Teori Keagenan dan Hubungannya Dengan Penganggaran Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Landasan Teoritis

3.1.1. Teori Keagenan dan Hubungannya Dengan Penganggaran Daerah

Teori keagenan menjelaskan hubungan prinsipal dan agen yang salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori prinsipal-agen menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak principal membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain agent dengan harapan bahwa agen akan bertindakmelakukan pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang. Abdullah Asmara, 2006:6. Pendelegasian terjadi ketika prinsipal memilih agen untuk bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal Lupia McCubbins, 2000 dalam Kastowo, 2012:4. Penganggaran dapat dilihat sebagai transaksi berupa kontrak mandat yang diberikan agen eksekutif dalam kerangka struktur institusional dengan berbagai tingkatan yang berbeda Ritonga Alam, 2010:8. Sesuai dengan apa yang dinyatakan pada teori keagenan, bahwa pihak prinsipal dan agen memiliki kepentingan masing – masing, sehingga benturan atas kepentingan ini memiliki potensi terjadi setiap saat. Agen lebih mampu menonjolkan kepentingannya karena mempunyai informasi yang lebih lengkap dibandingkan pihak prinsipal, karena pihak agenlah yang mempunyai kendali operasional di lapangan. Sehingga pihak agen lebih memilih alternatif yang menguntungkan dengan mengelabui dan Universitas Sumatera Utara membebankan kerugian pada pihak prinsipal Fozard,A, 2001 dalam Ritonga Alam, 2010:9. Dalam hubungan keagenan di pemerintahan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif adalah agen dan legislatif adalah prinsipal Halim, 2002a; Fozzard, 2001; Mae, 1984 dalam Halim Abdullah, 2006:56. Seperti dikemukakan sebelumnya, diantara prinsipal dan agen senantiasa terjadi masalah keagenan. Oleh karena itu, persoalan yang sering timbul di antara eksekutif dan legislatif juga merupakan persoalan keagenan. Pada pemerintahan, peraturan perundang – undangan secara implisit merupakan bentuk kontrak antara eksekutif, legislatif dan publik Halim Abdullah, 2006:58. Peraturan tersebut memuat segala sesuatu tentang semua kewajiban dan hak pihak – pihak yang bersentuhan dengan pemerintahan dalam konteks hubungan keagenan. Menurut Moe 1984 dan Storm 2000 dalam Abdullah Asmara 2006:7, hubungan keagenan dalam penganggaran publik adalah antara 1 pemilih – legislatur, 2 legislatur – pemerintah, 3 menteri keuangan – pengguna anggaran, 4 perdana menteri – birokrat , dan pejabat – pemberi pelayanan. Dalam konteks pemerintahan daerah di Indonesia, keagenan dapat dibagi dalam 5 kategori, yaitu: 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD – Kepala Daerah KDH, 2 KDH – Rakyat, 3 DPRD – Rakyat, 4 KDH – Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD, 5 Kepala SKPD – Staf SKPD www.syukriy.wordpress.com. Dalam pembahasan anggaran, eksekutif dan legislatif membuat kesepakatan – kesepakatan yang dicapai melalui bargaining sebelum anggaran ditetapkan sebagai suatu produk hukum peraturan daerah atau Universitas Sumatera Utara perda Asmara, 2010:157. Hubungan keagenan ini dapat diminimalisir melalui mekanisme transparansi dan akuntabilitas, pengendalian, dan pemeriksaan pengelolaan keuangan daerah.

3.1.2. Proses Penyusunan APBD di Indonesia