dan perbankan. Hal itu untuk menjaga agar apabila perperjanjian tersebut tidak laksanakan maka akta tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan.
B. Syarat – syarat dalam perjanjian pemberian kredit Kupedes
Menurut Pasal 1313 KUHPerdata yang dimaksud dengan Perjanjian adalah Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih. Pengertian perjanjian tersebut mengandung unsur
20
a. Perbuatan
:
Penggunaan kata “perbuatan” pada perumusan tentang perjanjian lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau
tindakan hukum , karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan ;
b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih,
untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikitharus ada dua pihak yang saling berhadap –hadapan dan saling memberi pernyataan
yang cocok pas satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum.
c. Mengikatkan dirinya
Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang
20
Lista kuspriatni, Aspek Hukum Dalam Ekonomi , www .google.com
diunduh pada tanggal 21 januari 2011
Universitas Sumatera Utara
terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.
Dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas , namun secara umum terdapat lima asas hukum perjanjian yaitu
21
a. Asas kebebasan berkontrak
:
Asas ini memberi arti memberi kebebasan kepada setiap orang untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun , apapun isinya, apapun
bentuknya walaupun belum atau tidak diatur dalam undang-undang. sepanjang perjanjian tersebut tidak dilarang oleh undang-undang, tidak
bertentangan dengan kesusilaan dan tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Dalam perkembangannya hal ini tidak lagi bersifat
mutlak tetapi relatif kebebasan berkontrak yang bertanggung jawab . Asas inilah yang menyebabkan hukum perjanjian bersistem terbuka. Pasal
– pasal dalam hukum perjanjian sebagian besar karena Pasal 1320 KUHPerdata bersifat memaksa dinamakan hukum pelengkap karena para
pihak boleh membuat ketentuan sendiri yang menyimpang dari Pasal – pasal hukum perjanjian namun bila mereka tidak mengatur sendiri sesuatu
soal maka mereka para pihak mengenai soal itu tunduk pada undang- undang dalam hal ini Buku III KUHPerdata. Jika dipahami secara seksama
maka asas kebebasan berkontak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :
21
Handri Raharjo . Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2009 hal. 43-46
Universitas Sumatera Utara
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.
c. Menentukan isi perjanjian , pelaksanaan dan persyaratannya.
d. Menentukan bentuk perjanjian yaitu secara tertulis atau lisan.
Namun keempat hal terseut boleh dilakukan dengan syarat tidak melanggar undang – undang , ketertiban umum, dan kesusilaan.
b. Asas Konsensualisme
Perjanjian lahir atau terjadi dengan adanya kata sepakat Pasal 1320, Pasal 1338 KUHPerdata hal ini dimaksud untuk mewujudkan kebutuhan para
pihak. Di dalam asas konsensualisme pada dasarnya suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah
pihak mengenai hal – hal yang pokok dari apa yang menjadi objek perjanjian.
c. Asas Mengikatnya Suatu Perjanjian pacta sunt servanda
Pernjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi yang membuatnya Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata . Terikatnya para
pihak pada perjanjian itu tidak terbatas pada apa yang diperjanjikan , akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh
kebiasaan dan kepatutan serta moral.
22
d. Asas Itikad Baik.
Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata . Itikad baik ada 2 yakni :
22
Mariam Darus Badrulzaman. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.2001 hal. 88
Universitas Sumatera Utara
a. Bersifat objektif, artinya mengindahkan kepatutan dan
kesusilaan. Contoh, Si A melakukan perjanjian dengan si B membangun rumah. Si A ingin memakai keramik cap gajah
namum di pasaran habis maka diganti cap semut oleh si B. b.
Bersifat subyektif, artinya ditentukan sikap batin seseorang. Contoh si A ingin membeli motor, kemudian datanglah si B
berpenampilan preman yang mau menjual motor tanpa surat– surat dengan harga sangat murah. Si A tidak mau membeli
karena takut bukan barang halal atau barang tidak legal. e.
Asas Kepribadian personalitas
Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Pengecualiannya terdapat di dalam buku Pasal 1317
KUHPerdata tentang janji untuk pihak ketiga, sebenar-benarnya adalah memberikan atau menyerahkan haknya pada pihak ketiga. Jadi pihak
ketiga itu adalah merupakan subjek hak. Hal ini sesuai dengan pasal 1318 KUHPerdata yang menyatakan bahwa seseorang minta diperjanjikan
sesuatu hal maka dianggap bahwa itu adalah untuk ahli warisnya dan orang- orang yang memperoleh hak daripadanya.
23
Namun menurut Mariam Darus ada 10 asas perjanjian yaitu asas:
24
a. Kebebasan mengadakan perjanjian
b. Konsensualisme
23
Hardijan Rusli. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1993 hal. 41
24
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hal 82 - 89
Universitas Sumatera Utara
c. Kepercayaan
d. Kekuatan mengikat
e. Persamaan hukum
f. Keseimbangan
g. Kepastian hukum
h. Moral
i. Kepatutan
j. Kebiasaan
Syarat - Syarat sahnya Perjanjian Sebuah perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi empat syarat sahnya
perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata sebagai berikut :
25
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian.
3. Mengenai sesuatu hal yang tertentu, dan
4. Suatu sebab yang halal.
Syarat yang pertama dan yang ke dua dinamakan syarat – syarat yang subyektif , sedangkan syarat –syarat yang ketiga dan ke empat disebut sebagai
syarat yang objektif . apabila syarat –syarat yang subjektif tidak terpenuhi maka perjanjian dapat dimintakan pembatalannya. Sedangkan apabila syarat yang
objektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum.
26
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Dengan sepakat atau perizinan dimaksudkan bahwa kedua subjek yang
mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju atau seia –sekata menganai hal – hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh
pihak yang satu , juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu yang sama secara timbak balik. Misalnya dalam hal jual –beli. Si penjual
25
Subekti. Pokok – Pokok Hukum Perdata Jakarta : PT Intermasa, 1985, hal 134
26
Hardijan Rusli. Op. Cit., hal 44
Universitas Sumatera Utara
mengingini sejumlah uang, sedang si pembeli mengingini sesuatu barang dari si penjual.
Persetujuan kedua belah pihak yang merupakan kesepakatan itu harus diberikan secara bebas. Dalam hukum perjanjian ada tiga sebab yang membuat
perizinan tidak bebas, yaitu adanya unsur : paksaan, kehilafan dan penipuan. Perizinan tidak bebas, apabila terjadi paksaan adalah paksaan rohani ataupun
paksaan jiwa psychis , jadi bukan paksaan badan atau fisik. Misalnya salah satu pihak karena diancam atau ditakut-takuti akan dianiaya terpaksa menyetujui
suatu perjanjian. Kehilafan dapat terjadi mengenai orang atau mengenai barang yang
menjadi tujuan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Kehilafan mengenai orang, terjadi misalnya jika seorang direktur opera membuat kontrak dengan
orang yang dikiranya seorang penyanyi tersohor, tetapi kemudian ternyata bukan orang yang dimaksud. Hanya nama saja yang kebetulan sama. Kehilafan
menganai barang, misalnya jikan orang membeli sebuah lukisan yang dikiranya lukisan Basuki Abdullah tetapi kemudian ternyata hanya turunan saja.
27
Penipuan terjadi, apabila salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan- keterangan yang tidak benar, disertai dengan kelicikan- kelicikan,
sehingga pihak lain terbujuk karenanya unjtuk memberikan perizinan.
28
27
Subekti, Op.Cit.,hal. 135
Perjanjian itu dapat dibatalkan, apabila terjadi ketiga hal tersebut di atas. Dalam
perkembangannya muncul unsur cacat kehendak yang keempat yaitu penyalah
28
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
gunaan keadaan undue influence BW tidak menganalnya . pada hakikatnya penyalah gunaan keadaan bertumpu pada kedua hal berikut , yaitu :
a. Penyalah gunaan keunggulan ekonomi. b. Penyalah gunaan keunggulan kejiwaan termasuk tentang psikologi,
pengetahuan , dan pengalaman. Di dalam penyalah gunaan keadaan tidak terjadi ancaman fisik hanya
terkadang salah satu pihak punya rasa ketergantungan, suatu hal darurat , tidak berpengalaman atau tidak tahu. Apa yang menjadi dasar pengajuan ke pengadilan
bila BW tidak mengaturnya ? dapat diajukan dengan dasar yurisprudensi. Konsekuensinya bila ada penyalah gunaan keadaan maka perjanjian itu dapat
dibatalkan.
29
1. Cakap untuk membuat perjanjian
Di dalam dunia hukum, perkataan orang persoon berarti pendukung hak dan kewajiban yang juga disebut subjek hukum. Dengan
demikian,maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia baik warga negara maupun orang asing adalah pembawa hak subjek hukum yang memiliki
hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan hukum, namun perbuatan tersebut haru didukung oleh kecakapan dan kewenangan hukum.
Kewenangan memiliki menyanddang hak dan kewajiban disebut kewenangan hukum atau kewenangan berhak karena sejak lahir tidak
semua subjek hukum orangperson yang pada umumnya memiliki
29
Handri Raharjo. Op.Cit., hal 51
Universitas Sumatera Utara
kewenanganhukum itu,cakap atau dapat bertindak sendiribeekwaamheid. Kecakapan berbuat adalah kewenangan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan hukum sendiri. Perbedaan antara kewenangan dengankecakapan berbuat adalah bila kewenangan hukum maka subjek hukum dalam
keadaan pasifsedang dalam kecakapan subjek hukumnya katif . yang dimaksud subjek hukum person yang cakap berbuat dalam Pasal 1330
KUHPerdata yaitu :
30
1. Orang –orang yang belum dewasa
Menurut Pasal 1330 KUHPerdata adalah mereka yang belum genap usianya 21 tahun dan belum menikah. Agar mereka yang
belum dewasa dapat melakukan perbuatan hukum maka harus diwakili oleh waliperwalian Pasal 331 – 414 KUHPerdata .
perwalian adalah pengawasan atas orang anak –anak yang belum dewasa yang tidak ada dibawah kekuasaan orang tua sebagaimana
diatur dalam undang-undang dan pengelolaan barang-barang dari anak yang belum dewasa.
31
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan.
hal ini diatur dalam Pasal 433 – 462 KUHPerdata tentang pengampuan. Pengampuan adalah keadan dimana seseorang karena
sifat –sifat pribadinya dianggap tidak cakap atau tidak didalam segala hal cakap bertindak sendiri atau pribadi di dalam lalu
lintas hukum, karena orang tersebut curatele , oleh putusan
30
Ibid.
31
Ibid,. Hal 53
Universitas Sumatera Utara
hakim digolongkan orang yang tidak cakap bertindak dan lantas diberi seorang wakil yang menurut undang-undang disebut dengan
kurator . sifat-sifat pribadi yang dianggap tidak cakap adalah Pasal 433 KUHPerdata
a. Keadaan dungu
b. Sakit ingatangilamata gelap dianggap tidak cakap
melaksanakan sendiri hak dan kewajibannya c.
Pemboros dan pemabuk ketidak cakapan bertindak terbatas pada perbuatan-perbuatan dalam bidang hukum harta kekayaan
saja Pengampuan terjadi karena putusan hakim yang didasarkan adanya
permohonan. Yang dapat mengajukan permohonan diatur dalam Pasal 434-435 KUHPerdata yaitu , pihak keluarga , diri sendiri ,
dan jaksa dari pihak ke jaksaan. Akibat hukum yang dari perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap berbuat berdasarkan
penentuan hukum ialah dapat dimintakan pembatalannya Pasal 1331 ayat 1 KUHPerdata
3. Orang- orang perempuan yang telah bersuami, tidak cakap untuk
mengadakan perjanjian. Namun sejak tahun 1963 dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 1963 yang ditujukan
kepada ketua Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia, kedudukan wanita yang telah bersuami diangkat
derajatnya sama dengan pria, untuk mengadakan perbuatan hukum
Universitas Sumatera Utara
dan menghadap di depan pengadilan, ia tidak memerlukan bantuan lagi dari suaminya.
32
4. Dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang
telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. 2. Mengenai suatu hal tertentu
Yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah, suatu hal atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu. Syarat ini perlu, untuk dapat menetapkan
kewajiban si berhutang , jika terjadi perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian, paling sedikit harus ditentukan jenisnya. Bahwa barang itu haru
ada atau sudah ada ditangan si berhutang pada waktu perjanjian dibuat , tidak diharuskan oleh undang-undang. Juga jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal saja
kemudian dapat dihitung atau ditetapkan. Misalnya, sahnya suatu perjanjian mengenai “ panen tembakau dari suatu ladang dalam tahun yang akan datang “
3. Suatu sebab yang halal Sebab causa yang dimaksud adalah isi perjanjian itu sendiri atau tujuan
dari para pihak untuk megadakan perjanjian itu Pasal 1337 KUHPerdata . Halal adalah tidak bertentangan dengan undang-undang,ketertiban umum, dan
kesusilaan. Menurut Pasal 1335 KUHPerdata suatu perjanjian tidak memakai suatu causa atau dibuat dengan suatu causa yang palsu atau terlarang tidak
mempunyai kekuatan. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa hampir tidak ada suatu perjanjian dibuat tanpa suatu sebab causa.
32
Mariam Darus Badrulzaman. Op.Cit., hal. 79
Universitas Sumatera Utara
Causa harus dibedakan dengan motif atau desakan jiwa yang mendorong seseorang untuk membuat suatu perjanjian. Sedangkan yang dimaksud perjanjian
yang bertentangan dengan undang yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk melakukan suatu kejahatan, bertentangan dengan kesusilaan
misalnya suatu perjanjian dimana salah satu pihak harus meninggalkan agamanya untuk memeluk suatu agama lain. Dalam hal –hal semacam ini , perjanjian itu
dianggap dari semula sudah batal dan hakim berwenang karena jabatannya mengucapkan pembatalan itu , meskipun tidak dimintakan oleh sesuatu pihak
batal secara mutlak
33
Dalam perjanjian Kredit Kupedes Pada Bank BRI juga terdapat Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh calon nasabah debitur yang terbagi kedalam dua
golongan yaitu : .
a. Golongan Pengusaha b. Golongan Berpenghasilan Tetap
Untuk calon nasabah Kupedes dari Golongan Pengusaha , persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
a. Domisili di wilayah kerja BRI Unit setempat yang dibuktikan dengan
keterangan sebagai penduduk dari kepala desalurah atau Kartu Tanda Penduduk KTP. Khusus untuk calon nasabah Kupedes tertentu
dimungkinkan untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang
33
Subekti. Op.Cit., hal 137
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan setelah mendapat putusan izin prinsip dari KancaKanwilKanpus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Kupedes dengan Plafon tertentu, dimungkinkan pelayanan berdasarkan
tempat usaha bukan domisili tempat tinggal nasabah . Besaran plafon tertentu akan diatur dengan ketentuan tersendiri.
c. Berkarakter baik dan mempunyai usaha yang layak untuk dibiayai dengan
Kupedes. d.
Untuk Kupedes dengan plafon tertentu, cukup menggunakan surat keterangan usaha dari Kepala Desa Lurah.
e. Untuk nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha, cukup
menyerahkan copy surat izin usaha tersebut. f.
Tidak sedang Menikmati kredit di kantor cabang BRI atau BRI unit Lainnya.
g. Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak
maupun benda tidak bergerak. h.
Wajib membuka rekening Tabungan di BRI Unit yang bersangkutan. Untuk Golongan Berpenghasilan Tetap, persyaratan yang harus dipenuhi antara
lain : a.
Domisili kantor ymp atau tempat pemotongan gaji atau pensiun berada pada wilayah kerja BRI Unit yang bersangkutan.
b. Tidak sedang menikmati kredit di Kanca atau di BRI Unit lainnya.
Universitas Sumatera Utara
c. Menyerahkan asli surat keputusan SK pengangkatan pegawai yang
pertama serta asli SK penetapan pangkat pegawai yang terakhir atau asli SK pensiun bagi yang berstatus pensiun.
d. Menyerahkan asli kartu peserta TASPEN bagi pegawai negeri, asli kartu
peserta JAMSOSTEK bagi pegawai BUMN dan swata, asli kartu peserta ASABRI bagi anggota TNI dan POLRI atau fotokopi kartu identitas
pensiun KARIP bagi para pensiunan dan fotokopi KARPEG untuk pegawai negeri sipil.
e. Menyerahkan daftar perincian gaji atau pensiun karyawan yang
bersangkutan dan telah di sah kan oleh kepala kantor, unit kerja, instansi, pimpinan perusahaan atau kantor pensiun instansi yang bersangkutan.
f. Ada rekomendasi dari kepala kantor, unit kerja, instansi, pimpinan
perusahaan yang menyatakan bahwa ymp benar-benar pegawai tetap instansi yang dipimpinnya serta benar-benar akan mengajukan Kupedes di
BRI Unit setempat. Untuk itu kepala kantor unit kerja instansi tersebut bersedia membantu menagih menyelesaikan hutang pegawai yang
bersangkutan pada BRI apabila terjadi wanprestasi di kemudian hari. g.
memberi kuasa memotong gaji kepada bendaharawan tempat gaji ymp dibayarkan setiap bulannya.
h. Wajib membuka rekening tabungan di BRI Unit yang bersangkutan.
i. Meyerahkan keterangan lain yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
C. Prosedur Pemberian Kredit Kupedes pada PT Bank BRI a. Saat Pendaftaran Kupedes