dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, dimana dapat diasumsikan bahwa indikator
perkembangan wilayah dapat ditinjau dari perkembangan aspak ekonomi, sosial dan infrastruktur.
Kriteria yang dipilih untuk menyatakan tingkat perkembangan suatu daerah adalah tingkat kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan
kehidupannya, baik berupa kebutuhan hidup maupun kebutuhan untuk melakukan kegiatan usaha. Pemakaian kriteria pendapatan daerah perkapita sangat sulit untuk
mencari keterkaitannya dengan mekanisme pengembangan wilayah, karena belum dapat memberikan gambaran yang memadai tentang kebutuhan sebenarnya dari
masyarakat, dimana pendapatan tinggi belum berarti merupakan suatu jaminan bagi masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya.
Menurut Hill dan Williams dalam Huzain, 2008, untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang perkembangan wilayah, diperlukan variabel yang
cukup banyak macamnya yang berfungsi untuk menilai suatu daerah. Berkaitan dengan analisis variabel-variabel ekonomi perlu ditambahkan indikator-indikator
yang mengacu pada Kebutuhan Fisik Minimum Minimum Physical Needs, yang terdiri dari tiga area kunci indikator-indikator sosial yang mempengaruhi nilai
perkembangan suatu daerah yaitu kesehatan, kemiskinan dan pendidikan.
2.6.1. Aspek Ekonomi
Perkembangan wilayah merupakan integral dari pertumbuhan ekonomi yang secara kontinu merupakan suatu faktor utama yang mempengarui perkembangan
Universitas Sumatera Utara
suatu wilayah. Perkembangan ekonomi yang dapat diukur dan obyektif, adanya perluasan tenaga kerja, modal, serta volume perdagangan dan konsumsi,
perkembangan ekonomi dapat dipergunakan untuk menggambarkan faktor-faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan dalam teknik
produksi, sikap masyarakat dan lembaga lembaga Jhingan, 2010. Kutnets dalam Jhingan, 2010 menunjukkan enam cirri pertumbuhan ekonomi modern yang muncul
dalam analisis yang didasari pada produk nasional dan komponennya, penduduk, tenaga kerja dan sebagainya:
a. Laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita; laju kenaikan perkapita yang
tinggi diiringi dengan laju pertumbuhan penduduk. b.
Peningkatan produktivitas; pertumbuhan yang ditandai dengan semakin meningkatnya laju produk perkapita sebagai akibat adanya perbaikan kualitas.
c. Laju perubahan struktural yang tinggi; ditandai dengan peralihan dari kegiatan
pertanian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unitunit produktif, dan peralihan dari perusahaan perorangan menjadi perusahaan
berbadan hukum, serta perubahan status kerja buruh. d.
Urbanisasi: pertumbuhan yang ditandai dengan semakin banyaknya penduduk di negara maju yang pindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.
e. Ekspansi negara maju; pertumbuhan ini ditandai dengan revolusi teknologi di
bidang transportasi dan komunikasi. f.
Arus barang, modal, dan orang antarbangsa; pertumbuhan yang ditandai dengan peningkatan migran akibat mudahnya angkutan antarbenua.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas perekonomian masyarakat pada sektor riil akan meningkatkan pendapatan keluarga, terutama ekonomi basis Ricardson dalam Tarigan, 2005. Hal
ini merupakan aktivitas ekonomi yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu wilayah
2.6.2. Aspek Sosial, Penduduk
Potensi pertumbuhan penduduk yang tinggi, yang umumnya terjadi di negara yang sedang berkembang akan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Hal ini akan
semakin memperberat persoalan kelangkaan modal karena untuk menampung pertumbuhan tenaga kerja yang terjadi pada setiap tahunnya maka perlu dilakukan
investasi secara besar-besaran Jhingan, 2010. Laju pertambahan penduduk yang beragam, dimana pertambahan penduduk yang cepat diiringi dengan tingkat
pendapatan yang rendah dan nihilnya tingkat pemupukan modal merupakan kesulitan bagi negara berkembang. Output yang meningkat karena teknologi akan tertekan oleh
pertambahan tersebut, akibatnya tidak ada perbaikan taraf hidup. Pengangguran di kota membengkak seiring dengan urbanisasi dan
meningkatnya pendidikan dan sektor industri yang tidak berkembang seiring dengan pertumbuhan tenaga kerja. Navarrete dalam Jhingan, 2010 mengatakan:
penggangguran dapat dilukiskan sebagai suatu keadaan, dimana pengalihan sejumlah tertentu faktor tenaga kerja ke bidang lain tidak akan mengurangi output keseluruhan
sektor asal. Hal ini sama dengan mengatakan bahwa produktivitas marjinal unit-unit faktor tenaga kerja tempat asal mereka kerja adalah nol atau menduduki nol atau
bahkan negatif. Ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan berpenduduk padat
Universitas Sumatera Utara
pengangguran tersembunyi diperkirakan 25-30 persen dari tenaga kerja di dalam pertanian.
Dalam menentukan betapa penting arti pendidikan di masa pembangunan ekonomi, suatu negara tidak dapat mengaku dirinya maju, tanpa menyelenggarakan
pendidikan di bidang peradaban industri Cairncross dalam Jhingan, 2010. Petani harus di bawah menuju perekonomian moneter dan tidak dibiarkan saja bergerak pada
usaha tani pangan. Para pekerja harus dibiasakan bekerja pada jam kerja yang ditentukan di pabrik-pabrik untuk mendapat bayaran. Kota-kota harus tumbuh, begitu
juga bank dan usaha bisnis. Hasil ilmu pengetahuan harus diterapkan di seluruh perekonomian, dimana harus muncul kelompok pemuda bisnis, administrasi dan
politik, sebagai nyawa kehidupan bangsa yang dapat menjadi tumpuan dalam mempertahankan momentum pembangunan.
Faktor manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi yang menekankan pada efisiensi. Para ahli ilmu ekonomi modern menyebutkan
pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara yang bersangkutan. Dalam mengetahui
perkembangan suatu wilayah dari aspek sosial, kemiskinan poverty merupakan indikator yang digunakan dalam menilai perkembangan suatu wilayah.
a. Pendidikan