Proses Penyusunan APBD di Indonesia

perda Asmara, 2010:157. Hubungan keagenan ini dapat diminimalisir melalui mekanisme transparansi dan akuntabilitas, pengendalian, dan pemeriksaan pengelolaan keuangan daerah.

3.1.2. Proses Penyusunan APBD di Indonesia

Penyusunan APBD didasarkan prinsip sebagai berikut: 1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah; 2. Tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang – undangan; 3. Transparan, sehingga memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas – luasnya tentang APBD; 4. Melibatkan partisipasi masyarakat; 5. Memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; 6. Substansi APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah pada penjelasan bagian umum disebutkan bahwa penyusunan APBD diawali dengan penyampaian kebijakan umum APBD sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah daerah bersama dengan DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementar a untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS, kepala daerah harus menyampaikan rancangan KUA Universitas Sumatera Utara dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPAS tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakati bersama antara kepala daerah dengan DPRD pada waktu yang bersamaan, sehingga keterpaduan substansi KUA dan PPAS dalam proses penyusunan R-APBD akan lebih efektif. Perubahan paradigma baru dalam pengelolaan dan penganggaran daerah merupakan hal yang tak dapat dipisahkan sebagai akibat penerapan otonomi di Indonesia. Penganggaran kinerja performance budgeting merupakan konsep dalam penganggaran yang menjelaskan keterkaitan antara pengalokasian sumberdaya dengan pencapaian hasil yang dapat diukur. Berdasarkan KUA-PPAS yang telah disepakati oleh Pemerintah Daerah dan DPRD maka kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD RKA-SKPD untuk selanjutnya disampaikan ke DPRD untuk dibahas pada pembicaraan R-APBD. Hasil pembahasan kemudian disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai dasar penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Ranperda tentang APBD. Pengajuan Ranperda APBD tersebut disertai dengan penjelasan dan dokumen – dokumen pendukung kepada DPRD.

3.1.3. Belanja