ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2007 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2007-2009
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi
Oleh : FITRIYANA
F3308057
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
commit to user
(3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(4)
commit to user
iv MOTTO
Ø Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas.
Ø Jika lebih baik itu memungkinkan, maka baik saja tidak cukup.
Ø Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir, tetapi
dari proses perjuangannya. (Andre Wongso)
Ø Harga sebuah kebesaran adalah tanggung jawab. (Albert Einstein)
(5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Allhamdulillaahirobbil’aalamiin Kupersembahkan Karya Sederhana ini untuk:
· Ayah dan Ibuku tercinta yang telah memberikan segalanya.
· Kakak-kakakku yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
· Arief Lukman Wijaya yang selalu memberikan semangat dan motivasi. · Almamaterku.
(6)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2007-2009. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Akuntansi Keuangan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri penulis. Untuk itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Terlepas dari kekurangan yang ada, penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dukungan dan bantuan yang bersifat materi maupun non materi dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
3. Bapak Drs. Santoso Tri H, M. Si., Ak selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Agus budiatmanto, M. Si., Ak selaku Ketua Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak M. Syafiqurrahman, SE., MM., Ak selaku pembimbing magang dan pembimbing Tugas Akhir di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 6. Bapak maupun Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu praktik dan teori
selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Seluruh tenaga administrasi (kepala bagian tata usaha, bagian pendidikan, bagian kemahasiswaan, bagian keuangan dan kepegawaian serta bagian umum dan perlengkapan) Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 8. Bapak Kinkin Sultanul Hakim, SH., MM selaku Kepala Bagian Penagihan
yang telah membimbing serta memberikan ilmu di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta.
9. Bapak Taufik Suryadharmawan, SE., MM selaku Seksi Penagihan dan Keberatan serta Ibu Dra. Endang Murdiastuti selaku Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain-lain yang telah memberikan pengarahan dan pengawasan selama magang kerja yang berlangsung di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta.
10. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah memberikan kasih sayang serta doa yang selalu mengiringi langkahku hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
(8)
commit to user
viii
12. My lovely Arief Lukman Wijaya yang selalu memberikan motivasi, bantuan serta dukungan untuk penulis.
13. Sahabat-sahabatku Eva, Intan, Nita, Indah, Nena, Farah, Galuh, Bena, Sinta, Sarah yang telah menjadi sahabat yang baik untuk penulis.
14. Seluruh staf di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan dan menyusun tugas akhir ini, akan tetapi karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi akademi, perusahaan serta para pembaca yang budiman.
Surakarta, Juli 2011
(9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset 2. Kota Surakarta ... 1
3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan 4. Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta ... 4
(10)
commit to user
x
5. Struktur Organisasi ... 7
6. Deskripsi Jabatan ... 9
7. Tata Kerja Dimas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset ... 8. Kota Surakarta ... 12
9. Visi dan Misi ... 13
B. Latar Belakang ... 14
C. Rumusan Masalah ... 17
D. Tujuan Penelitian ... 17
E. Manfaat Penelitian ... 18
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kinerja a. Pengertian Kinerja ... 19
b. Manfaat Pengukuran Kinerja ... 20
c. Tujuan Pengukuran Kinerja ... 21
2. Laporan Kinerja Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan ... 23
b. Tujuan Laporan Keuangan ... 24
c. Manfaat Laporan Keuangan ... 26
3. Analisis Laporan Keuangan a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 27
(11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Pendapatan Daerah ... 32
2. Belanja Daerah ... 36
3. Pembiayaan ... 37
4. Analisis Rasio ... a. Rasio Likuiditas ... 39
b. Rasio Kemandirian ... 42
c. Rasio Solvabilitas ... 44
d. Rasio Leverage ... 45
5. Pencapaian Kinerja Pemerintah Kota Surakarta Berdasarkan Amanat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ... ` 46
BAB III TEMUAN A. Kelebihan ... 50
B. Kelemahan ... 51
BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 52
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II. 1 Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta ... 33
II. 2 Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta ... 34
II. 3 Belanja Daerah Pemerintah Kota Surakarta ... . 36
II. 4 Analisis Hubungan Laporan Kinerja Kota Surakarta ... ... 38
II. 5 Rasio Likuiditas ... 40
II. 6 Rasio Kemandirian ... 43
II. 7 Rasio Solvabilitas ... 44
(13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar I. 1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Penulisan Tugas Akhir
2. Surat Keterangan Magang dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
3. Laporan Keuangan Neraca Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2007-2009 4. Laporan Keuangan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah Pemerintah
Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
5. Ringkasan Perubahan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
(15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ABSTRAK
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2007-2009
FITRIYANA F3308057
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat perkembangan kinerja Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009. Disamping itu, untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan publik. Serta menunjukkan akuntabilitas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku pengelola keuangan daerah.
Langkah penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara teori dengan analisis kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009 yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan laporan keuangan yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta khususnya laporan kinerja yang disusun oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
Hasil dari penelitian ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta telah melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Surakarta, seperti: terealisasinya target Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun sebelumnya, belanja daerah tidak melebihi 100% dari anggaran yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun yang bersangkutan, pembiayaan sudah sesuai dengan kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Surakarta, meskipun ada kebijakan yang belum terealisasi dengan baik. Sehingga Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta harus mampu memperbaiki kinerjanya di masa yang akan datang guna mewujudkan transparansi dan akuntabilitas selaku pengelola keuangan Kota Surakarta.
(16)
commit to user ABSTRACT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2007-2009
FITRIYANA F3308057
The purpose of this research is to know development level the government performance of city of Surakarta fiscal year 2007-2009. In addition, to find out the policies made by the government of city of Surakarta to optimize it’s performance in delivering public services and demonstrate financial accountability Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta as financial management country.
Step of this research is conducted by comparing the theory and analysis of the financial performance the government of city of Surakarta fiscal year 2007-2009 conducted by the researcher. Based on financial statement that publicly-owned of city of Surakarta particular performance reports prepared by Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
The result of this study is Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta have implemented policies that made the government of city of Surakarta, such as: the realization of the target revenue of 10% from the previous year’s budget, expenditures do not exceed 100% of the budget has been set in revenues and expenditures that year, the financing is in realized properly. So Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta should be able to improve it’s performance in the future in order to bring transparency and accountability as the financial manager of city of Surakarta.
(17)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
1. Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah pemerintahan otonom. Sesudah Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945, di daerah Surakarta sampai tahun 1946 sedang diliputi suasana yang hangat akibat adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra daerah istimewa. Kemudian dengan penetapan pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/ S-D Daerah Kerasidenan dan dibentuk Daerah Baru dengan nama Kota Surakarta.
Peraturan itu kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Haminte Kota Surakarta waktu itu terdiri atas 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Kabupaten Karanganyar belum diserahkan. Pelaksanaan penyerahan 9 kelurahan dari Kabupaten Karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis Pemerintah Surakarta terdiri atas jawatan-jawatan. Jawatan yang dimaksud adalah Jawatan Sekretariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan Perusahaan, Pamong Praja dan Jawatan Perekonomian. Jawatan Keuangan ini
(18)
commit to user
merupakan lembaga yang mengurusi penerimaan pendapatan daerah yang antara lain adalah Pajak Daerah.
Berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintahan, maka Jawatan Sekretariat Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum. Dinas Pemerintahan Umum ini terdiri atas Urusan-urusan, dan setiap urusan ada bagian Urusan-urusan pada Dinas Pemerintahan Umum pada saat itu terdiri atas:
a. Urusan Sekretariat Umum
b. Urusan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah c. Urusan Kepegawaian
d. Urusan Pusat Perbendaharaan (dahulu masuk Jawatan Keuangan) e. Urusan Pusat Perbukuan (dahulu masuk Jawatan Keuangan) f. Urusan Pusat Pembelian dan Perbekalan
g. Urusan Pajak (dahulu masuk Jawatan Keuangan) h. Urusan Perumahan
i. Urusan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil (dahulu masuk Jawatan Pamong Praja)
j. Bagian Penyelesaian Golongan Kecil (dahulu masuk Jawatan Pamong Praja)
k. Urusan Perundang-undangan
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta tanggal 23 Pebruari Tahun 1970 Nomor 259/ X. 10/ kp.70 tentang Struktur
(19)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Organisasi Pemerintahan Kotamadya Surakarta. Urusan-urusan dari dinas-dinas di Kota Surakarta termasuk Dinas Pemerintahan Umum, diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum, diganti menjadi Bagian, dan Bagian membawahi Urusan-urusan, sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum Urusan Pajak diganti Bagian Pajak. Pada Tahun 1972 Bagian Pajak itu dihapus berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 163/ Kep. / Kdh. IV/ Kp. 72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum tanggal 30 Juni 1972 karena bertalian dengan pembentukan Dinas Baru. Dinas Baru adalah Dinas Pendapatan Daerah yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta tanggal 30 Juni 1972, Nomor 162/ Kdh. IV/ Kp. 72. Dinas Pendapatan Daerah kemudian sering disingkat Dipenda sesuai singkatan yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Jawa Tengah. Menurut Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta Nomor 162/ Kdh. IV/ Kp. 72 tersebut, Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota Daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, menetapkan Kotamadya Surakarta diganti menjadi Kota Surakarta yang dipimpin oleh seorang Walikota. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka lahirlah Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata
(20)
commit to user
Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 24 Tahun 2001 tentang Pedoman Uraian Tugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 6), Dinas Pendapatan Daerah berubah nama menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Pendapatan Daerah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta mempunyai tugas pokok seperti tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1990 pasal 3, yaitu melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang Pendapatan Daerah dan tugas-tugas lainnya yang diserahkan oleh Walikota Surakarta kepadanya.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta mempunyai fungsi sebagaimana terdapat dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1990 pasal 4, yaitu:
(21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
a. Melakukan perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan, koordinasi teknis dan tugas-tugas lain yang diserahkan oleh Walikota Surakarta kepadanya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Melakukan urusan tata usaha.
c. Melakukan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak Daerah dan Wajib Retribusi Daerah.
d. Membantu melakukan pekerjaan pendataan obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pajak/ Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan dalam hal menyampaikan dan menerima kembali Surat Pemberitahuan Obyek Pajak Wajib Pajak.
e. Melakukan penetapan besarnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. f. Membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak dan sarana administrasi Pajak Bumi dan Bangunan lainnya, yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak kepada Wajib Pajak kepada petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan yang ada dibawah pengawasannya.
g. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pemungutan dan penyetoran Pajak Daerah serta Pendapatan Daerah lainnya.
h. Melakukan koordinasi dan pengawasan atas pekerjaan penagihan Pajak Retribusi Daerah dan Penerimaan Asli Daerah lainnya, serta
(22)
commit to user
penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilimpahkan oleh Menteri Keuangan kepada daerah.
i. Melakukan tugas perencanaan dan pengendalian operasional di bidang pendataan, penetapan dan penagihan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Penerimaan Asli Daerah dan Pajak Bumi dan Bangunan.
j. Melakukan penyuluhan mengenai Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat diperlukan sesuai dengan bagian masing-masing. Adapun struktur organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dapat dilihat pada gambar berikut:
(23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(24)
commit to user
Adapun tujuan disusunnya struktur organisasi tersebut adalah untuk: a. Mempermudah pelaksanaan tugas dan pekerjaan.
b. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan. c. Mengkoordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
d. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan, sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Kepala Dinas
b. Bagian Tata Usaha, terdiri atas: 1) Sub Bagian Umum
2) Sub Bagian Kepegawaian 3) Sub Bagian Keuangan
c. Sub Dinas Bina Program, terdiri atas: 1) Seksi Perencanaan
2) Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan
d. Sub Dinas Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, terdiri atas: 1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data e. Sub Dinas Penetapan, terdiri atas:
1) Seksi Perhitungan
(25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Seksi Angsuran
f. Sub Dinas Pembukuan, terdiri atas: 1) Seksi Pembukuan Penerimaan 2) Seksi Pembukuan Persediaan g. Sub Dinas Penagihan, terdiri atas:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain h. Cabang Dinas, terdiri atas:
1) Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I meliputi Kecamatan Banjarsari
2) Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II meliputi Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon
3) Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat III meliputi Kecamatan Laweyan dan Serengan
i. Kelompok Jabatan Fungsional/ Unit Pelaksana Teknis Dinas
4. Deskripsi Jabatan
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan daerah.
(26)
commit to user b. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan Dinas Pendapatan Daerah.
c. Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak Daerah dan Wajib Retribusi Daerah serta pendataan Obyek Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan membantu melakukan pendataan obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak.
d. Seksi Penetapan
Seksi Penetapan mempunyai tugas melakukan penghitungan dan penetapan jumlah pajak dan retribusi daerah yang tertuang serta menghitung besarnya angsuran atas permohonan Wajib Pajak dan Retribusi Daerah, serta mengusahakan jumlah ketetapan yang penagihannya dilimpahkan kepada daerah berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan.
e. Seksi Pembukuan dan Pelaporan
Seksi Pembukuan dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan pelaporan mengenai realisasi penerimaan dan tunggakan Pajak dan Retribusi Daerah dan Pajak Bumi dan Bangunan serta pengelolaan benda berharga.
(27)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
f. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melaksanakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah melampaui batas jatuh tempo, melayani keberatan dan permohonan banding serta mengumpulkan dan mengelola data sumber-sumber penerimaan daerah lainnya diluar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
g. Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasional
Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasional mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, pembinaan teknis pemungutan, penggalian dan peningkatan pendapatan daerah.
h. Unit Penyuluhan
Unit Penyuluhan mempunyai tugas menyusun bahan penyuluhan dan melaksanakan tugas penyuluhan, informasi dan penerangan perpajakan dan retribusi daerah, pendapatan daerah lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
i. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas berkedudukan sebagai unsur pelaksana koordinasi kegiatan dinas di bidang pengelolaan terminal dan pemungutan retribusi daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
(28)
commit to user
5. Tata kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kota Surakarta
Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta mendapat pembinaan tekis fungsional dari Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi, baik di lingkungan Dinas Pendapatan Daerah maupun instansi-instansi lain di luar Dinas Pendapatan Daerah sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala Sub Bagian Tata Usaha, para Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, para Kepala Seksi dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung jawab memberikan bimbingan/ pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya menurut hierarki jabatan masing-masing. Kepala Dinas Bagian Tata Usaha, para Kepala Seksi, kepala Unit Penyuluhan dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Para Kepala Urusan Sub Seksi pada Dinas Pendapatan Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha/ Kepala Seksi yang membidanginya.
(29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi di lingkungan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Jawa Tengah atas usul Walikota Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Sub Seksi dan Kepala Unit Penyuluhan di lingkungan Dinas Pendapatan Kota Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Walikota Surakarta.
6. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta memiliki visi dan misi yang mendukung kegiatan operasional instansi, seperti berikut ini:
a. Visi
Mewujudkan peningkatan pendapatan daerah, pengelolaan keuangan dan aset daerah yang optimal, efisien, transparan serta accountable, menuju kemandirian keuangan daerah untuk mendukung pembangunan daerah.
b. Misi
1) Meningkatkan dan mengintensifkan pendapatan daerah secara optimal.
2) Meningkatkan kelancaran dan ketertiban pengelolaan keuangan dan aset daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(30)
commit to user
4) Mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien serta accountable dengan memperhatikan azas kepatuhan dan keadilan.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang mana timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah dituntut untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah, yaitu mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di lingkungan pemerintahan. Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu harus mengandung nilai-nilai kewajaran anggaran atas beban kerja dan biaya terhadap setiap kegiatan, dan hal ini dapat dilakukan melalui adanya Standar Analisa Belanja.
Selain kedua Undang-Undang di atas, terdapat peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah yang telah terbit lebih dahulu, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
(31)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
keuangan negara yang menyebutkan bahwa pada rancangan peraturan daerah tentang laporan keuangan pemerintah daerah disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh pengguna anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Tolok ukur kinerja merupakan ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja yang ditetapkan dalam bentuk pelayanan oleh masing-masing daerah.
Kinerja adalah keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur (Tim Penyusunan Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007: iv).
Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah membentuk organisasi dan tata kerja perangkat daerah yaitu Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008. Pembentukan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta ini guna membantu pemerintah daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku organisasi dinas daerah atau instansi Pemerintah Kota Surakarta mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.
Tugas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta tersebut tidaklah mudah, karena penyusunan Anggaran
(32)
commit to user
Pendapatan dan Belanja Daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. Penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan pendekatan kinerja mencakup dua hal, yaitu:
1. Penyusunan rancangan anggaran setiap Unit Organisasi Perangkat Daerah.
2. Penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pemerintah daerah oleh Tim Anggaran Eksekutif.
Semua kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah harus dilaksanakan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. Oleh karena itu, kinerja Pemerintah Kota Surakarta dalam suatu periode sangat dipengaruhi oleh kemampuan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dalam melaksanakan tugasnya. Jadi, kinerja Pemerintah Kota Surakarta tergantung pada program-program dan kebijakan yang disusun dan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku pengelola keuangan daerah.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta masih menemukan banyak kendala seperti kebijakan yang belum terealisasi dengan baik, kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak yang dapat mempengaruhi kinerja Pemerintah Kota Surakarta. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
(33)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009”.
C. Rumusan Masalah
Penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini membatasi masalah pada: 1. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun
anggaran 2007-2009?
2. Bagaimana Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta mengoptimalkan kinerja Pemerintah Kota Surakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat perkembangan kinerja Pemerintah Kota Surakarta pada tahun anggaran 2007-2009.
2. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengoptimalkan kinerjanya.
E. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan pertimbangan dalam hal analisis kinerja keuangan pemerintah daerah.
(34)
commit to user 2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan serta informasi dan menerapkan ilmu pengetahuan akademik dibidang analisis laporan keuangan yang telah diperoleh dibangku kuliah ke dalam dunia sesungguhnya yang penuh persaingan, khususnya dalam bidang analisis kinerja keuangan pemerintah daerah.
3. Bagi Pihak Lain
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.
(35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19 BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kinerja
a. Pengertian kinerja
Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja adalah sesuatu yang telah dicapai/ dapat juga diartikan sebagai hasil yang dapat diperlihatkan. Menurut Helfert (1996) kinerja perusahaan adalah hasil yang telah dicapai/ yang dapat diperlihatkan oleh perusahaan selama melaksanakan kegiatan produksinya. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara, yaitu: 1) Analisis laporan keuangan, yaitu cara penilaian kinerja untuk
mengetahui posisi keuangan dan kemajuan hasil operasi perusahaan.
2) Analisis anggaran, yaitu cara penilaian kinerja untuk mengetahui keefektifan anggaran yang ada untuk kegiatan operasi perusahaan.
3) Analisis kebijakan akuntansi, yaitu cara penilaian kinerja untuk mengetahui pengaruh kebijakan akuntansi perusahaan terhadap
(36)
commit to user
keuntungan yang diperoleh dan terhadap perkembangan perusahaan apabila ditetapkan dalam kegiatan operasi perusahaan.
4) Analisis risiko, yaitu cara penilaian kinerja dengan menganalisis faktor-faktor dasar yang menentukan risiko-risiko yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya.
b. Manfaat pengukuran kinerja
Ada beberapa manfaat pengukuran kinerja seperti yang diungkapkan Mardiasmo (2002: 122), yaitu:
1) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.
2) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
3) Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
4) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
5) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.
(37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6) Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. 8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
objektif.
Menurut Mardiasmo (2002: 121) sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non-finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system.
c. Tujuan pengukuran kinerja
Menurut Mardiasmo (2002: 122) secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:
1) Untuk mengkomunikasikan strategi secara secara lebih baik (top down dan bottom up).
2) Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi.
3) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.
(38)
commit to user
4) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
Ada beberapa aspek kinerja yang dapat diukur dalam pengukuran kinerja menurut Bastian (2006: 276-277), yaitu:
1) Aspek finansial 2) Kepuasan pelanggan 3) Operasi dan bisnis internal 4) Kepuasan pegawai
5) Kepuasan komunitas 6) Waktu
Ada beberapa aspek pengukuran kinerja organisasi sektor publik menurut Mahsun (2006: 31), antara lain:
1) Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
2) Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat ukuran pelaksanaan kegiatan tersebut.
3) Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari sesuatu kegiatan yang dapat berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible).
(39)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4) Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah yang mempunyai efek langsung.
5) Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
6) Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.
Menurut Mardiasmo (2002, 130-131) indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi). 2) Indikator kualitas pelayanan (efektivitas).
2. Laporan Kinerja Keuangan
a. Pengertian laporan keuangan
Menurut Mardiasmo (2002: 159) laporan keuangan organisasi sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik. Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. Menurut Munawir (2003: 31) laporan keuangan merupakan alat
(40)
commit to user
dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan.
Menurut Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik (2007: 20) keuangan daerah dikelola dengan berdasarkan azas umum, tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat.
Menurut Mardiasmo (2002: 160) organisasi sektor publik dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan formal, seperti Laporan Surplus/ Defisit, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Rugi/ Laba, Laporan Aliran Kas, Neraca, serta Laporan Kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan non-finansial.
Laporan kinerja keuangan atau disebut juga laporan pendapatan dan biaya, laporan rugi, laporan operasi, laporan surplus-defisit, atau laporan profit dan kas adalah laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan biaya selama satu tahun periode (Bastian, 2006: 248).
b. Tujuan laporan keuangan
Menurut Mardiasmo (2002: 163-164) secara rinci tujuan akuntansi dan laporan keuangan organisasi pemerintahan adalah:
(41)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah.
2) Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
3) Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuainnya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan. 4) Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran,
serta untuk memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap pencapaian tujuan operasional.
5) Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional, seperti:
a) Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerja unit pemerintah lain.
b) Untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program, aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah.
(42)
commit to user
c) Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan target.
d) Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equality) dan keadilan (equity).
c. Manfaat laporan kinerja keuangan
Pelaporan kinerja keuangan memiliki beberapa fungsi seperti yang diungkapkan Bastian (2006: 306-308), yaitu:
1) Sebagai motivator untuk meningkatkan kinerja. 2) Sebagai alat akuntabilitas.
3) Sebagai alat untuk menentukan latihan terbaik.
Ada beberapa klasifikasi pemakai laporan keuangan sektor publik seperti yang diungkapkan Anthony dalam Mardiasmo (2002: 168) menjadi lima kelompok, yaitu:
1) Lembaga pemerintah (governing bodies). 2) Investor dan kreditor.
3) Pemberi sumber daya (resource providers). 4) Badan pengawas (oversight bodies).
(43)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Analisis Laporan Keuangan
a. Pengertian analisis laporan keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan upaya untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan pemerintah daerah, dengan menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan antar pos untuk mengetahui kondisi keuangan, sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007: 71).
Ada beberapa karakteristik dalam analisis laporan keuangan menurut Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik (2007: 69), antara lain:
1) Fokus pada laporan keuangan. 2) Memuat analisis hubungan. 3) Memuat implikasi dan prediksi. 4) Dipengaruhi oleh kemampuan analis.
Analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari ragam laporan yang ada seperti yang diungkapkan Bastian (2006: 250), yaitu: 1) Laporan kinerja keuangan (Neraca).
2) Likuiditas pemerintahan. 3) Komposisi investasi. 4) Kekayaan pemerintah. 5) Komposisi kewajiban.
(44)
commit to user 6) Revaluasi cadangan.
7) Komposisi hutang pensiun.
8) Laporan kinerja keuangan (surplus-defisit). 9) Efektivitas penarikan.
10)Tingkat pelanggaran peraturan keuangan. 11)Komposisi pendapatan.
12)Komposisi pengeluaran. 13)Beban bunga pinjaman.
14)Rugi surplus translasi mata uang. 15)Laporan arus kas.
16)Komposisi arus kas.
17)Tingkat penarikan pajak baik individu, organisasi maupun produk.
18)Komposisi pajak tidak langsung.
19)Komposisi likuiditas pendapatan lain-lain. 20)Komposisi pengeluaran kas.
21)Komposisi pengeluaran investasi. 22)Komposisi pencairan investasi.
23)Komposisi likuiditas pertukaran mata uang.
Dalam menganalisis laporan keuangan pemerintah daerah rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk analisis laporan keuangan pemerintah daerah menurut Mahmudi (2007: 920), antara lain:
(45)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan pemerintah daerah untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Walaupun pemerintah daerah sudah menyusun anggaran kas, tetapi analisis likuiditas akan lebih bermanfaat bagi manajemen dibandingkan jika hanya mendasarkan pada anggaran kas saja. Untuk melakukan analisis likuiditas ada beberapa rasio yang bisa dipelajari, yaitu:
a) Rasio Lancar (Current ratio)
Rasio lancar membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki pemerintah daerah pada tanggal neraca dengan utang jangka pendek. Rasio lancar merupakan ukuran standar untuk menilai kesehatan keuangan organisasi, baik organisasi bisnis maupun pemerintah daerah. Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah daerah memiliki aset yang mencukupi untuk melunasi utangnya. Nilai standar rasio lancar yang dianggap lancar adalah 2:1. Namun angka tersebut tidaklah mutlak, sangat tergantung karakteristik aset lancar dan utang lancar. Tetapi nilai nominal yang masih bisa diterima adalah 1:1, jika kurang dari itu maka keuangan organisasi tidak lancar.
(46)
commit to user b) Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas membandingkan antara kas antara kas yang tersedia dalam pemerintah ditambah efek yang dapat segera diuangkan (investasi jangka pendek) dibagi dengan utang lancar. Rasio kas bermanfaat untuk mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utang yang segera dipenuhi dengan kas dan efek yang dimiliki pemerintah daerah.
c) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick ratio membandingkan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan utang lancar. Quick ratio mengindikasikan apakah pemerintah daerah dapat membayar utangnya dengan cepat. Semakin tinggi nilai quick ratio maka semakin tinggi tingkat likuiditas keuangan. Nilai yang dianggap baik untuk quick ratio adalah 1:1. d) Working Capital to Total Assets
Working capital to Total Assets adalah rasio keuangan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dengan posisi modal kerja neto.
2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka
(47)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
panjang. Dikatakan tidak solvabel apabila total utang yang dimiliki pemerintah daerah lebih besar dibandingkan dengan total asetnya.
3) Rasio Utang (Leverage)
a) Rasio Utang terhadap Ekuitas (total debt to equity ratio) Rasio utang terhadap ekuitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengetahui bagian dari setiap rupiah ekuitas dan yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mungkin sudah kelebihan utang dan harus segera mencari jalan untuk mengurangi utang. Semakin besar rasio ini menunjukkan resiko pemberian utang semakin besar.
b) Rasio Utang terhadap Aset Modal (total debt to capital assets)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui bagian dari aset modal yang dapat digunakan untuk menjamin utang. Pemerintah daerah tidak diasumsikan untuk dilikuidasi karena kreditor tidak bisa mengklaim aset modal pemerintah daerah jika terjadi kegagalan dalam membayar utang, kreditor tidak dapat mempailitkan pemerintah daerah. Rasio ini kurang relevan jika digunakan dalam organisasi sektor publik.
(48)
commit to user c) Time Interest Earned Ratio
Time Interest Earned Ratio adalah rasio untuk mengetahui besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan laba sebelum bunga dan pajak dengan utang jangka panjang. Rasio ini juga kurang tepat untuk digunakan dalam sektor publik.
4) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemandirian Pemerintah Daerah dalam hal pendanaan semua aktivitasnya. Semakin tinggi nilai rasio kemandirian Pemerintah Daerah maka semakin baik karena Pemerintah Daerah tidak tergantung dana dari pihak ketiga untuk mendanai semua aktivitasnya.
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Pendapatan Daerah
Pemerintah Kota Surakarta telah melakukan efektivitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah. Adapun Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta sebagai pengelola keuangan daerah melakukan kebijakan-kebijakan untuk pendapatan daerah sebagai berikut:
(49)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Target Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun sebelumnya.
b. Kebijakan keuangan pendapatan daerah dari pos lain-lain menyesuaikan dengan kebijakan yang berlaku di Pemerintah Pusat dan atau Propinsi.
c. Kebijakan keuangan untuk dana perimbangan juga menyesuaikan dengan kebijakan yang berlaku di Pemerintah Pusat dan atau Propinsi.
Pencapaian kinerja pendapatan Pemerintah Kota Surakarta dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel II. 1
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2006-2009
(dalam rupiah) Tahun
Anggaran
APBD setelah
perubahan Realisasi APBD
Lebih/ (kurang)
2006 74.709.440.000,00 78.637.865.549,00 105,26%
2007 88.034.379.000,00 89.430.977.982,00 101,59%
2008 96.199.901.000,00 102.929.501.970,00 107,00%
2009 110.842.157.600,00 101.972.318.682,00 92,00%
Sumber: Data yang diolah
Efektivitas adalah kontribusi output terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2002: 132). Dikatakan efektif apabila selisih realisasi penerimaan dengan target yang dianggarkan mengalami selisih positif yaitu di atas/ lebih dari 100%, sedangkan kurang/ tidak efektif apabila selisih realisasi penerimaan dengan target yang dianggarkan mengalami selisih negatif yaitu di bawah/ kurang dari 100%. Untuk dapat mengetahui seberapa besar
(50)
commit to user
tingkat efektivitas penerimaan Pendapatan Asli Daerah digunakan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas, analisis efektivitas untuk penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2006-2008 sudah efektif dalam mengoptimalkan penerimaan dari sektor Pendapatan Asli Daerah karena nilai rasio efektivitas pada tahun 2007-2008 mencapai lebih dari 100%. Pada tahun 2009 tingkat efektivitas penerimaan dari sektor Pendapatan Asli Daerah justru mengalami penurunan sangat signifikan di bawah 100% yaitu hanya 92%. Ini bisa disebabkan karena pada tahun 2009 penerimaan dari pos hasil retribusi daerah mengalami penurunan.
Pencapaian kinerja pendapatan Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan target yang telah ditetapkan dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel II. 2
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
Tahun Anggaran
Target 10% dari Anggaran setelah Perubahan Tahun Sebelumnya
2007 19,7%
2008 17%
2009 6%
Sumber: Data yang diolah
(51)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Berdasarkan tabel di atas, analisis pencapaian target 10% dari anggaran tahun sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pendapatan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan tetapi pada tahun 2009 justru pendapatan Pemerintah Kota Surakarta mengalami penurunan sebesar 0,9% dari tahun sebelumnya. Dilihat berdasarkan pencapaian target Pendapatan Asli Daerah sebesar 10% dari anggaran tahun sebelumnya dengan usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan masih belum optimal. Pada tahun 2007 sudah memenuhi target sebesar 19,7%, sedangkan tahun 2008 target mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 17%, dan pada tahun 2009 justru target 10% dari anggaran tahun sebelumnya tidak tercapai karena hanya mencapai sebesar 6%. Selama 3 tahun tugas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku pengelola keuangan daerah mengalami kegagalan hanya pada tahun 2009 karena pendapatan daerah tidak dapat melampaui target/ kebijakan yang diambilnya. Ini disebabkan pada tahun 2009 Pendapatan Asli Daerah dari sektor Hasil Retribusi Daerah juga menurun dari tahun sebelumnya karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi daerah.
2. Belanja Daerah
Adapun Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta sebagai pengelola keuangan daerah melakukan kebijakan-kebijakan untuk belanja daerah sebagai berikut:
(52)
commit to user
a. Penyusunan belanja daerah dapat menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat daerah.
b. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.
c. Belanja administrasi umum non gaji dianggarkan sesuai kebutuhan agar satuan kerja perangkat daerah dapat beroperasi, sedangkan untuk belanja pegawai/ personalia disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pencapaian kinerja belanja daerah Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan analisis efektivitas dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel II. 3
Belanja Daerah Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
(dalam rupiah) Tahun
Anggaran
APBD setelah
Perubahan Realisasi Anggaran
Lebih/ (kurang)
2007
656.247.692.050,00 588.297.504.607,60 89,65%
2008 854.690.595.842,00 760.080.852.467,00 88,93%
2009 869.969.523.040,00 747.265.480.803,00 85,90%
Sumber: Data yang diolah
Dikatakan efektif apabila selisih realisasi anggaran belanja dengan target yang dianggarkan mengalami selisih positif yaitu di bawah/ kurang dari 100%, sedangkan kurang/ tidak efektif apabila selisih realisasi anggaran belanja dengan target yang dianggarkan mengalami
(53)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
selisih negatif yaitu di atas/ lebih dari 100% karena menunjukkan terjadinya pemborosan anggaran belanja daerah.
Berdasarkan tabel belanja daerah di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan Pemerintah Kota Surakarta telah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta tentang belanja daerah, yaitu tidak melebihi 100% dari anggaran setelah perubahan tahun yang bersangkutan. Terlihat bahwa dari tahun ke tahun tingkat efektivitas penggunaan anggaran untuk belanja daerah semakin baik. Belanja daerah ini dialokasikan untuk membiayai belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik.
3. Pembiayaan
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta mempunyai kebijakan-kebijakan dalam hal pembiayaan keuangan untuk Pemerintah Kota Surakarta, antara lain:
a. Perkiraan untuk Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun sebelumnya akan digunakan untuk menutup defisit anggaran dan sebagian akan dialokasikan pada Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun berkenaan, untuk pembayaran pokok pinjaman, dana cadangan, dan penyertaan modal.
Pencapaian kinerja dilihat dari pembiayaan daerah Pemerintah Kota Surakarta dapat dilihat dari tabel berikut ini:
(54)
commit to user Tabel II. 4
Analisis Hubungan Laporan Kinerja Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
(dalam rupiah)
Nama Akun Realisasi Anggaran
2007 2008 2009
Pendapatan
(a) 601.429.870.735 751.268.361.957 728.938.187.952
Belanja
(b) 588.297.504.607 760.080.852.467 747.265.480.803
Surplus/ (Defisit)
(c= a-b) 13.132.366.127 (8.812.490.510) (18.327.292.851)
Pembiayaan:
Penerimaan
(d) 121.981.672.429 107.984.094.971
43.101.371.954
Pengeluaran
(e) 78.340.612.810 57.080.484.682
4.817.459.918
Surplus/ (Defisit)
(f= d-e) 43.541.059.619 50.903.610.289 38.283.912.036
SILPA (g=c-f) 56.773.425.746 42.091.119.779 19.956.619.185
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel analisis hubungan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2008 dan 2009 terjadi defisit anggaran yang disebabkan total belanja yang lebih besar daripada total pendapatan. Keadaan ini terjadi karena meningkatnya belanja dari aktivitas operasi dan aktivitas investasi non keuangan pada Pemerintah Kota Surakarta tahun 2008 dan 2009, sedangkan untuk pembiayaan Kota Surakarta sudah sesuai dengan kebijakan yang telah dilaksanakan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta karena dari analisis hubungan antar pos-pos laporan kinerja tersebut terlihat bahwa tidak ada penyimpangan dalam penyajiannya. Untuk masalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, menurut Kepala Bidang Akuntansi
(55)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta akan ditutup pada anggaran surplus tahun 2012 yang akan datang.
4. Analisis Rasio
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan metode untuk menganalisis kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rasio lancar, quick ratio dan rasio kas terhadap total utang lancar. Pada quick ratio, pos persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar karena dianggap sebagai aktiva lancar yang paling lama untuk berubah menjadi kas. Pos persediaan ini umumnya bukan persediaan barang dagang yang ditujukan untuk dijual kembali tetapi untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah daerah atau diserahkan kepada masyarakat. Pada rasio kas, pos yang digunakan dalam rasio ini hanya pos kas dan investasi jangka pendek. Hal ini untuk menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari rasio lancar. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas, yaitu sebagai berikut:
(56)
commit to user
Dengan rumus tersebut di atas dapat dihitung rasio likuiditas pada Pemerintah Kota Surakarta sebagai berikut:
Tabel II. 5
Rasio Likuiditas Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
(dalam rupiah)
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Kas 56.867.319.233,40 36.353.409.805,40 19.964.195.040,40 Aktiva
Lancar 69.482.724.327,78 56.466.025.339,70 32.835.154.832,81 Persediaan 4.523.709.836,38
7.094.297.288,30 6.061.009.357,41 Investasi jangka pendek Utang
Lancar 8.815.161.470,51 -
6.000.000.000,00 5.606.131.686,00 - 29.905.787.925,00 Rasio
Lancar 8,00
10,10
1,10 Rasio Cepat 7,40
8,80
0,90 Rasio Kas 6,40
7,50
0,70 Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan hasil analisis perhitungan rasio lancar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasio lancar pada tahun 2007 yaitu 8:1 yang berarti setiap Rp1,00 utang lancar Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan Rp8,00 aktiva lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Pada tahun 2008 nilai rasio lancar yaitu 10:1 ini menunjukkan bahwa setiap Rp1,00 utang lancar
(57)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan Rp10,10 aktiva lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2007-2008 dianggap sangat baik karena memiliki aktiva lancar yang mencukupi untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Nilai standar rasio lancar yang dianggap lancar adalah 2:1 atau nilai nominal yang masih bisa diterima adalah 1:1. Sedangkan nilai rasio lancar pada tahun 2009 menunjukkan bahwa setiap Rp1,00 utang lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan Rp1,10 aktiva lancarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota Surakarta masih dianggap baik walaupun tidak selikuid pada tahun 2007-2008 yang mana tahun 2009 nilai aktiva lancar menurun, sedangkan nilai utang lancar cenderung naik secara signifikan. Penyebab naiknya utang lancar ini disebabkan pos utang jangka pendek lainnya juga naik sangat signifikan. Keadaan seperti ini dianggap masih aman dalam memenuhi kewajiban jangka pendek karena nilai rasio lancar pada tahun 2009 yaitu 1:1 yang merupakan nilai nominal yang masih bisa diterima.
Quick ratio selama 3 tahun menunjukkan hanya pada tahun 2009 Pemerintah Kota Surakarta tidak bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aktiva lancar dikurangi persediaan. Nilai quick ratio pada tahun 2009 yaitu 0,9:1 yang
(58)
commit to user
berarti bahwa setiap Rp1,00 utang lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dijamin dengan Rp0,9 aktiva lancar setelah dikurangi persediaan. Ini menunjukkan bahwa tanpa persediaan, kondisi keuangan Pemerintah Kota Surakarta tidak likuid dan persediaan merupakan aset yang penting untuk menjamin utang lancar bagi Pemerintah Kota Surakarta.
Untuk rasio kas, selama 3 tahun tersebut menunjukkan hanya pada tahun 2009 Pemerintah Kota Surakarta tidak bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan kas ditambah investasi jangka pendek. Ini disebabkan karena Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2009 menurun yang berdampak pada turunnya nominal kas, sedangkan Pemerintah Kota Surakarta tahun 2009 sudah tidak berinvestasi pada investasi jangka pendek.
b. Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian Pemerintah Daerah dalam hal pendanaan semua aktivitasnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kemandirian yaitu sebagai berikut:
Dari rasio ini, dapat diketahui tingkat kemandirian Pemerintah Kota Surakarta selama tahun 2007-2009 dalam tabel berikut:
(59)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel II. 6
Rasio Kemandirian Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
(dalam rupiah)
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Realisasi
PAD 89.430.977.982,00 102.929.501.970,00 101.972.318.682,00 Dana
Alokasi
Umum 374.500.999.992,00 420.911.721.000,00 435.470.810.000.00 Utang 31.755.454.608,51 25.353.800.211,00 46.708.191.274,00 Utang PFK 55.264.397,00 233.846.526,00 7.575.855,00 Utang pajak pusat - - - Rasio
Kemandirian 22% 23% 21%
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel rasio kemandirian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemandirian Pemerintah Kota Surakarta dalam hal pendanaan untuk semua aktivitasnya kurang baik. Ini terlihat dari nilai rasio kemandirian pada tahun 2007 sebesar 22%, pada tahun 2008 naik menjadi 23%, berarti ini menunjukkan hal yang positif karena Pemerintah Kota Surakarta tidak terlalu tergantung dengan dana dari pihak luar baik utang dalam negeri maupun luar negeri sudah berkurang. Pada tahun 2009 tingkat kemandirian turun menjadi 21% yang menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta pada tahun ini membutuhkan banyak dana untuk membiayai belanja daerah karena pada tahun ini belanja daerah juga mengalami peningkatan.
(60)
commit to user
c. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas ini mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Pemerintah Daerah dikatakan tidak solvabel apabila total utang yang dimiliki lebih besar dari pada total aktivanya. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah tidak dapat menjamin semua utang-utangnya dengan menggunakan semua aktivanya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio solvabilitas yaitu sebagai berikut:
Dari rumus tersebut di atas, dapat diketahui nilai rasio solvabilitas Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2007-2009 sebagai berikut:
Tabel II. 7
Rasio Solvabilitas Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
(dalam rupiah)
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Total
Aktiva 3.330.436.830.935,00 3.490.440.009.924,00 6.166.782.681.081,00 Total Utang 31.755.454.609,00 25.353.800.211,00 46.708.191.274,00 Rasio
Solvabilitas
105,00
138,00 132,00 Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Daerah Kota Surakarta dalam memenuhi
(61)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
semua kewajibannya sangat solvabel menggunakan semua aktiva yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Nilai rasio solvabilitas tertinggi pada tahun 2008 yaitu Rp138,00 yang berarti bahwa setiap Rp1,00 utang yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan menggunakan Rp138,00 aktivanya. Selama 3 tahun berturut-turut terlihat nilai total aktiva jauh lebih besar daripada nilai total utang yang menunjukkan rasio solvabilitas pada Pemerintah Kota Surakarta sangat baik.
d. Rasio Leverage
Rasio leverage ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara ekuitas dana (kekayaan bersih Pemerintah Daerah) dengan total utang. Dengan rasio ini dapat diketahui seberapa besar kemampuan Pemerintah Kota Surakarta dalam membayar utang jika ditinjau dari ekuitas dana yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio leverage ini sebagai berikut:
Dari rumus tersebut di atas, dapat diketahui nilai rasio leverage Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2007-2009 sebagai berikut:
(62)
commit to user Tabel II. 8
Rasio Leverage Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
(dalam rupiah)
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Total Ekuitas
dana 3.298.681.376.326,00 3.465.086.209.712,00 6.120.074.489.806,00 Total
Utang 31.755.454.609,00
25.353.800.211,00 46.708.191.274,00 Rasio
Leverage 104,00 137,00
131,00 Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel tersebut di atas, menunjukkan kemampuan Pemerintah Kota Surakarta dalam memenuhi kewajibannya jika ditinjau dari ekuitas dana yang dimiliki. Nilai rasio leverage tertinggi pada tahun 2008 yaitu Rp137,00 yang berarti setiap Rp1,00 utang yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan Rp137,00 ekuitas dana yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Dilihat selama 3 tahun berturut-turut nilai rasio leverage pada Pemerintah Kota Surakarta sangat baik karena total ekuitas dananya dapat menjamin setiap utangnya.
5. Pencapaian Kinerja Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan
amanat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Pemerintah Kota Surakarta selama tahun anggaran 2007-2009 memprioritaskan pembangunan sesuai dengan amanat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Hal tersebut dapat dilihat dari ditetapkannya tujuan, sasaran dan strategi untuk mencapai kinerja
(63)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pemerintah Kota Surakarta yang dikelola dan dilaksanakan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut antara lain sebagai berikut: a. Tujuan yang ditetapkan
Selama tahun anggaran 2007-2009 telah ditetapkan tujuan sebagai berikut:
1) Tersedianya fasilitas umum yang memadai, peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang diharapkan dapat memberikan sumbangan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah yang lebih besar.
2) Terwujudnya pelayanan yang lebih baik dalam mengelola kekayaan daerah untuk masyarakat melalui upaya pengembangan dan optimalisasi potensi pasar dan kekayaan yang ada.
b. Sasaran yang ditetapkan
Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan tersebut di atas, telah ditetapkan sasaran sebagai berikut ini:
1) Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana umum. 2) Terwujudnya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. 3) Terwujudnya pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel
khususnya pengeloaan kekayaan daerah.
4) Terwujudnya peningkatan pendapatan khususnya Pendapatan Asli Daerah.
(64)
commit to user c. Program dan kegiatan yang ditetapkan
Dengan adanya tujuan dan sasaran yang ditetapkan di atas, telah ditetapkan program dan kegiatan sebagai berikut:
1) Program tertib administrasi keuangan.
2) Program peningkatan sumber daya aparatur, dan pembangunan infrastruktur.
3) Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur. d. Hasil (outcome)
Hasil (outcome) yang dicapai sudah baik, walaupun ada beberapa yang belum optimal. Hal tersebut bisa dilihat dari pencapaian target realisasi Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2007-2008, yaitu 10% dari anggaran tahun sebelumnya, belanja daerah tidak mencapai di atas 100% seperti yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah perubahan tahun yang bersangkutan, dan pembiayaan yang sudah sesuai dengan kebijakan dari anggaran yang telah ditetapkan, serta beberapa analisis yang penulis lakukan untuk mengetahui kesehatan keuangan Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009. e. Kelompok manfaat (benefit)
Manfaat (benefit) yang diperoleh dari kinerja Pemerintah Kota Surakarta selama tahun anggaran 2007-2009, antara lain:
1) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta berhasil meningkatkan kualitas sarana dan prasarana
(65)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
aparatur untuk memperlancar kegiatan otonomi daerah. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya aktiva Pemerintah Kota Surakarta dan realisasi belanja untuk dialokasikan pada belanja aparatur daerah.
2) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta berhasil meningkatkan sarana dan prasarana umum untuk memuaskan pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya belanja untuk pelayanan publik pada tahun 2008.
f. Kelompok dampak (impact)
1) Keberhasilan dalam meningkatkan sarana dan prasarana baik aparatur maupun umum mengakibatkan peningkatan belanja dan pembiayaan daerah, sehingga efisiensi dan efektivitas terhadap belanja dan pembiayaan daerah belum optimal.
2) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah mengakibatkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku penegelola keuangan daerah mengalami kegagalan pada tahun 2009 dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah.
(66)
commit to user
50 BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN
Dari hasil analisis pada Bab II, penulis menemukan beberapa temuan kelebihan pada kinerja Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009, antara lain sebagai berikut:
1. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari target Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun sebelumnya telah tercapai pada tahun 2007 dan 2008.
2. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari Belanja Daerah tidak melebihi 100% dari anggaran tahun yang bersangkutan telah tercapai selama tahun 2007-2009.
3. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari Pembiayaan sudah sesuai dengan kebijakan dari anggaran yang telah ditetapkan dan sudah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
4. Tingkat solvabilitas selama tahun 2007-2009 sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota Surakarta sangat baik karena dapat memenuhi kewajiban yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan semua aktivanya. 5. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
(67)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dilihat dari realisasi belanja aparatur daerah serta meningkatnya aset tetap tiap tahunnya guna kegiatan operasional daerah.
B. KELEMAHAN
Dari hasil analisis pada Bab II, penulis menemukan beberapa temuan kelemahan pada kinerja Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009, antara lain sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya kinerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dalam melaksanakan kebijakan dari Pemerintah Kota Surakarta untuk meningkatkan pendapatan dari sektor Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2009 tidak dapat mencapai target 10% dari anggaran tahun sebelumnya karena hanya mencapai target 6%.
2. Tingkat kemandirian Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2009 kurang baik dalam membiayai semua aktivitasnya karena masih tergantung dana dari pihak ketiga. Hal ini terlihat pada tahun 2009 belanja daerah meningkat dan utang juga meningkat.
3. Keberhasilan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana aparatur menyebabkan meningkatnya belanja daerah dan pembiayaan Kota Surakarta, sehingga efektivitas dan efisiensi terhadap belanja daerah dan pembiayaan belum optimal dilakukan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
(68)
commit to user
52 BAB IV PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari data dan pembahasan pada bab II, penulis melakukan beberapa analisis yang dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun anggaran 2007-2009 sudah baik, meskipun masih ada yang dibawah target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah perubahan selama tahun 2007-2009. Hal ini dapat dibuktikan bahwa Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku pengelola keuangan daerah mampu menjalankan tugas dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan Pemerintah Kota Surakarta, seperti:
a. Pendapatan daerah dari tahun 2007 ke 2008 mengalami kenaikan sehingga target Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun sebelumnya dapat terealisasi, tapi pada tahun 2009 terjadi penurunan pendapatan daerah yang menyebabkan target tidak terealisasi sehingga Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta mengalami kegagalan dalam meningkatkan pendapatan khususnya Pendapatan Asli Daerah.
b. Keefektivan belanja daerah selama tahun 2007-2009 yang tidak melebihi 100% dari anggaran tahun bersangkutan.
(69)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Pembiayaan Kota Surakarta selama tahun 2007-2009 sudah sesuai dengan kebijakan yang telah dilaksanakan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta karena dari analisis hubungan antar pos-pos laporan kinerja tersebut terlihat jelas bahwa tidak ada penyimpangan dalam penyajiannya.
2. Analisis kinerja Pemerintah Kota Surakarta pada tahun anggaran 2007-2009 berdasarkan analisis rasio, seperti:
a. Analisis rasio likuiditas menunjukkan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota Surakarta dapat menjamin utang lancar baik dengan aktiva lancar, aktiva lancar dikurangi persediaan, dan kas ditambah investasi jangka pendek yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta.
b. Analisis rasio kemandirian menunjukkan tingkat kemandirian Pemerintah Kota Surakarta cukup baik karena tidak selalu tergantung dana pihak ketiga.
c. Analisis rasio solvabilitas Pemerintah Kota Surakarta selama tahun 2007-2009 sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai total aktiva jauh lebih besar daripada nilai total utang.
d. Analisis rasio leverage Pemerintah Kota Surakarta selama tahun 2007-2009 sangat baik karena total ekuitas dana yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dapat menjamin setiap utangnya.
(70)
commit to user
B. SARAN
Melalui penelitian ini, penulis berharap bisa memberikan saran yang bermanfaat untuk Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta, antara lain:
1. Diharapkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta tetap melaksanakan kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Surakarta seperti target Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya meningkat sebesar 10% dari anggaran tahun sebelumnya.
2. Diharapkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta melakukan penyuluhan terhadap Wajib Pajak untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam aktivitas pembayaran pajak guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
(1)
commit to user
aparatur untuk memperlancar kegiatan otonomi daerah. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya aktiva Pemerintah Kota Surakarta dan realisasi belanja untuk dialokasikan pada belanja aparatur daerah.
2) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta berhasil meningkatkan sarana dan prasarana umum untuk memuaskan pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya belanja untuk pelayanan publik pada tahun 2008.
f. Kelompok dampak (impact)
1) Keberhasilan dalam meningkatkan sarana dan prasarana baik
aparatur maupun umum mengakibatkan peningkatan belanja dan pembiayaan daerah, sehingga efisiensi dan efektivitas terhadap belanja dan pembiayaan daerah belum optimal.
2) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi
daerah mengakibatkan Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku penegelola keuangan daerah mengalami kegagalan pada tahun 2009 dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah.
(2)
commit to user
50
BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN
Dari hasil analisis pada Bab II, penulis menemukan beberapa temuan
kelebihan pada kinerja Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009, antara lain sebagai berikut:
1. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari target
Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun sebelumnya telah tercapai pada tahun 2007 dan 2008.
2. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari Belanja
Daerah tidak melebihi 100% dari anggaran tahun yang bersangkutan telah tercapai selama tahun 2007-2009.
3. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari Pembiayaan
sudah sesuai dengan kebijakan dari anggaran yang telah ditetapkan dan sudah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
4. Tingkat solvabilitas selama tahun 2007-2009 sangat tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota Surakarta sangat baik karena dapat memenuhi kewajiban yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan semua aktivanya.
5. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
(3)
commit to user
dilihat dari realisasi belanja aparatur daerah serta meningkatnya aset tetap tiap tahunnya guna kegiatan operasional daerah.
B. KELEMAHAN
Dari hasil analisis pada Bab II, penulis menemukan beberapa temuan kelemahan pada kinerja Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009, antara lain sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya kinerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kota Surakarta dalam melaksanakan kebijakan dari Pemerintah Kota Surakarta untuk meningkatkan pendapatan dari sektor Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2009 tidak dapat mencapai target 10% dari anggaran tahun sebelumnya karena hanya mencapai target 6%.
2. Tingkat kemandirian Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2009
kurang baik dalam membiayai semua aktivitasnya karena masih tergantung dana dari pihak ketiga. Hal ini terlihat pada tahun 2009 belanja daerah meningkat dan utang juga meningkat.
3. Keberhasilan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana aparatur
menyebabkan meningkatnya belanja daerah dan pembiayaan Kota Surakarta, sehingga efektivitas dan efisiensi terhadap belanja daerah dan pembiayaan belum optimal dilakukan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
(4)
commit to user
52
BAB IV PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari data dan pembahasan pada bab II, penulis melakukan beberapa analisis yang dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun anggaran
2007-2009 sudah baik, meskipun masih ada yang dibawah target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah perubahan selama tahun 2007-2009. Hal ini dapat dibuktikan bahwa Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku pengelola keuangan daerah mampu menjalankan tugas dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan Pemerintah Kota Surakarta, seperti:
a. Pendapatan daerah dari tahun 2007 ke 2008 mengalami kenaikan
sehingga target Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun sebelumnya dapat terealisasi, tapi pada tahun 2009 terjadi penurunan pendapatan daerah yang menyebabkan target tidak terealisasi sehingga Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta mengalami kegagalan dalam meningkatkan pendapatan khususnya Pendapatan Asli Daerah.
b. Keefektivan belanja daerah selama tahun 2007-2009 yang tidak
(5)
commit to user
c. Pembiayaan Kota Surakarta selama tahun 2007-2009 sudah sesuai
dengan kebijakan yang telah dilaksanakan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta karena dari analisis hubungan antar pos-pos laporan kinerja tersebut terlihat jelas bahwa tidak ada penyimpangan dalam penyajiannya.
2. Analisis kinerja Pemerintah Kota Surakarta pada tahun anggaran
2007-2009 berdasarkan analisis rasio, seperti:
a. Analisis rasio likuiditas menunjukkan bahwa kesehatan keuangan
Pemerintah Kota Surakarta dapat menjamin utang lancar baik dengan aktiva lancar, aktiva lancar dikurangi persediaan, dan kas ditambah investasi jangka pendek yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta.
b. Analisis rasio kemandirian menunjukkan tingkat kemandirian
Pemerintah Kota Surakarta cukup baik karena tidak selalu tergantung dana pihak ketiga.
c. Analisis rasio solvabilitas Pemerintah Kota Surakarta selama
tahun 2007-2009 sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai total aktiva jauh lebih besar daripada nilai total utang.
d. Analisis rasio leverage Pemerintah Kota Surakarta selama tahun
2007-2009 sangat baik karena total ekuitas dana yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dapat menjamin setiap utangnya.
(6)
commit to user
B. SARAN
Melalui penelitian ini, penulis berharap bisa memberikan saran yang bermanfaat untuk Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta, antara lain:
1. Diharapkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta tetap melaksanakan kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Surakarta seperti target Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya meningkat sebesar 10% dari anggaran tahun sebelumnya.
2. Diharapkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta melakukan penyuluhan terhadap Wajib Pajak untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam aktivitas pembayaran pajak guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.