commit to user 27
6 Jenis makanan Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari air PAM
Perusahaan Air Minum. b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan: kondisi psikologis, reaksi
hipersensitivitas, dan keadaan awal ginjal tikus putih. 1 Kondisi psikologis tikus putih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, dan pemberian perlakuan yang berulang kali dapat mempengaruhi kondisi psikologis tikus
putih. 2 Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi
kepekaan tikus putih terhadap zat yang digunakan. 3 Keadaan awal ginjal tikus putih tidak diperiksa pada penelitian ini
sehingga mungkin saja ada tikus putih yang sebelum perlakuan ginjalnya sudah mengalami kelainan.
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Kandang tikus putih 28 buah masing-masing untuk 1 tikus putih. b. Timbangan hewan.
c. Timbangan obat. d. Alat bedah hewan percobaan scalpel, pinset, gunting, jarum, meja
lilin.
commit to user 28
e. Spuit pencekok. f. Alat untuk pembuatan preparat histologi.
g. Mikroskop cahaya medan terang. h. Gelas ukur dan pengaduk.
i. Kamera. j. Blender.
2. Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Parasetamol. b. Makanan hewan percobaan pelet.
c. Aquades. d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE
Hematoksilin Eosin. e. Buah semangka merah Citrullus vulgaris dengan biji.
I. Cara Kerja
1. Dosis jus buah semangka. Dosis yang dicobakan diberikan dengan 2 interval yaitu 100,
200, maka dosis yang digunakan dengan perincian sebagai berikut : a. Untuk dosis I 100, diperoleh sebagai berikut :
Dosis likopen yang disarankan untuk dikonsumsi manusia adalah 6 mg per hari Giovannucci et al., 1995. Menurut Arab dan Steck
2000, setiap 100 gr buah semangka mengandung 4 mg likopen, maka
commit to user 29
dosis buah semangka yang dikonsumsi adalah 150 gr per hari. Dosis tersebut dikonversikan pada tikus putih dengan faktor konversi 0,018,
maka dosis buah semangka yang diberikan : = Berat semangka merah x faktor konversi
= 150 gr70 kg BB manusia x 0,018 = 2,7 gr200 gr BB tikus putih
= 13,5 grkg BB tikus putih Mengingat kapasitas lambung tikus putih maksimal 5 ml, maka
peneliti memberikan dosis 2,7 grhari tersebut dalam 2 mlhari Ngatidjan, 1991. Untuk memperoleh buah semangka dosis 2,7 gr200
gr BB tikus putih dalam 2 ml larutan, maka dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquades hingga didapatkan larutan sebanyak 100
ml, sehingga semangka yang dibutuhkan sebanyak:
x gr 2,7 gr
x = 135 gr 100 ml
2 ml b. Dosis II adalah 200 dari dosis I, yaitu 5,4 gr200 gr BB tikus putih 4
ml Jadi jus buah semangka yang diberikan secara oral pada 1 ekor tikus
putih 200 gram = 2 ml, dan 4 ml yang diberikan selama 14 hari berturut- turut.
Di luar jadwal perlakuan, tikus putih diberi makan pelet dan minum air PAM ad libitum.
=
commit to user 30
2. Dosis dan pengenceran Parasetamol. Dosis Parasetamol yang diketahui dapat menyebabkan kematian
pada 50 tikus dari satu kelompok tikus percobaan LD50 adalah 1944 mgkg BB Alberta, 2006.
Pada penelitian ini dipakai ¾ dosis di atas, yaitu 1944 mgkg BB x 0,75 = 1458 mgkg BB = 291,6 mg200 gr BB tikus putih, kemudian
dihitung pelarut air seperti berikut:
Parasetamol 500 mg dilarutkan dalam aquades hingga 1,71 ml, sehingga dalam 1 ml larutan parasetamol mengandung 291,6 mg
parasetamol. Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari
ke-12, 13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan berupa nekrosis pada sel epitel tubulus
proksimal di daerah pars konvulata korteks ginjal tanpa menimbulkan kematian pada tikus putih.
500 = 291,6 x = 1,71 ml
x 1
commit to user 31
3. Persiapan Tikus Putih. Tikus putih diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium
Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sesudah adaptasi, keesokan harinya dilakukan penimbangan untuk
menentukan dosis dan dilakukan perlakuan. 4. Pengelompokan Subjek.
Pada minggu
kedua mulai
dilakukan percobaan.
Subjek dikelompokkan menjadi empat kelompok secara random, dan masing-
masing kelompok terdiri dari 7 tikus putih. Adapun pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:
a. K : Kelompok kontrol diberi aquadest peroral sebanyak 2 ml200 gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan 1
ml200 gr BB tikus putih pada hari ke-12, 13, dan 14. b. P1 : Kelompok perlakuan 1 diberi aquades peroral sebanyak 2
ml200 gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut- turut dan pada hari ke 12, 13 dan 14 juga diberi parasetamol
dosis 291,6 mg200 gr BB tikus putih peroral perhari. c. P2 : Kelompok perlakuan 2 diberi jus buah semangka merah peroral
dosis I yaitu 2,7 gr semangka200 gr BB tikus putih selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga
parasetamol dosis 291,6 mg200 gr BB tikus putih setelah 1 jam pemberian jus buah semangka merah.
commit to user 32
d. P3 : Kelompok perlakuan 3 diberi jus buah semangka merah dosis II peroral yaitu 5,4 gr semangka200 gr BB tikus putih selama 14
hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 291,6 mg200 gr BB tikus putih setelah 1 jam
pemberian jus buah semangka merah. Setiap sebelum pemberian parasetamol dan jus buah semangka
merah, tikus putih dipuasakan dahulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian parasetamol dilakukan ± 1 jam setelah pemberian jus
buah semangka merah agar terabsorbsi terlebih dahulu.
commit to user 33
28 ekor tikus putih
1 ml parasetamol dosis 291,6 mg200 gr BB pada hari ke-12, 13, dan 14
Perlakuan sampai hari ke-14. Pembuatan preparat ginjal hari ke-15.
5. Pemberian Perlakuan.
Gambar 3. Skema Langkah-Langkah Penelitian.
Kelompok kontrol
Kelompok perlakuan 1
Kelompok perlakuan 2
Kelompok perlakuan 3
Dipuasakan selama + 5 jam Aquades 2 ml
2 ml jus buah semangka merah
dosis 2,7 gr semangka200 gr
BB tikus putih 4 ml jus buah
semangka merah Dosis 5,4 gr
semangka200 gr BB tikus putih
Setelah + 1 jam Aquades 1 ml
commit to user 34
6. Pengukuran Hasil. Pada hari ke-15 setelah perlakuan diberikan, semua hewan
percobaan dikorbankan dengan cara neck dislocation. Hal ini dilakukan pada hari ke-15 agar efek dari perlakuan masih tampak nyata. Setiap tikus
putih diambil ginjal kanan dan kiri untuk keseragaman, kemudian dibuat masing- masing 2 irisan secara frontal pada daerah pertengahan ginjal
untuk keseragaman dengan ketebalan tiap irisan ginjal + 5–7 µm. Jarak antara irisan yang satu dengan yang lain kira-kira 25 irisan. Preparat ginjal
dibuat dengan metode blok parafin dengan pengecatan Hematoksilin Eosin HE. Masing-masing ginjal diambil salah satu preparat dari 2 irisan
tersebut secara acak untuk dilakukan pengamatan. Pengamatan preparat jaringan ginjal mula-mula dilakukan dengan
perbesaran 100 kali untuk mengamati seluruh bagian irisan, kemudian ditentukan tubulus proksimal yang terletak pada pars konvulata korteks
ginjal. Pengamatan dilanjutkan dengan perbesaran 400 kali untuk mengamati inti sel epitel tubulus proksimal ginjal. Pengamatan dilakukan
dengan perbesaran 1000 kali untuk melihat inti sel yang pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis dari tiap 100 dengan lebih jelas.
Pengamatan dilakukan pada tubulus proksimal ginjal karena pada tubulus proksimal terjadi absorpsi dan sekresi aktif serta kadar sitokrom
P
450
lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan sehingga lebih mudah untuk mengalami kerusakan.
commit to user 35
Untuk mengetahui sel-sel epitel tubulus proksimal yang mengalami kerusakan maka dari tiap irisan ditentukan 1 daerah di pars konvulata
korteks ginjal kemudian pada tiap daerah tersebut dihitung jumlah sel epitel tubulus proksimal yang mengalami kerusakan dari tiap 50 sel epitel
tubulus proksimal yang ada di daerah tersebut 50 sel pada irisan ginjal kanan dan 50 sel pada irisan ginjal kiri. Sel dengan inti pyknosis,
karyorrhexis, dan karyolysis masing- masing diberi skor 1. Jika pada suatu daerah di pars konvulata korteks ginjal terdapat 20 sel epitel tubulus
proksimal dengan inti pyknosis, 10 sel dengan inti karyorrhexis, dan 5 sel dengan inti karyolysis, maka skor kerusakan histologis pada daerah
tersebut adalah 20 + 10 + 5 = 35. Setiap kelompok tikus putih mempunyai jumlah total 7 poin kerusakan histologis jumlah tikus putih tiap kelompok
7 ekor dan merupakan penjumlahan hasil hitung poin kerusakan ginjal kiri serta ginjal kanan. Nilai skor kerusakan histologis ini kemudian dianalisis
secara statistik.
J. Teknik Analisis Data Statistik