ELECTION OF REGIONAL HEADS

ABSTRACT

The purpose of this study was to get the empirical difference of the ratio of the allocation of social assistance expenditure, grant expenditures, capital expenditures on the incumbent area before and at the time of the general election of regional heads was held and to get the empirical difference of the ratio of the allocation of social assistance expenditure, grant expenditures, capital expenditures between the incumbent and non-incumbent areas before and at the time of the general election of regional heads was held. The population of this study was 497 Districts/Cities all over Indonesia in 2013 and 122 of them that met sampling criteria were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. The data used in this study were secondary data obtained from the revenue and expenditure budget of Districts/Cities in 2012 and 2013. The data obtained were processed through SPSS (Statistical Product and Service Solution) program. The normality of data was tested through One Sample Kolmogorov-Smirnov Test and Shapiro-Wilk at level of significance 5%. The data of hypothesis which did not meet the normality criteria with Sig. (2 – tailed) less than 0.05 were tested through Wilcoxon Signed Ranks Test and Mann-Whitney test (Non-Parametric Test), while the data for the hypothesis which met the normality criteria with significance of above 0.05 were tested through parametric test (independent sample t-test). The result of this study showed that Lucrative Opportunistic (profitable opportunity) of the reelected incumbent based on the ratio of the allocation of social assistance expenditure at the time of the regional general election was smaller than that of before the implementation of the the regional general election. The Lucrative Opportunistic (profitable opportunity) of the reelected incumbent based on the ratio of the allocation of grant expenditures and the ratio of the allocation of capital expenditures at the time of the regional general election was greater than that of before the implementation of the the regional general election. Non-incumbent tended to take advantage of greater opportunities over the ratio of the allocation of social assistance expenditure, the ratio of the allocation of grant expenditure, and the ratio of the allocation of capital expenditure to achieve the objectives of fair and equitable regional development without the element of political interest for being re-elected. Abuse of power by the incumbent regional head against the determination of the targeted ratio of expenditure allocation resulted in the failure of achiving a fair and equitable development that it inflicted loss to the regional/state finance.

Keywords: Social Assistance Expenditure, Grant Expenditure, Capital Expenditure, Incumbent, Non-Incumbent


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menempatkan otonomi daerah secara utuh pada daerah kabupaten dan kota. Daerah kabupaten dan kota berkedudukan sebagai daerah otonom yang mempunyai kewenangan dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan partisipasi masyarakat. Undang – Undang ini juga telah memberikan semangat dan nilai – nilai yang telah sesuai dengan tuntutan dalam mewujudkan otonomi daerah melalui penekanan aspek – aspek demokrasi, keadilan pemerataan, peran serta masyarakat, serta pengelolaan potensi dan keanekaragaman daerah yang juga memberikan makna baru terhadap sifat ruang lingkup otonomi daerah yaitu berupa otonomi yang luas dan utuh.

Undang – undang tersebut diatas juga menjadi landasan normatif bagi penerapan pemilihan kepala daerah secara langsung yang bertujuan untuk membentuk sistem pemerintahan di daerah yang semakin demokratis karena rakyat dapat menentukan siapa calon yang paling mereka suka. Dalam hal demokrasi, sejak tahun 2005 tepatnya pada bulan Juni 2005, pergantian kepala daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia mulai dilaksanakan secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA).

Hubungan antara eksekutif dan legislatif mengalami perubahan, yaitu tidak lagi sebagai agen (eksekutif) dan prinsipal (legislatif), melainkan keduanya bertindak sebagai agen dari masyarakat pemilih. Masyarakat memberikan


(20)

suaranya langsung untuk memilih kepala daerah melalui pemilukada. Penyelenggaraan pemilukada itu sendiri banyak mendapat sorotan mulai dari efektivitas maupun efisiensi penyelenggaraanya. Mahalnya biaya pemilukada menjadi sorotan karena memberikan efek negatif terhadap pembangunan daerah di masa datang.

Pemilukada sering bersinggungan dengan fenomena politik uang yaitu suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang dengan tujuan untuk menarik simpati dari calon pemilih agar mereka memberikan suaranya pada calon pasangan kepala daerah/wakil kepala daerah, biasanya dilakukan menjelang hari “H” pemilukada. Fenomena lain yang muncul adalah meningkatnya potensi penyimpangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dilakukan oleh calon incumbent untuk memperbesar peluang kemenangannya kembali dalam pemilukada. Hasil kajian Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ada beberapa alokasi dana yang rawan dikorupsi atau diselewengkan yaitu dana hibah, bantuan sosial (bansos), dan belanja modal dari APBD

Calon incumbent adalah orang yang masih menjabat sebagai kepala daerah dan ingin mencalonkan kembali yang berada pada masa titik kritis, mengingat dia harus bertarung lagi agar tidak terpental dari kekuasaannya. Beberapa keunggulan calon incumbent yaitu sudah dikenal baik oleh masyarakat, unggul dalam memulai kampanye, irit biaya kampanye, dan banyak relasi. Keunggulan kekuasaan yang dimiliki incumbent yang memberikan keuntungan bagi dia yaitu dalam pengalokasian sumber daya. Sesuai dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri Nomor 13


(21)

Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, menyatakan bahwa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah, salah satunya adalah penetapan kebijakan tentang pelaksanaan APBD. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, incumbent berpotensi melakukan politisasi anggaran, memanfaatkan pos – pos belanja APBD untuk kepentingannya. Pengaruh incumbent menjadi semakin kuat bilamana partai pendukung incumbent merupakan mayoritas dari partai – partai di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Ritonga dan Alam (2010) mengatakan belanja hibah dan belanja bantuan sosial merupakan salah satu pos belanja yang dapat dipakai calon kepala daerah

incumbent untuk memikat hati masyarakat pemilih untuk mendapatkan dukungan. Permendagri nomor 32 tahun 2011 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD disebutkan bahwa belanja bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Diberikan secara tidak terus menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.

Belanja modal juga sering digunakan incumbent sebagai salah satu alat propaganda untuk mempengaruhi pemilih untuk memberikan suaranya. Ketika belanja infrastruktur dilakukan sesuai dengan kebutuhan, maka masyarakat


(22)

merasa sangat diperhatikan oleh penguasa. Mereka merasa tidak rugi bila memberikan suara untuk incumbent .

Kepala Daerah (KDH) incumbent melalui program – program populis memanfaatkan semaksimal mungkin alokasi belanja bantuan sosial, alokasi belanja hibah, dan alokasi belanja modal kepada masyarakat yang secara langsung akan menampilkan keberhasilan kinerjanya. Alokasi ketiga jenis belanja tersebut terutama digelontorkan ke daerah kantung suara KDH incumbent pada pemilihan kepala daerah sebelumnya yang membawa kemenangan, maka akan menimbulkan kesenjangan pemerataan alokasi belanja untuk daerah abu – abu atau daerah yang tidak berpotensi untuk mendulang banyak suara. Ini merupakan alat kampanye gratis bagi KDH incumbent untuk menaikkan popularitas ditengah masyarakat sehingga akan memberi peluang yang lebih besar untuk kembali terpilih sebagai KDH.

Fenomena ini akan memunculkan maksimalisasi alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah, dan belanja modal dalam APBD tahun anggaran pada saat pemilukada oleh KDH Incumbent dibandingkan dengan alokasi ketiga jenis belanja diatas dalam APBD tahun anggaran sebelum pemilukada, begitu juga akan ada kecenderungan pembengkakan alokasi ketiga jenis belanja diatas oleh KDH

Incumbent dalam APBD tahun anggaran saat pemilukada dibandingkan dengan KDH Non-Incumbent. Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian negara akibat adanya pemanfaatan keuangan negara untuk kepentingan pribadi dan golongan, dan juga mengkhianati cita – cita luhur dari pembangunan nasional yang menganut faham adil dan merata. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk


(23)

membandingkan ketiga jenis belanja diatas pada daerah KDH Incumbent dan KDH Non-Incumbent pada saat dan sebelum pemilukada.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di atas, masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan signifikan rasio alokasi belanja bantuan sosial pada daerah kdh incumbent sebelum dan saat pemilukada diadakan.

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan rasio alokasi belanja hibah pada daerah kdh incumbent sebelum dan saat pemilukada diadakan.

3. Apakah terdapat perbedaan signifikan rasio alokasi belanja modal pada daerah kdh incumbent sebelum dan saat pemilukada diadakan.

4. Apakah terdapat perbedaan signifikan rasio alokasi belanja bantuan sosial antara daerah kdh incumbent dan non-incumbent pada saat pemilukada diadakan.

5. Apakah terdapat perbedaan signifikan rasio alokasi belanja hibah antara daerah kdh incumbent dan non-incumbent pada saat pemilukada diadakan.

6. Apakah terdapat perbedaan signifikan rasio alokasi belanja modal antara daerah kdh incumbent dan non-incumbent pada saat pemilukada diadakan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial pada daerah kdh incumbent sebelum dan saat pemilukada diadakan.


(24)

2. Mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja hibah pada daerah kdh incumbent sebelum dan saat pemilukada diadakan.

3. Mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja modal pada daerah kdh incumbent sebelum dan saat pemilukada diadakan.

4. Mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial antara daerah kdh incumbent dan non-incumbent pada saat pemilukada diadakan.

5. Mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja hibah antara daerah kdh incumbent dan non-incumbent pada saat pemilukada diadakan.

6. Mendapatkan bukti empiris perbedaan rasio alokasi belanja modal antara daerah kdh incumbent dan non-incumbent pada saat pemilukada diadakan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, terutama bagi :

1. Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi penulis menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan serta menjadi media untuk mengaplikasikan berbagai teori yang dipelajari, sehingga berguna dalam mengemban pemahaman, penalaran dan pengalaman peneliti khususnya kebijakan dalam penganggaran sektor publik.

2. Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan melalui pengembangan konsep – konsep yang sudah ada dan dapat


(25)

memunculkan peneliti serupa khususnya pada tatanan anggaran dan akuntansi sektor publik.

3. Praktisi

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang untuk meningkatkan kepekaan para pemangku jabatan dalam menyusun APBD, hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi pembanding dalam melaksanakan fungsi pengawasan pengelolaan keuangan daerah.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari Penelitian Ritonga & Alam (2010) pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIII di Purwakerto dengan judul “Apakah Incumbent memanfaatkan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk mencalonkan kembali dalam pemilihan umum kepala daerah (PEMILUKADA)”. Originalitas penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1. Originalitas Penelitian

KETERANGAN PENELITIAN TERDAHULU PENELITIAN SEKARANG

Judul

Apakah Incumbent Memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Untuk

Mencalonkan Kembali Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA)

Perbedaan Rasio Alokasi Belanja Antara Daerah KDH

Incumbent dan Non-Incumbent

Sebelum dan Pada Saat PEMILUKADA

Variabel Dependen

Proporsi Belanja (Proporsi Belanja Hibah, Proporsi Belanja Bantuan Sosial)

Rasio Alokasi Belanja (Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial, Rasio Alokasi Belanja Hibah, Rasio Alokasi Belanja Modal) Variabel

Independen

Kepala Daerah (Daerah KDH

Incumbent, Daerah KDH Non-Incumbent)

Kepala Daerah (Daerah KDH

Incumbent, Daerah KDH Non-Incumbent)


(26)

KETERANGAN Lanjutan Tabel.1.1

PENELITIAN TERDAHULU PENELITIAN SEKARANG Tahun Penelitian 2009-2010 2012-2013

Teknik Analisis

- Pengujian Normalitas menggunakan One Sample Kormogorov-Smirnov Test dan

Shapiro-Wilk

- Pengujian Normalitas menggunakan One Sample Kormogorov-Smirnov Test dan

Shapiro-Wilk

-Pengujian Non Parametrik

Wilcoxon Signed Ranks Test

-Pengujian Parametrik uji beda dua sampel independen (Independent Sample t-test)

-Pengujian Parametrik uji beda dua sampel independen (Independent Sample t-test)

-Bila tidak memenuhi kriteria normalitas maka akan dilakukan Pengujian Non Parametrik

Wilcoxon Signed Ranks Test dan Pengujian Non Parametrik

Mann Whitney U-Test

-Pengujian Non Parametrik Mann Whitney U-Test


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Landasan Teoritis

3.1.1. Teori Keagenan dan Hubungannya Dengan Penganggaran Daerah Teori keagenan menjelaskan hubungan prinsipal dan agen yang salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori prinsipal-agen menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal (dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang). (Abdullah & Asmara, 2006:6). Pendelegasian terjadi ketika prinsipal memilih agen untuk bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal (Lupia & McCubbins, 2000 dalam Kastowo, 2012:4).

Penganggaran dapat dilihat sebagai transaksi berupa kontrak mandat yang diberikan agen (eksekutif) dalam kerangka struktur institusional dengan berbagai tingkatan yang berbeda (Ritonga & Alam, 2010:8). Sesuai dengan apa yang dinyatakan pada teori keagenan, bahwa pihak prinsipal dan agen memiliki kepentingan masing – masing, sehingga benturan atas kepentingan ini memiliki potensi terjadi setiap saat. Agen lebih mampu menonjolkan kepentingannya karena mempunyai informasi yang lebih lengkap dibandingkan pihak prinsipal, karena pihak agenlah yang mempunyai kendali operasional di lapangan. Sehingga pihak agen lebih memilih alternatif yang menguntungkan dengan mengelabui dan


(28)

membebankan kerugian pada pihak prinsipal (Fozard,A, 2001 dalam Ritonga & Alam, 2010:9).

Dalam hubungan keagenan di pemerintahan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif adalah agen dan legislatif adalah prinsipal (Halim, 2002a; Fozzard, 2001; Mae, 1984 dalam Halim & Abdullah, 2006:56). Seperti dikemukakan sebelumnya, diantara prinsipal dan agen senantiasa terjadi masalah keagenan. Oleh karena itu, persoalan yang sering timbul di antara eksekutif dan legislatif juga merupakan persoalan keagenan.

Pada pemerintahan, peraturan perundang – undangan secara implisit merupakan bentuk kontrak antara eksekutif, legislatif dan publik (Halim & Abdullah, 2006:58). Peraturan tersebut memuat segala sesuatu tentang semua kewajiban dan hak pihak – pihak yang bersentuhan dengan pemerintahan dalam konteks hubungan keagenan. Menurut Moe (1984) dan Storm (2000) dalam Abdullah & Asmara (2006:7), hubungan keagenan dalam penganggaran publik adalah antara (1) pemilih – legislatur, (2) legislatur – pemerintah, (3) menteri keuangan – pengguna anggaran, (4) perdana menteri – birokrat , dan pejabat – pemberi pelayanan.

Dalam konteks pemerintahan daerah di Indonesia, keagenan dapat dibagi dalam 5 kategori, yaitu: (1) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) – Kepala Daerah (KDH), (2) KDH – Rakyat, (3) DPRD – Rakyat, (4) KDH – Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), (5) Kepala SKPD – Staf SKPD (www.syukriy.wordpress.com). Dalam pembahasan anggaran, eksekutif dan legislatif membuat kesepakatan – kesepakatan yang dicapai melalui bargaining


(29)

perda (Asmara, 2010:157). Hubungan keagenan ini dapat diminimalisir melalui mekanisme transparansi dan akuntabilitas, pengendalian, dan pemeriksaan pengelolaan keuangan daerah.

3.1.2. Proses Penyusunan APBD di Indonesia

Penyusunan APBD didasarkan prinsip sebagai berikut: 1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah;

2. Tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang – undangan;

3. Transparan, sehingga memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas – luasnya tentang APBD;

4. Melibatkan partisipasi masyarakat;

5. Memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;

6. Substansi APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah pada penjelasan bagian umum disebutkan bahwa penyusunan APBD diawali dengan penyampaian kebijakan umum APBD sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah daerah bersama dengan DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS, kepala daerah harus menyampaikan rancangan KUA


(30)

dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakati bersama antara kepala daerah dengan DPRD pada waktu yang bersamaan, sehingga keterpaduan substansi KUA dan PPAS dalam proses penyusunan R-APBD akan lebih efektif.

Perubahan paradigma baru dalam pengelolaan dan penganggaran daerah merupakan hal yang tak dapat dipisahkan sebagai akibat penerapan otonomi di Indonesia. Penganggaran kinerja (performance budgeting) merupakan konsep dalam penganggaran yang menjelaskan keterkaitan antara pengalokasian sumberdaya dengan pencapaian hasil yang dapat diukur.

Berdasarkan KUA-PPAS yang telah disepakati oleh Pemerintah Daerah dan DPRD maka kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) untuk selanjutnya disampaikan ke DPRD untuk dibahas pada pembicaraan R-APBD. Hasil pembahasan kemudian disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai dasar penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang APBD. Pengajuan Ranperda APBD tersebut disertai dengan penjelasan dan dokumen – dokumen pendukung kepada DPRD.

3.1.3. Belanja

Pemerintah memiliki kewajiban – kewajiban yang harus dipenuhi untuk kepentingan publik. Kewajiban-kewajiban tersebut adalah sebagai pelayan kebutuhan dan kepentingan publik. Kewajiban-kewajiban tersebut dapat berupa pembangunan bernagai fasilitas publik dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap publik. Untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut diperlukan


(31)

pengeluaran-pengeluaran daerah. Pengeluaran-pengeluaran daerah tersebut mempunyai kaitan terhadap kewajiban-kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang.

Belanja adalah penurunan manfaat ekonomis masa depan atau jasa potensial selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau konsumsi aktiva atau terjadinya kewajiban yang ditimbulkan, sebagai akibat pengurangan aktiva/ekuitas neto selain dari yang berhubungan dengan distribusi ke entitas ekonomi itu sendiri (Bastian, 2006:151). Belanja daerah didefinisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih (Erlina & Rasdianto, 2013:120).

Klasifikasi belanja pada pemerintahan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Permendagri Nomor 21 tahun 2011 tentang pengelolaan keuangan daerah.

Salvatore Schiavo-Campo- dan Daniel Tommasl (1991) dalam Mursyidi (2009) mengungkapkan bahwa klasifikasi belanja sangat penting dalam:

1. Memformulasikan kebijakan dan mengidentifikasi alokasi sumber daya sektor – sektor;

2. Mengidentifikasi tingkatan kegiatan pemerintah melalui penilaian kinerja pemerintah; dan

3. Membangun akuntabilitas atas ketaatan pelaksanaan dengan otorisasi yang diberikan oleh legislatif.


(32)

2.1.3.1. Belanja Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada pernyataan nomor 2 paragraf 8 menyebutkan bahwa belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Labih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Pernyataan Nomor 2 paragraf 39, belanja dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu: belanja operasi; belanja modal; belanja lain – lain/ tak terduga. Belanja Operasi terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. Belanja modal terdiri dari belanja aset tetap, belanja aset lainnya, belanja lain – lain/tak terduga.

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 Tentang SAP, Pernyataan Nomor 2 paragraf 36 – 40, belanja diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok besar yaitu: belanja operasi, belanja modal, belanja lain – lain/ belanja tak terduga, dan belanja transfer.

Belanja Operasi.

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari – hari pemerintah pusat / daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi meliputi: belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial.

Belanja Modal.

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal


(33)

meliputi: belanja modal tanah; belanja modal peralatan dan mesin; belanja modal gedung dan bangunan; belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan; belanja modal aset tetap lainnya; belanja aset lainnya (aset tidak berwujud).

Belanja Lain – Lain/ Belanja Tak Terduga.

Belanja lain – lain atau belanja tidak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang, seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.

Belanja Transfer.

Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan dana bagi hasil oleh pemerintah provinsi ke kabupaten/kota serta dana bagi hasil dari kabupaten/kota ke desa.

2.1.3.2. Belanja Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Belanja daerah didefinisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. (Pasal 1 ayat 51 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, perubahan kedua atas Permendagri Nomor 13 tahun 2006).

Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, pasal 36 – 53, belanja dikelompokkan menjadi:belanja langsung dan belanja tidak langsung.


(34)

Belanja langsung.

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari: belanja pegawai; belanja barang dan jasa;belanja modal.

Belanja tidak langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari: belanja pegawai; belanja bunga; belanja subsidi; belanja hibah; belanja bantuan sosial; belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

2.1.3.3. Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial, Belanja Hibah, dan Belanja Modal

Rasio alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah, dan belanja modal kerap menjadi rebutan kepentingan politik antara legislatif dan eksekutif. Ini menjadi alat pencitraan yang ampuh untuk membentuk opini publik yang akan membawa pengaruh positif terhadap pihak yang mampu memanfaatkannya. Apalagi untuk seorang kepala daerah yang akan kembali mencalonkan diri dalam pemilukada, maka kepala daerah ini akan berusaha menyesuaikan rasio alokasi belanja untuk kepentingan politiknya. Rasio alokasi belanja yang paling ampuh digunakan yaitu rasio alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah dan belanja modal karena belanja tersebut bersinggungan dengan masyarakat luas. Kepala daerah cenderung memperbesar rasio alokasi untuk ketiga jenis belanja diatas.

Pada penelitian anggaran 2007-2008 di 41 kota/kabupaten, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menemukan bahwa anggaran bantuan sosial


(35)

disinyalir menjadi alat mempengaruhi pemilih oleh calon Incumbent

.

2.1.3.3.1. Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial

Belanja bantuan sosial adalah pengeluaran anggaran untuk pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat (Erlina & Rasdianto, 2013:123).

Menurut Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 pasal 1 ayat 15 dan 16 , bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2012 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa belanja bantuan sosial adalah pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat.

Secara teknis, belanja bantuan sosial dianggarkan dengan menggunakan mekanisme yang berbeda dengan belanja lain. Dalam penganggaran belanja


(36)

bantuan sosial terlebih dahulu harus jelas siapa yang akan menerima belanja bantuan sosial, mengajukan proposal (kecuali untuk yang bersifat “tidak terencana”), ada verifikasi dokumen dan lapangan, dan penyusunan RKA-SKPD/RKA-Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Oleh karena itu, inventarisasi data orang miskin sangat penting, dan sebisa mungkin merupakan data yang valid dan factual

Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada anggota/kelompok masyarakat sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Anggota/kelompok masyarakat tersebut meliputi: (a) individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum; (b) lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

2.1.3.3.2. Rasio Alokasi Belanja Hibah

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN pasal 1 ayat 9 mendefinisikan pendapatan hibah sebagai penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri, sedangkan belanja hibah adalah pengeluaran pemerintah berupa pemberian yang tidak diterima kembali, dalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya (Pasal 1 ayat 10). Selanjutnya dari sisi pendapatan hibah disebutkan lebih lanjut bahwa Menteri Keuangan yang


(37)

bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penatausahaan pendapatan hibah, serta harus dikelola dalam APBN, dapat disetorkan ke rekening Kas Negara atau langsung diterima oleh K/L (Pasal 56). Pasal 1 ayat 10 menyebutkan belanja hibah adalah setiap pengeluaran pemerintah berupa pemberian yang tidak diterima kembali, dalam bentuk uang, barang, jasa, dan/atau surat berharga, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Sebagaimana pendapatan hibah, belanja hibah juga merupakan kewenangan Menteri Keuangan untuk mengelola belanja hibah.

Belanja hibah diberikan secara selektif dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah, rasionalitas dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah (Erlina & Rasdianto, 2013:122).

2.1.3.3.3. Rasio Alokasi Belanja Modal

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN Pasal 93 menyebutkan bahwa belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk memperoleh atau menambah nilai aset tetap dan/atau aset lainnya (memberi manfaat lebih dari satu tahun, memenuhi batasan minimal kapitalisasi, dan dipergunakan untuk kepentingan umum).

Modul bagan akun standar pada program percepatan akuntabilitas keuangan pemerintah tahun 2012 kementerian keuangan republik Indonesia disebutkan bahwa belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan/atau aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Menurut Halim (2002:73), belanja modal merupakan pengeluaran pamerintah daerah yang


(38)

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset dan kekayaan daerah.

3.1.4. Daerah KDH Incumbent dan Non-Incumbent

Incumbent adalah Orang yang sedang memegang jabatan (bupati, walikota, gubernur, presiden) yang ikut pemilihan agar dipilih kembali pada

jabatan itu Non-Incumbent adalah orang

yang tidak sedang memegang jabatan (bupati, walikota, gubernur, presiden) ikut serta sebagai calon yang dipilih untuk menduduki jabatan tersebut di atas dalam suatu pemilihan umum.

Daerah KDH Incumbent adalah kabupaten/ kota dimana kepala daerah (KDH) kembali mencalonkan diri dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada), sedangan daerah KDH Non-Incumbent adalah kabupaten/ kota dimana KDH tidak bersedia atau tidak diperbolehkan atau tidak memenuhi syarat menjadi calon peserta dalam pemilukada.

3.2. Review Penelitian Terdahulu

Review penelitian terdahulu (Theoretical Mapping) menjabarkan daftar peneliti terdahulu dengan topik yang relevan dengan topik yang akan kita gunakan dalam penelitian ini (Lubis, 2012). Terkait dengan bidang penelitian yang akan dilakukan, peneliti bertitik tolak dari beberapa penelitian terdahulu khususnya penelitian yang berkenaan dengan Rasio Alokasi Belanja untuk daerah KDH

Incumbent dan Non-Incumbent di Kabupaten/Kota di Indonesia, sperti yang diuraikan dibawah ini.


(39)

1. Ritonga dan Alam (2010)

Penelitian ini berjudul, “Apakah Incumbent memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk mencalonkan kembali dalam pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada)”. Variabel penelitiannya yaitu Independen terdiri dari Incumbent dan non-Incumbent, Dependen terdiri dari proporsi belanja hibah, proporsi belanja bantuan sosial. Teknik Analisis menggunakan Pengujian Normalitas menggunakan One Sample Kormogorov-Smirnov Test dan Shapiro-Wilk, Pengujian Non Parametrik Wilcoxon Signed

Ranks Test, Pengujian Parametrik uji beda dua sampel independen

(Independent Sample t-test), Pengujian Non Parametrik Mann Whitney U-Test.

Indikator penelitian yaitu proporsi belanja hibah dan bantuan sosial pada daerah Incumbent dan Non-Incumbent. Hasil penelitiannya adalah Proporsi belanja hibah daerah pemilukada Incumbent lebih besar daripada daerah pemilukada non-Incumbent, Proporsi belanja bantuan sosial daerah pemilukada

Incumbent lebih besar daripada daerah pemilukada non-Incumbent, Proporsi belanja hibah pada saat pemilukada untuk daerah Incumbent lebih besar daripada sebelum pemilukada.

2. Indrati (2011)

Judul Penelitian, “Analisis Rasio Alokasi Belanja antara Daerah Incumbent dan Daerah Non-Incumbent Sebelum dan Sesaat Pemilukada”. Variabel penelitiannya terdiri dari variabel independen yaitu Incumbent dan Non-Incumbent, variabel dependennya adalah belanja hibah, alokasi belanja bantuan keuangan. Analisa data menggunakan statistik deskriptif. Indikator penelitian yaitu rasio alokasi belanja di derah Incumbent dan Non-Incumbent. Hasil


(40)

penelitiannya adalah: Alokasi belanja hibah dan bantuan keuangan kabupaten/kota yang Incumbent-nya bermaksud mengikuti kembali pemilukada lebih besar daripada kabupaten/kota yang Incumbent-nya tidak bermaksud untuk mengikuti kembali pemilukada.

3. Syafrizal dan Fachruzzaman (2013)

Judul penelitian yaitu, “Pengaruh Politisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Daerah Incumbent di Pulau Jawa dan Daerah Incumbent

Luar Pulau Jawa”. Variabel penelitiannya yaitu Incumbent (variabel independen), sedangkan variabel dependennya adalah Rasio Alokasi Belanja Hibah, Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial. Teknik analisis yang digunakan adalah paired sample t-test, independent sample t-test, dan Mann Whitney U-test. Indikator penelitian ini adalah rasio APBD daerah Incumbent di Pulau Jawa dan diluar Pulau Jawa. Hasil penelitiannya adalah terjadi perbedaan rasio alokasi belanja hibah dimana belanja hibah Incumbent pulau Jawa pada saat pemilukada lebih besar daripada sebelumnya, Terjadi perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial dimana belanja bantuan sosial Incumbent pulau Jawa pada saat pemilukada lebih besar daripada sebelumnya.

4. Yustistianto (2011)

Judul penelitiannya adalah: “Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dalam Pemenangan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Oleh Incumbent”. Variabel penelitiannya adalah Incumbent sebagai variabel independen, dan variabel dependennya adalah Belanja Bantuan Sosial, Belanja Hibah, Belanja Modal, Belanja Pegawai. Teknik analisis yang digunakan


(41)

adalah paried samples t-test dan wilcoxon. Indikatornya adalah pemanfaatan belanja oleh Incumbent. Hasil penelitiannya yaitu: Belanja bantuan sosial pada saat Pemilukada yang dimenangkan Incumbent lebih kecil dibandingkan dengan empat tahun, tiga tahun, dan satu tahun sebelum Pemilukada, Belanja Hibah pada saat penyelenggaraan Pemilukada yang dimenangkan Incumbent

lebih besar dibandingkan dengan empat tahun, tiga tahun, dua tahun dan satu tahun sebelum dilakukan Pemilukada, Belanja Modal pada waktu penyelenggaraan Pemilukada yang dimenangkan Incumbent lebih kecil dibandingkan dengan empat tahun, tiga tahun, dan satu tahun sebelum dilakukan Pemilukada kecuali pada dua tahun sebelum pemilukada belanja modal lebih besar, Belanja Pegawai pada penyelenggaraan Pemilukada yang dimenangkan Incumbent lebih besar dibandingkan dengan empat tahun, tiga tahun, dua tahun, dan satu tahun sebelum dilakukan Pemilukada.

5. Masduki, T., dkk (2009)

Judul penelitian yaitu: “Governing Favours: An Investigation Of Accountability Mechanisms in Local Government Budget Allocation in

Indonesia”. Variabel penelitian terdiri dari Pemilukada sebagai variabel independen dan variabel dependen terdiri dari: Alokasi Belanja Hibah, Alokasi Belanja Bantuan Sosial. Teknik analisis yang digunakan adalah: teknik investigasi. Indikator penelitian yaitu alokasi belanja hibah dan bantuan sosial pada saat pemilukada. Hasil Penelitian yaitu: Ada peningkatan alokasi belanja hibah dan bantuan sosial dalam APBD pada saat Pemilukada 2008 di Kabupaten Tabanan (Bali), Kota Bau - Bau (Sulawesi Tenggara), dan Kota Bandung (Jawa Barat).


(42)

Ikhtisar Review Penelitian Terdahulu dimuka tercantum pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Ikhtisar Review Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik

Analisis Hasil Penelitian

1 Ritonga, dan Alam (2010) Apakah Incumbent memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk mencalonkan kembali dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Incumbent, Non-Incumbent Independen: Proporsi Belanja Hibah, Proporsi Belanja Bantuan Sosial, Dependen: - Pengujian Normalitas menggunakan One Sample Kormogorov-Smirnov Test dan Shapiro-Wilk. -Pengujian Non Parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test. -Pengujian Parametrik uji beda dua sampel independen (Independent Sample t-test). -Pengujian Non Parametrik Mann Whitney U-Test

- Proporsi belanja hibah daerah pemilukada

Incumbent lebih besar daripada daerah pemilukada

non-Incumbent

- Proporsi belanja bantuan sosial daerah pemilukada Incumbent

lebih besar daripada daerah pemilukada

non-Incumbent

- Proporsi belanja hibah pada saat pemilukada untuk daerah Incumbent

lebih besar daripada sebelum pemilukada

2 Indrati (2011)

Analisis Rasio Alokasi Belanja antara Daerah

Incumbent dan Daerah Non-Incumbent Sebelum dan Sesaat Pemilukada Incumbent, Non-Incumbent Independen: Belanja Hibah, Alokasi Belanja Bantuan Keuangan. Dependen: Analisa data menggunakan statistik deskriptif.

Alokasi belanja hibah dan bantuan keuangan kabupaten/kota yang

Incumbent-nya bermaksud mengikuti kembali pemilukada lebih besar daripada kabupaten/kota yang

Incumbent-nya tidak bermaksud untuk mengikuti kembali pemilukada 3 Syafrizal, dan Fachruzzam an (2013) Pengaruh Politisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Daerah

Incumbent di Pulau Jawa dan Daerah

Incumbent Luar Pulau Jawa. Incumbent. Independen: Rasio Alokasi Belanja Hibah, Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial. Dependen:

paired sample t-test,

independent sample t-test, dan Mann Whitney U-test

-Terjadi perbedaan rasio alokasi belanja hibah dimana belanja hibah

Incumbent pulau Jawa pada saat pemilukada lebih besar daripada sebelumnya

-Terjadi perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial dimana belanja bantuan sosial

Incumbent pulau Jawa pada saat pemilukada lebih besar daripada sebelumnya.


(43)

No

Lanjutan Tabel.2.1 Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Teknik

Analisis Hasil Penelitian

5 Masduki, T., dkk (2009)

Governing Favours: An Investigation Of Accountability Mechanisms in Local

Government Budget Allocation in Indonesia

Pemilukada Independen:

Alokasi Belanja Hibah, Alokasi Belanja Bantuan Sosial

Dependen: Teknik investigasi

Ada peningkatan alokasi belanja hibah dan bantuan sosial dalam APBD pada saat pemilukada 2008 di kabupaten Tabanan (Bali), Kota Bau - Bau (Sulawesi Tenggara), dan Kota Bandung (Jawa Barat)


(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Sesuai dengan paparan latar belakang masalah dan rumusan masalah dimana terdapat fenomena daerah kdh Incumbent berpeluang untuk memanfaatkan dan mengkondisikan rasio alokasi Belanja Bantuan Sosial, Belanja Hibah, dan Belanja Modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran saat tahun pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) untuk pencitraan demi memperoleh dukungan kembali dari masyarakat pemilih sehingga dapat duduk kembali sebagai Kepala Daerah (KDH). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membandingkan ketiga jenis belanja diatas pada daerah KDH Incumbent dan KDH Non-Incumbent pada saat dan sebelum pemilukada.

Sesuai dengan Gambar 3.1 maka pertama yang akan dibandingkan adalah rasio alokasi ketiga jenis belanja diatas antara daerah kdh Incumbent sebelum tahun pemilukada dilaksanakan dengan daerah kdh Incumbent pada tahun pelaksanaan pemilukada, seterusnya perbandingan yang akan dilihat adalah rasio alokasi ketiga jenis belanja diatas pada saat tahun pemilukada dilaksanakan antara daerah kdh Incumbent dibandingkan dengan daerah kdh Non-Incumbent.

Untuk mengetahui perbedaan rasio alokasi belanja bantuan sosial, alokasi belanja hibah, alokasi belanja modal daerah kdh incumbent dan non-incumbent

sebelum dan pada saat pemilukada, maka digunakan kerangka konseptual seperti tercantum pada Gambar 3.1.


(45)

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:

H1: Rasio alokasi belanja bantuan sosial daerah kdh incumbent pada saat pelaksanaan pemilukada lebih besar daripada rasio belanja bantuan sosial daerah kdh incumbent sebelum pelaksanaan pemilukada.

H2: Rasio alokasi belanja hibah daerah kdh incumbent pada saat pelaksanaan pemilukada lebih besar daripada rasio belanja hibah daerah kdh incumbent

sebelum pelaksanaan pemilukada.

H3: Rasio alokasi belanja modal daerah kdh incumbent pada saat pelaksanaan pemilukada lebih besar daripada rasio belanja modal daerah kdh incumbent

sebelum pelaksanaan pemilukada. Daerah KDH

Incumbent

Daerah KDH

Incumbent

Daerah KDH

Non - Incumbent

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Tahun Sebelum

Pemilukada

Tahun Saat Pemilukada

VARIABEL :

1.Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial 2.Rasio Alokasi Belanja

Hibah

3.Rasio Alokasi Belanja Modal

VARIABEL :

1.Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial 2.Rasio Alokasi Belanja

Hibah

3.Rasio Alokasi Belanja Modal

VARIABEL :

1.Rasio Alokasi Belanja Bantuan Sosial 2.Rasio Alokasi Belanja

Hibah

3.Rasio Alokasi Belanja Modal


(46)

H4: Rasio alokasi belanja bantuan sosial pada daerah kdh incumbent pada saat pelaksanaan pemilukada lebih besar daripada rasio belanja bantuan sosial pada daerah kdh non-incumbent pada saat pelaksanaan pemilukada.

H5: Rasio alokasi belanja hibah pada daerah kdh incumbent pada saat pelaksanaan pemilukada lebih besar daripada rasio belanja hibah pada daerah kdh non-incumbent pada saat pelaksanaan pemilukada.

H6: Rasio alokasi belanja modal pada daerah kdh incumbent pada saat pelaksanaan pemilukada lebih besar daripada rasio modal pada daerah kdh


(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Sugiono dalam Lubis (2012:20) menyebutkan bahwa jenis penelitian dapat dibagi atas: penelitian deskriptif (gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta fakta), penelitian komparatif (membandingkan), penelitian asosiatif (hubungan).

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian yang bersifat komparatif yang sifatnya untuk membandingkan rasio alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah, dan belanja modal antara daerah kdh incumbent dan kdh non-incumbent

sebelum dan pada saat pemilukada.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai bulan Mei 2014. Jadwal penelitian ada pada Lampiran 1.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 497 terdiri dari 399 Pemerintah Kabupaten dan 98 Pemerintah Kota di Indonesia dalam tahun 2013, data APBD Kabupaten/Kota tahun 2012 dan 2013. Alasan peneliti tidak memasukkan pemerintah provinsi di Indonesia dalam pengambilan populasi dan sampel adalah untuk keseragaman data, sehingga hanya difokuskan ke pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.


(48)

Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive dengan kriteria sebagai berikut:

1. Kabupaten/Kota yang mengadakan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) pada tahun 2013;

2. Kabupaten/Kota yang menampung alokasi belanja bantuan sosial pada APBD Tahun Anggaran (TA) 2012 dan TA.2013;

3. Kabupaten/Kota yang menampung alokasi belanja hibah pada APBD Tahun Anggaran (TA) 2012 dan TA.2013;

4. Kabupaten/Kota yang menampung alokasi belanja modal pada APBD Tahun Anggaran (TA) 2012 dan TA.2013.

Berdasarkan kriteria penelitian di atas, jumlah kabupaten/kota yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian sebanyak 122, dengan rincian tercantum pada Lampiran 2.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diambil dari data sekunder. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

a. Data jadwal pemilukada Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2013 yang

bersumber dari websit

b. Data status kepala daerah Kabupaten/Kota bersumber dari

c. Data alokasi belanja bantuan sosial, belanja hibah, dan belanja modal dalam APBD Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2012 – 2013

bersumber dari


(1)

Lanjutan Lampiran 3 (Dalam Jutaan Rupiah)

NO KABUPATEN / KOTA SAMPEL PENELITIAN

ANGGARAN ALOKASI BELANJA APBD TA.2012

BELANJA BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA HIBAH BELANJA MODAL

BL BTL TOTAL BBS

RASIO = (BBS : TB)x100%

BH

RASIO = (BH : TB)x100%

BM

RASIO = (BM : TB)x100%

96 Kota Kotamobagu Sampel 96 178.998 189.368 368.365,74 3.770 1,02% 4.250 1,15% 106.064 28,79%

97 Kab. Donggala Sampel 97 271.230 394.344 665.573,50 12.454 1,87% 4.439 0,67% 133.637 20,08%

98 Kab.Morowali Sampel 98 368.248 385.081 753.329,27 4.892 0,65% 46.170 6,13% 217.676 28,90%

99 Kab. Parigi Moutong Sampel 99 302.155 374.351 676.506,30 4.515 0,67% 8.516 1,26% 157.688 23,31%

100 Kab. Bone Sampel 100 404.631 804.498 1.209.129,33 8.282 0,68% 17.775 1,47% 222.682 18,42%

101 Kab. Bantaeng Sampel 101 220.882 240.454 461.336,85 2.408 0,52% 3.791 0,82% 89.939 19,50%

102 Kab. Sinjai Sampel 102 200.358 365.433 565.790,96 2.939 0,52% 4.068 0,72% 92.995 16,44%

103 Kab. Jeneponto Sampel 103 325.404 335.576 660.980,87 2.800 0,42% 7.378 1,12% 180.411 27,29%

104 Kab. Wajo Sampel 104 382.335 488.462 870.796,66 1.663 0,19% 5.031 0,58% 247.211 28,39%

105 Kab. Sidenreng Rappang Sampel 105 262.841 396.087 658.927,26 4.384 0,67% 175 0,03% 116.371 17,66%

106 Kab. Enrekang Sampel 106 226.740 331.865 558.605,30 2.816 0,50% 4.140 0,74% 109.946 19,68%

107 Kota Pare Pare Sampel 107 273.156 279.256 552.411,69 2.060 0,37% 940 0,17% 115.996 21,00%

108 Kab. Luwu Sampel 108 216.080 414.056 630.136,19 1.000 0,16% 5.475 0,87% 82.853 13,15%

109 Kab. Pinrang Sampel 109 273.329 429.169 702.498,21 1.000 0,14% 5.174 0,74% 132.279 18,83%

110 Kota Palopo Sampel 110 210.180 278.988 489.168,31 1.100 0,22% 12.000 2,45% 86.867 17,76%

111 Kab. Kolaka Sampel 111 365.356 431.453 796.808,84 4.000 0,50% 2.000 0,25% 179.507 22,53%

112 Kab. Konawe Sampel 112 283.196 481.525 764.720,30 9.349 1,22% 7.798 1,02% 123.013 16,09%

113 Kota Gorontalo Sampel 113 200.805 364.652 565.456,59 1.488 0,26% 2.350 0,42% 80.480 14,23%

114 Kab. Gorontalo Utara Sampel 114 230.374 158.878 389.252,40 2.050 0,53% 4.768 1,23% 136.818 35,15%

115 Kab. Polewali Mandar Sampel 115 267.024 457.612 724.636,00 4.575 0,63% 2.708 0,37% 132.128 18,23%

116 Kab. Mamasa Sampel 116 200.775 253.580 454.355,69 6.015 1,32% 6.649 1,46% 108.351 23,85%

117 Kota Tual Sampel 117 215.212 131.227 346.439,33 7.853 2,27% 7.622 2,20% 102.080 29,47%

118 Kab. Biak Numfor Sampel 118 303.594 358.817 662.410,74 6.607 1,00% 12.906 1,95% 139.395 21,04%

119 Kab. Jayawijaya Sampel 119 393.367 278.924 672.290,83 13.500 2,01% 23.195 3,45% 218.572 32,51%

120 Kab.Paniai Sampel 120 330.451 301.689 632.140,05 42.261 6,69% 55.268 8,74% 169.020 26,74%

121 Kab. Mimika Sampel 121 927.346 512.251 1.439.597,08 72.018 5,00% 38.800 2,70% 371.011 25,77%

122 Kab.Puncak Sampel 122 783.085 228.225 1.011.309,96 58.090 5,74% 30.345 3,00% 459.487 45,43%


(2)

(Dalam Jutaan Rupiah) Lampiran 4: Anggaran Alokasi belanja APBD TA.2013

NO KABUPATEN / KOTA SAMPEL PENELITIAN

ANGGARAN ALOKASI BELANJA APBD TA.2013

BELANJA BELANJA

BANTUAN SOSIAL BELANJA HIBAH BELANJA MODAL

BL BTL TOTAL BBS

RASIO = (BBS : TB)x100%

BH

RASIO = (BH : TB)x100%

BM

RASIO = (BM : TB)x100% 1 Kab. Aceh Selatan Sampel 1 282.438 460.834 743.272,01 1.305 0,18% 18.351 2,47% 129.602 17,44% 2 Kab. Pidie Jaya Sampel 2 199.993 275.648 475.640,43 5.307 1,12% 20.842 4,38% 84.095 17,68% 3 Kota Subulussalam Sampel 3 166.769 175.732 342.500,95 2.450 0,72% 22.997 6,71% 60.944 17,79% 4 Kab. Tapanuli Utara Sampel 4 338.133 488.270 826.403,42 3.135 0,38% 28.875 3,49% 172.108 20,83% 5 Kab. Deli Serdang Sampel 5 1.261.700 1.121.494 2.383.194,12 14.916 0,63% 44.048 1,85% 528.873 22,19%

6 Kab. Dairi Sampel 6 285.585 477.671 763.255,99 3.465 0,45% 24.465 3,21% 142.118 18,62%

7 Kab. Langkat Sampel 7 607.313 1.079.457 1.686.770,49 26.603 1,58% 39.455 2,34% 365.774 21,68% 8 Kab. Batu Bara Sampel 8 423.687 414.629 838.315,48 4.819 0,57% 18.625 2,22% 238.534 28,45% 9 Kab. Padang Lawas Sampel 9 308.154 276.864 585.018,14 1.550 0,26% 22.012 3,76% 172.606 29,50% 10 Kab. Padang Lawas Utara Sampel 10 418.902 295.039 713.940,88 11.055 1,55% 24.284 3,40% 276.030 38,66% 11 Kota Padang Sampel 11 603.417 1.075.699 1.679.115,88 15.315 0,91% 35.965 2,14% 313.502 18,67% 12 Kota Sawahlunto Sampel 12 208.426 234.524 442.950,14 300 0,07% 13.166 2,97% 72.358 16,34% 13 Kota Padang Panjang Sampel 13 244.105 223.219 467.324,09 4.166 0,89% 16.076 3,44% 95.496 20,43% 14 Kota Pariaman Sampel 14 225.752 260.070 485.822,83 2.973 0,61% 18.708 3,85% 121.330 24,97% 15 Kab. Indragiri Ilir Sampel 15 793.122 796.980 1.590.101,78 1.522 0,10% 30.002 1,89% 347.393 21,85% 16 Kab. Kerinci Sampel 16 350.197 394.656 744.852,92 5.126 0,69% 23.838 3,20% 185.133 24,85% 17 Kab. Merangin Sampel 17 411.631 447.625 859.255,58 1.150 0,13% 23.101 2,69% 193.612 22,53% 18 Kota Palembang Sampel 18 1.065.633 1.497.576 2.563.208,97 2.760 0,11% 57.318 2,24% 532.626 20,78% 19 Kab. Lahat Sampel 19 542.942 736.868 1.279.809,85 3.549 0,28% 68.665 5,37% 226.725 17,72% 20 Kab. Ogan Komering Ilir Sampel 20 805.142 703.822 1.508.964,03 9.236 0,61% 68.914 4,57% 500.874 33,19% 21 Kota. Pagar Alam Sampel 21 331.223 266.386 597.608,91 513 0,09% 13.166 2,20% 164.911 27,60% 22 Kab. Banyuasin Sampel 22 790.281 737.866 1.528.147,12 6.295 0,41% 75.806 4,96% 366.740 24,00% 23 Kab. Empat Lawang Sampel 23 402.126 273.622 675.748,02 900 0,13% 36.542 5,41% 251.425 37,21% 24 Kab. Lampung Utara Sampel 24 408.339 680.005 1.088.343,57 6.405 0,59% 27.312 2,51% 233.809 21,48% 25 Kota Pangkal Pinang Sampel 25 333.555 292.781 626.336,06 1.596 0,25% 17.585 2,81% 141.220 22,55% 26 Kab. Bangka Sampel 26 377.962 438.415 816.377,06 1.789 0,22% 26.636 3,26% 150.615 18,45%

27 Kab. Belitung Sampel 27 447.229 276.700 723.928,13 75 0,01% 13.562 1,87% 213.728 29,52%


(3)

Lanjutan Lampiran 4 (Dalam Jutaan Rupiah)

NO KABUPATEN / KOTA

SAMPEL PENELITIAN

ANGGARAN ALOKASI BELANJA APBD TA.2013

BELANJA BELANJA

BANTUAN SOSIAL BELANJA HIBAH BELANJA MODAL

BL BTL TOTAL BBS

RASIO = (BBS : TB)x100%

BH

RASIO = (BH : TB)x100%

BM

RASIO = (BM : TB)x100% 29 Kota Cirebon Sampel 29 439.861 498.925 938.786,34 9.990 1,06% 11.250 1,20% 152.880 16,28% 30 Kab. Cirebon Sampel 30 906.471 1.383.464 2.289.934,72 17.410 0,76% 74.026 3,23% 331.465 14,47% 31 Kab. Sumedang Sampel 31 565.984 1.077.680 1.643.664,11 4.589 0,28% 64.304 3,91% 218.062 13,27% 32 Kota Bandung Sampel 32 2.378.509 2.176.913 4.555.422,02 96.075 2,11% 280.517 6,16% 1.444.629 31,71% 33 Kab. Bogor Sampel 33 2.650.285 2.264.541 4.914.826,65 10.800 0,22% 243.623 4,96% 1.531.833 31,17% 34 Kab. Subang Sampel 34 516.720 1.030.672 1.547.392,03 6.602 0,43% 104.049 6,72% 264.737 17,11% 35 Kab. Ciamis Sampel 35 487.939 1.250.423 1.738.361,48 6.996 0,40% 98.020 5,64% 265.075 15,25% 36 Kab. Kuningan Sampel 36 487.526 1.136.956 1.624.481,86 3.760 0,23% 26.100 1,61% 241.237 14,85% 37 Kab. Garut Sampel 37 1.163.278 1.574.170 2.737.448,44 1.530 0,06% 54.460 1,99% 648.221 23,68% 38 Kab. Bandung Barat Sampel 38 546.049 890.919 1.436.967,51 13.500 0,94% 115.177 8,02% 244.185 16,99% 39 Kab. Tegal Sampel 39 528.568 946.443 1.475.011,22 12.172 0,83% 44.758 3,03% 222.910 15,11% 40 Kota Tegal Sampel 40 335.525 355.422 690.947,88 10.315 1,49% 13.221 1,91% 116.631 16,88% 41 Kab. Karanganyar Sampel 41 303.660 1.042.529 1.346.189,09 7.409 0,55% 67.743 5,03% 126.883 9,43% 42 Kab. Kudus Sampel 42 481.852 812.628 1.294.479,73 24.939 1,93% 35.527 2,74% 149.340 11,54% 43 Kab. Temanggung Sampel 43 378.118 724.389 1.102.506,97 23.309 2,11% 57.244 5,19% 204.630 18,56% 44 Kab. Banyumas Sampel 44 815.726 1.282.718 2.098.444,10 5.705 0,27% 58.050 2,77% 409.457 19,51% 45 Kota Kediri Sampel 45 420.128 533.132 953.260,06 20.553 2,16% 41.316 4,33% 190.730 20,01% 46 Kab. Madiun Sampel 46 364.815 800.596 1.165.411,39 6.453 0,55% 35.162 3,02% 201.370 17,28% 47 Kota Madiun Sampel 47 327.682 416.437 744.119,04 10.141 1,36% 15.414 2,07% 160.922 21,63% 48 Kota Probolinggo Sampel 48 307.783 364.663 672.445,27 7.261 1,08% 28.419 4,23% 73.435 10,92% 49 Kab. Pasuruan Sampel 49 707.498 1.187.275 1.894.773,21 9.018 0,48% 114.108 6,02% 275.582 14,54% 50 Kab. Tulungagung Sampel 50 421.855 986.340 1.408.194,68 20.221 1,44% 29.165 2,07% 127.010 9,02% 51 Kab. Magetan Sampel 51 339.858 850.821 1.190.679,03 8.057 0,68% 40.557 3,41% 144.953 12,17% 52 Kota Malang Sampel 52 804.037 739.950 1.543.987,14 500 0,03% 70.589 4,57% 424.711 27,51% 53 Kab. Bondowoso Sampel 53 385.761 774.968 1.160.728,70 8.512 0,73% 50.957 4,39% 179.135 15,43% 54 Kab. Lumajang Sampel 54 506.997 938.314 1.445.310,71 9.548 0,66% 89.687 6,21% 239.432 16,57%


(4)

Lanjutan Lampiran 4 (Dalam Jutaan Rupiah)

NO KABUPATEN / KOTA SAMPEL PENELITIAN

ANGGARAN ALOKASI BELANJA APBD TA.2013

BELANJA BELANJA BANTUAN

SOSIAL BELANJA HIBAH BELANJA MODAL

BL BTL TOTAL BBS

RASIO = (BBS : TB)x100%

BH

RASIO = (BH : TB)x100%

BM

RASIO = (BM : TB)x100% 58 Kab. Lebak Sampel 58 614.713 846.925 1.461.637,65 7.367 0,50% 75.136 5,14% 317.513 21,72% 59 Kota Tangerang Sampel 59 2.002.384 1.007.017 3.009.401,51 616 0,02% 100.455 3,34% 968.475 32,18%

60 Kota Serang Sampel 60 340.531 404.909 745.440,54 2.150 0,29% 43.751 5,87% 121.732 16,33%

61 Kab. Klungkung Sampel 61 213.887 433.249 647.135,36 551 0,09% 46.543 7,19% 82.896 12,81%

62 Kab. Lombok Timur Sampel 62 478.473 1.042.697 1.521.169,77 37.792 2,48% 48.435 3,18% 272.670 17,92% 63 Kab. Lombok Barat Sampel 63 330.585 628.369 958.953,40 11.853 1,24% 24.818 2,59% 163.159 17,01%

64 Kota Bima Sampel 64 206.491 340.525 547.016,37 11.620 2,12% 16.940 3,10% 101.612 18,58%

65 Kab. Sikka Sampel 65 228.822 450.617 679.438,92 255 0,04% 40.500 5,96% 94.523 13,91%

66 Kab. Timor Tengah Selatan Sampel 66 406.485 525.135 931.620,18 13.202 1,42% 19.950 2,14% 222.475 23,88% 67 Kab. Kupang Sampel 67 325.208 532.422 857.629,78 13.608 1,59% 29.348 3,42% 130.827 15,25%

68 Kab. Ende Sampel 68 240.663 455.726 696.389,46 5.600 0,80% 15.966 2,29% 112.447 16,15%

69 Kab. Alor Sampel 69 286.085 381.540 667.625,37 7.385 1,11% 18.545 2,78% 117.958 17,67%

70 Kab. Rote Ndao Sampel 70 234.476 253.460 487.935,55 4.230 0,87% 20.703 4,24% 108.638 22,26%

71 Kab. Nagekeo Sampel 71 191.919 287.023 478.941,50 3.138 0,66% 17.703 3,70% 98.322 20,53%

72 Kab. Sumba Tengah Sampel 72 242.762 127.366 370.127,79 678 0,18% 14.424 3,90% 107.740 29,11% 73 Kab. Manggarai Timur Sampel 73 284.068 263.808 547.875,65 450 0,08% 23.535 4,30% 154.497 28,20% 74 Kab. Sanggau Sampel 74 507.438 525.340 1.032.777,78 230 0,02% 40.886 3,96% 250.684 24,27% 75 Kab. Pontianak Sampel 75 254.315 350.107 604.421,65 2.000 0,33% 19.814 3,28% 135.079 22,35% 76 Kota Pontianak Sampel 76 715.590 606.336 1.321.925,77 6.540 0,49% 34.165 2,58% 392.503 29,69% 77 Kab. Kubu Raya Sampel 77 479.333 455.145 934.478,40 3.640 0,39% 35.264 3,77% 274.719 29,40% 78 Kota Palangkaraya Sampel 78 295.769 549.705 845.473,98 1.485 0,18% 46.208 5,47% 141.169 16,70% 79 Kab. Barito Utara Sampel 79 333.089 335.980 669.068,85 1.706 0,25% 35.779 5,35% 175.682 26,26% 80 Kab. Katingan Sampel 80 642.597 358.517 1.001.113,75 1.544 0,15% 25.466 2,54% 334.131 33,38% 81 Kab. Seruyan Sampel 81 626.122 239.715 865.837,04 3.236 0,37% 18.812 2,17% 405.572 46,84% 82 Kab. Sukamara Sampel 82 374.800 168.552 543.352,84 2.500 0,46% 23.295 4,29% 228.865 42,12% 83 Kab. Lamandau Sampel 83 376.888 226.889 603.776,71 7.039 1,17% 33.362 5,53% 227.633 37,70% 84 Kab. Gunung Mas Sampel 84 372.399 336.980 709.379,12 450 0,06% 52.794 7,44% 219.520 30,95% 85 Kab. Pulang Pisau Sampel 85 334.125 292.221 626.346,76 4.392 0,70% 20.490 3,27% 212.889 33,99% 86 Kab. Murung Raya Sampel 86 459.561 355.103 814.663,45 8.856 1,09% 28.677 3,52% 263.465 32,34%


(5)

Lanjutan Lampiran 4 (Dalam Jutaan Rupiah)

NO KABUPATEN / KOTA SAMPEL PENELITIAN

ANGGARAN ALOKASI BELANJA APBD TA.2013

BELANJA BELANJA BANTUAN

SOSIAL BELANJA HIBAH BELANJA MODAL

BL BTL TOTAL BBS

RASIO = (BBS : TB)x100%

BH

RASIO = (BH : TB)x100%

BM

RASIO = (BM : TB)x100% 87 Kab. Barito Timur Sampel 87 285.299 330.671 615.970,03 3.389 0,55% 19.648 3,19% 110.989 18,02% 88 Kab. Hulu Sungai Selatan Sampel 88 273.389 456.912 730.300,66 17.139 2,35% 19.128 2,62% 154.696 21,18% 89 Kab. Tabalong Sampel 89 470.421 605.968 1.076.388,65 13.435 1,25% 49.977 4,64% 214.674 19,94% 90 Kota Tarakan Sampel 90 1.228.995 569.082 1.798.077,13 9.300 0,52% 50.593 2,81% 823.297 45,79% 91 Kab.Penajam Paser Utara Sampel 91 1.226.984 434.555 1.661.539,00 862 0,05% 54.859 3,30% 816.099 49,12% 92 Kab.Kepulauan Talaud Sampel 92 285.329 309.075 594.404,45 13 0,00% 16.826 2,83% 129.626 21,81% 93 Kab.Bolaang Mongondow Utara Sampel 93 228.506 173.663 402.168,91 673 0,17% 20.041 4,98% 121.981 30,33% 94 Kab.Kepulauan Sitaro Sampel 94 231.966 223.871 455.836,79 2.116 0,46% 16.725 3,67% 135.569 29,74% 95 Kab.Minahasa Tenggara Sampel 95 245.479 217.403 462.882,11 4.345 0,94% 15.950 3,45% 132.471 28,62% 96 Kota Kotamobagu Sampel 96 218.384 204.311 422.695,39 1.150 0,27% 14.150 3,35% 119.259 28,21% 97 Kab. Donggala Sampel 97 375.164 422.607 797.770,53 10.507 1,32% 23.048 2,89% 207.010 25,95% 98 Kab.Morowali Sampel 98 426.822 439.727 866.548,68 2.700 0,31% 36.252 4,18% 215.922 24,92% 99 Kab. Parigi Moutong Sampel 99 317.410 433.640 751.049,83 2.675 0,36% 37.512 4,99% 147.493 19,64% 100 Kab. Bone Sampel 100 444.784 917.284 1.362.068,82 2.000 0,15% 22.210 1,63% 202.541 14,87% 101 Kab. Bantaeng Sampel 101 304.794 308.709 613.503,10 1.884 0,31% 7.781 1,27% 140.465 22,90%

102 Kab. Sinjai Sampel 102 236.779 407.744 644.523,23 400 0,06% 18.296 2,84% 103.921 16,12%

103 Kab. Jeneponto Sampel 103 327.230 425.802 753.031,41 2.635 0,35% 28.790 3,82% 154.468 20,51% 104 Kab. Wajo Sampel 104 394.329 618.988 1.013.317,12 2.600 0,26% 49.725 4,91% 201.493 19,88% 105 Kab. Sidenreng Rappang Sampel 105 335.967 413.049 749.016,12 14.905 1,99% 17.540 2,34% 160.776 21,46% 106 Kab. Enrekang Sampel 106 256.017 375.329 631.346,62 3.000 0,48% 17.000 2,69% 128.812 20,40% 107 Kota Pare Pare Sampel 107 283.930 355.090 639.019,94 38 0,01% 12.874 2,01% 132.001 20,66%

108 Kab. Luwu Sampel 108 284.806 483.488 768.294,30 1.961 0,26% 29.051 3,78% 114.914 14,96%

109 Kab. Pinrang Sampel 109 298.852 506.115 804.967,66 1.000 0,12% 17.174 2,13% 137.736 17,11%

110 Kota Palopo Sampel 110 238.245 319.690 557.934,74 1.450 0,26% 9.000 1,61% 98.453 17,65%

111 Kab. Kolaka Sampel 111 388.143 508.273 896.415,78 3.500 0,39% 23.400 2,61% 184.093 20,54% 112 Kab. Konawe Sampel 112 358.190 507.487 865.676,52 3.253 0,38% 11.065 1,28% 147.405 17,03% 113 Kota Gorontalo Sampel 113 302.589 417.307 719.896,01 1.488 0,21% 16.627 2,31% 123.279 17,12%


(6)

Lanjutan Lampiran 4 (Dalam Jutaan Rupiah)

NO KABUPATEN / KOTA

SAMPEL PENELITIAN

ANGGARAN ALOKASI BELANJA APBD TA.2013

BELANJA BELANJA BANTUAN

SOSIAL BELANJA HIBAH BELANJA MODAL

BL BTL TOTAL BBS

RASIO = (BBS : TB)x100%

BH

RASIO = (BH : TB)x100%

BM

RASIO = (BM : TB)x100%

116 Kab. Mamasa Sampel 116 234.200 302.022 536.222,33 9.387 1,75% 29.943 5,58% 134.617 25,10%

117 Kota Tual Sampel 117 185.759 180.370 366.128,91 2.853 0,78% 34.284 9,36% 80.489 21,98%

118 Kab. Biak Numfor Sampel 118 333.909 398.955 732.864,10 7.346 1,00% 28.148 3,84% 158.541 21,63%

119 Kab. Jayawijaya Sampel 119 551.903 436.371 988.273,14 1.140 0,12% 69.827 7,07% 387.261 39,19%

120 Kab.Paniai Sampel 120 335.417 361.696 697.113,75 32.819 4,71% 29.160 4,18% 149.494 21,44%

121 Kab. Mimika Sampel 121 800.418 562.681 1.363.099,16 76.263 5,59% 72.750 5,34% 288.166 21,14%

122 Kab.Puncak Sampel 122 910.556 323.994 1.234.550,58 90.581 7,34% 47.863 3,88% 540.977 43,82%

TOTAL 58.540.412,99 70.216.089,65 128.756.502,64 1.031.948,99 0,80% 4.859.407,48 3,77% 29.367.996,25 22,81%