H. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Standar dan Perjanjian Pendahuluan
Perkataan standart contract merupakan sebuah istilah dalam bahasa Inggris. Dalam Kamus Inggris-Indonesia, kata standart mempunyai berbagai arti
yaitu tiang panji, kelas, ukuran sebagai pedoman. Sedangkan kata contract artinya perjanjian atau hubungan. Dengan memperhatikan arti kedua kata tersebut,
maka standart contract artinya perjanjian dengan menggunakan ukuran tertentu.
36
Pengertian dari perjanjian standar menurut Prof.Mariam Darus Badrulzaman adalah Perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan ke dalam
bentuk-bentuk formil dari rumusan-rumusan perjanjian standar tersebut jelaslah perjanjian standar itu suatu perjanjian tertulis yang dibakukan atau distandarkan
yang dituangkan kedalam bentuk-bentuk formil, kemudian dicetak kedalam jumlah tak terbatas sesuai dengan kebutuhan dan dipergunakan terhadap
perbuatan hukum yang sejenis. Adapun ciri-ciri perjanjian standar adalah sebagai berikut :
1. Isi atau syarat yang diperjanjiakan telah ditetapkan secara sepihak
2. Masyarakat sama sekali tidak dapat menetukan isi atau syarat yang
diperjanjikan. 3.
Masyarakat terdorong oleh kebutuhan terpaksa menerima isi atau syarat yang diperjanjikan, sehingga apabila kemudian akan
mengadakan perubahan isi atau syarat tersebut sama sekali tidak bisa. 4.
Isi atau syarat yang diperjanjikan telah dipersiapkan terlebuh dahulu.
37
Mengenai perjanjian standar ini dapat pula dibagi ke dalam dua golongan yaitu perjanjian standar umum dan perjanjian standar khusus. Yang dimaksud
perjanjian standar umum adalah perjanjian yang bentuk dan isinya telah
36
Gatot Supramono Op.cit hal.173
37
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku Standart dan Perkembangannya di Indonesia, Bandung, Alumni, 1981, hal.97
Universitas Sumatera Utara
dipersiapkan terlebih dulu oleh kreditur, kemudian baru diberikan oleh debitur. Sedangkan perjanjian standar khusus adalah perjanjian yang standarnya telah
ditetapkan oleh pemerintah.
38
Dari pengertian diatas maka perjanjian standar merupakan perjanjian yang bentuknya secara tertulis dan isinya telah ditentukan secara sepihak oleh kreditur,
serta sifatnya memaksa debitur untuk menyetujuinya. Perjanjian yang bentuknya demikian tidak dapat dilakukan secara lisan. Dalam perjanjian standar
mengatakan bahwa kreditur yang menentukan isi perjanjian tersebut, itu dikarenakan ia dipandang memiliki kedudukan ekonomi sosial yang kuat
dibanding debiturnya.
39
Pada umumnya nasabah bersikap menyetujui apa yang tertera di dalam perjanjian standar. Jarang sekali ditemukan ada nasabah yang tidak setuju dengan
perjanjian yang demikian, sebab nasabah dihadapkan pada keadaan yang akan menyulitkan dirinya. Apabila proyek nasabah yang telah disetujui bank tidak
diambil maka proyek nasabah akan menjadi terkatung-katung dan akibatnya proyeknya menjadi gagal. Memang tidak sedikit nasabah yang belum atau tidak
menguasai hukum perjanjian dan hukum perkreditan sehingga pada waktu nasabah dihadapkan pada model kontrak yang demikian cenderung terpaksa untuk
menyetujuinya. Berhubung perjanjian standar bentuk dan isinya ditentukan secara sepihak
serta diberlakukan secara paksaan, dalam hal ini ada hubungannya dengan asas konsensualisme, dimana paksaan dapat dibagi menjadi dua yaitu paksaan fisik dan
38
Gatot Supramono, Op.cit hal.174
39
Ibid , hal 174
Universitas Sumatera Utara
paksaan psikis. Penggunaan perjanjian standar kebanyakan bukan dengan paksaan fisik melainkan paksaan psikis, karena jika menerima perjanjian standar dan
disetujui dengan cara menandatangani debitur merasa khawatir prestasi yang akan diberikan kreditur tidak jadi dilaksanakan. Perasaan takut yang demikianlah yang
dinamakan paksaan psikis, karena debitur tidak merasa bebas dalam memberikan kata sepakat dalam membuat perjanjian .
Dalam perjanjian standar maupun perjanjian-perjanjian yang lain belum pernah terjadi pembatalannya dengan putusan pengadilan. Para pihak belum ada
yang mengajukan permohonan pembatalan perjanjian kepada pengadilan. Meskipun secara teori perjanjian itu mengandung kecacatan hukum, tetapi karena
perjanjian tidak dibatalkan maka perjanjiaannya tetap sah dan mengikat kedua belah pihak serta dapat dilaksanakan.
40
Dalam perjanjian kredit sebagai perjanjian pendahuluan mempunyai arti yaitu perjanjian kredit adalah “perjanjian pendahuluan” dari penyerahan uang.
Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima perjanjian mengenai hubungan-hubungan hokum antara keduannya.
Perjanjian tersebut bersifat konsensual obligatoir perjanjian yang timbul atau berbentuk, mengikat mengikat.
Penyerahan uangnya sendiri, adalah bersifat riil. Jadi pada saat penyerahan uang dilakukan, barulah berlaku ketentuan yang dituangkan dalam model
perjanjian kredit kedua pihak. Dengan terjadinya penyerahan uang barulah dapat dikatakan perjanjian kredit terjadi.
40
Ibid. Hal.176
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan pactum de contralendo. Maksudnya adalah perjanjian ini mendahului perjanjian hutang
piutang pinjam meminjam, sedangkan perjanjian hutang piutang merupakan pelaksanaan dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit.
41
41
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Ctk Kelima, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal.32
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT BERMASALAH
E. Kredit Bermasalah dan Kredit Macet