Rasio Likuiditas Analisis Rasio

commit to user 39 pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta akan ditutup pada anggaran surplus tahun 2012 yang akan datang.

4. Analisis Rasio

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan metode untuk menganalisis kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rasio lancar, quick ratio dan rasio kas terhadap total utang lancar. Pada quick ratio, pos persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar karena dianggap sebagai aktiva lancar yang paling lama untuk berubah menjadi kas. Pos persediaan ini umumnya bukan persediaan barang dagang yang ditujukan untuk dijual kembali tetapi untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah daerah atau diserahkan kepada masyarakat. Pada rasio kas, pos yang digunakan dalam rasio ini hanya pos kas dan investasi jangka pendek. Hal ini untuk menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari rasio lancar. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas, yaitu sebagai berikut: commit to user 40 Dengan rumus tersebut di atas dapat dihitung rasio likuiditas pada Pemerintah Kota Surakarta sebagai berikut: Tabel II. 5 Rasio Likuiditas Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009 dalam rupiah Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Kas 56.867.319.233,40 36.353.409.805,40 19.964.195.040,40 Aktiva Lancar 69.482.724.327,78 56.466.025.339,70 32.835.154.832,81 Persediaan 4.523.709.836,38 7.094.297.288,30 6.061.009.357,41 Investasi jangka pendek Utang Lancar - 8.815.161.470,51 6.000.000.000,00 5.606.131.686,00 - 29.905.787.925,00 Rasio Lancar 8,00 10,10 1,10 Rasio Cepat 7,40 8,80 0,90 Rasio Kas 6,40 7,50 0,70 Sumber: Data yang diolah Berdasarkan hasil analisis perhitungan rasio lancar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rasio lancar pada tahun 2007 yaitu 8:1 yang berarti setiap Rp1,00 utang lancar Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan Rp8,00 aktiva lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Pada tahun 2008 nilai rasio lancar yaitu 10:1 ini menunjukkan bahwa setiap Rp1,00 utang lancar commit to user 41 Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan Rp10,10 aktiva lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2007-2008 dianggap sangat baik karena memiliki aktiva lancar yang mencukupi untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Nilai standar rasio lancar yang dianggap lancar adalah 2:1 atau nilai nominal yang masih bisa diterima adalah 1:1. Sedangkan nilai rasio lancar pada tahun 2009 menunjukkan bahwa setiap Rp1,00 utang lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan Rp1,10 aktiva lancarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota Surakarta masih dianggap baik walaupun tidak selikuid pada tahun 2007-2008 yang mana tahun 2009 nilai aktiva lancar menurun, sedangkan nilai utang lancar cenderung naik secara signifikan. Penyebab naiknya utang lancar ini disebabkan pos utang jangka pendek lainnya juga naik sangat signifikan. Keadaan seperti ini dianggap masih aman dalam memenuhi kewajiban jangka pendek karena nilai rasio lancar pada tahun 2009 yaitu 1:1 yang merupakan nilai nominal yang masih bisa diterima. Quick ratio selama 3 tahun menunjukkan hanya pada tahun 2009 Pemerintah Kota Surakarta tidak bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aktiva lancar dikurangi persediaan. Nilai quick ratio pada tahun 2009 yaitu 0,9:1 yang commit to user 42 berarti bahwa setiap Rp1,00 utang lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dijamin dengan Rp0,9 aktiva lancar setelah dikurangi persediaan. Ini menunjukkan bahwa tanpa persediaan, kondisi keuangan Pemerintah Kota Surakarta tidak likuid dan persediaan merupakan aset yang penting untuk menjamin utang lancar bagi Pemerintah Kota Surakarta. Untuk rasio kas, selama 3 tahun tersebut menunjukkan hanya pada tahun 2009 Pemerintah Kota Surakarta tidak bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan kas ditambah investasi jangka pendek. Ini disebabkan karena Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2009 menurun yang berdampak pada turunnya nominal kas, sedangkan Pemerintah Kota Surakarta tahun 2009 sudah tidak berinvestasi pada investasi jangka pendek.

b. Rasio Kemandirian