Risiko dan Pengamanan Kredit 1. Risiko

b. Kredit untuk golongan bukan penduduk, yaitu kredit yang diberikan kepada bukan penduduk Indonesia, baik kepada perorangan, badan-badan, lembaga lembaga serta perusahaan-perusahaan yang tidak berdomisili di Indonesia maupun perwakilan negara-negara asing yang ada di Indonesia beserta anggota yang berstatus diplomatik. 11. Kredit menurut sumber dananya a. Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat, yaitu pemberian kredit karena adanya kelebihan pendapatan dari segolongan anggota masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk simpanan, baik berupa tabungan, deposito, maupun sertifikat deposito. b. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan yang baru, yaitu pemberian kredit yang dananya dibiayai oleh penambahan uang terhadap uang yang beredar yang telah ada, sehingga terdapat penambahan daya beli baru yang bersumber dari penciptaan uang tersebut.

G. Risiko dan Pengamanan Kredit 1. Risiko

Dalam setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada risiko, hal ini sudah merupakan suatu hal yang biasa pada suatu kredit, walaupun satu sama lainnya mempunyai bobot yang berbeda-beda. Begitu juga dalam hal pemberian kredit ada terkandung risiko yang terlebih dahulu harus dipahami, karena risiko ini juga akan menjadi kendala bagi keberhasilan proses perkreditan tersebut. 30 30 Teguh Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil Edisi Kedua, Yogyakarta, BPFE,1989, hal 69 Universitas Sumatera Utara Untuk memudahkan pemahaman tentang risiko dan pengamanan kredit, terlebih dahulu diuraikan pengertian apa yang dimaksud dengan “Risiko” dan bagaimana kejadian risiko serta dan apa akibat dari timbulnya risiko. Risiko adalah sebagai peluang terjadinya hasil outcome yang buruk. Definisi tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya outcome tersebut dapat diperkirakan. Kejadian risiko risk event adalah sebagai terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan potensi kerugian yaitu terjadinya sebuah out come yang buruk. Sedangkan Risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai konsekwensi langsung atau tidak langsung dari kejadian risiko. 31 Dalam operasional bank, risiko yang dihadapi sangat bervariasi dan memiliki spesifikasi serta membutuhkan pengelolaan yang khusus melalui regulasi perbankan. Kebutuhan untuk meregulasi bank sebagai institusi bermula dari adanya risiko yang melekat inherent pada sistem perbankan. Tidak seperti industri mobil, bank menawarkan sebuah produk yang digunakan oleh setiap nasabah, baik komersial maupun perorangan, yaitu uang. Oleh karena itu kegagalan dari sebuah bank baik kegagalan sebagian maupun keseluruhan, dapat menimbulkan dampak perekonomian secara menyeluruh dan disebut dengan “Risiko sistematik”. Risiko sistematik adalah risiko kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan 31 Global Association of Risk Profesionals, Indonesia Certificate in Banking Risk And Regulation, Jakarta, 2007, BSMR, hal A:4 Universitas Sumatera Utara dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanya dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh pegawai, nasabah dan pemegang saham. Walaupun tidak setiap orang mengenal istilah risiko sistemik, banyak orang mengetahui apa yang dimaksud dengan “bank rush” yaitu penarikan dana besar-besaran dari bank. Hal ini dapat terjadi saat sebuah bank tidak dapat memenuhi kewajibannya atau dengan kata lain bank tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar para deposan yang ingin menarik dana mereka. 32 Secara umum risiko yang dihadapi oleh perbankan yang telah ditetapkan Bank Indonesia melalui Badan Sertifikasi Manajemen Risiko BSMR dalam rangka sertifikasi manajemen risiko diuraikan sebagai berikut : Hal tersebut diatas bisa saja terjadi karena kredit yang disalurkan oleh bank tersebut tidak dapat dikembalikan para debitur-debitur yang disebabkan berbagai faktor yang akan dijelaskan pada uraian berikutnya. a. Risiko Pasar Didefenisikan sebagai kerugian baik pada posisi on- maupun off- balance sheet yang timbul dari pergerakan harga pasar. Istilah risiko pasar digunakan untuk menyebut kelompok risiko yang timbul dari perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan hal-hal lain yang nilainya ditentukan pasar, misal ekuitas dan komoditi. 32 Ibid, hal A: 7 Universitas Sumatera Utara b. Risiko Operasional operasional risk Adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal. c. Risiko Kredit Adalah sebagai risiko kerugian yang terkait dengan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya; atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. d. Risiko-risiko lainnya Selain risiko-risiko yang disebutkan diatas ada beberapa jenis risiko yang tidak seacara spesipik dicakup dalam regulasi tetapi penting dipertimbangkan berbagai risiko dalam menghitung modal berbasis risiko yaitu : 1 Risiko Bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi kompetitif bank dan prospek bank untuk berkembang dalam pasar yang senantiasa berubah. Risiko bisnis juga meliputi antara lain prospek jangka pendek dan jangka panjang terhadap produk dan jasa yang ada. 2 Risiko Strategis adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang diambil oleh direksi bank. Risiko strategis juga dapat dikaitkan dengan implementasi strategi tersebut. 3 Risiko Reputasi adalah risiko terjadinya potensi kerusakan bagi perusahaan yang diakibatkan oleh opini publik yang negatif. Universitas Sumatera Utara Selain kerugian keuangan secara langsung, kejadian risiko pada bank juga dapat berdampak pada stakeholder bank tersebut, pemegang saham, pegawai dan nasabah serta pada perekonomian. Secara umum, para pemegang saham dan pegawai terkena pengaruh secara langsung, namun tidak demikian halnya pada nasabah sehingga dampak kejadian risiko tersbut tidak terlihat dengan jelas. Risiko kerugian secara tidak langsung ini yang memiliki dampak ekonomis. 33

2. Pengamanan Kredit

Menurut Johannes Ibrahim, bahwa dalam hubungannya dengan pemberian kredit, jaminan hendaknya dipertimbangkan mengingat dua faktor yaitu sebagai berikut : a. Secured artinya jaminan kredit dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan . Jika di kemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka pemberi kredit memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi. b. Marketable artinya jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dan segera dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur. 34 Dengan mempertimbangkan kedua faktor tersebut , jaminan yang diterima oleh bank dapat meminimalkan risiko dalam penyaluran kredit sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Dengan demikian betapa pentingnya keberadaan jaminan dalam pemberian kredit. Apabila debitur tidak dapat melunasi kredit sesuai dengan perjanjian, maka hak kebendaan yang 33 Ibid hal. A:29 34 Johannes Ibrahim, Cross Default dan Cross Collateral sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah, Bandung, PT.Refika Aditama, 2004, hal.71 Universitas Sumatera Utara dijadikan jaminan kredit oleh kreditur akan dieksekusi untuk memenuhi pembayaran utang debitur yang bersangkutan. Kredit-kredit yang diberikan oleh pihak bank perlu diamankan. Tanpa adanya pengamanan, bank sulit mengelakkan risiko yang datang, sebagai akibat dari prestasi nasabah. Pengamanan kredit merupakan suatu mata rantai kegiatan bank dan aspek yang penting dalam manajemen kredit, karena proses pengamanan berjalan terus. Langkah-langkah yang diambil bank dalam mengamankan kreditnya, pada pokoknya dapat digolongkan sebagai berikut : a. Pengamanan Prefentif adalah pengamanan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan kredit. b. Pengamanan Represif adalah pengamanan yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit-kredit yang telah mengalami ketidaklancaran atau kemacetan debius. 35 Dari uraian-uraian yang diatas maka terdapat pula hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Penyerahan kredit yang baik dari jumlah kredit yang diberikan yang diberikan sehingga terjadi konsentrasi dalam pemberian kredit kepada sejumlah kecil debitur. b. Penetapan asuransi atas barang jaminan c. Memanfaatkan lembaga asuransi kredit, yaitu dengan mengansuransikan kredit yang diberikan. d. Memenuhi syarat suatu perjanjian, menurut Pasal 1320 KUHPerdata syarat sahnya perjanjian adalah : 35 Edy Putra Tje’Aman, Kredit Perbankan-Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta,Liberty, 1989, hal.39 Universitas Sumatera Utara 1 Sepakat mereka yang mengikatkan diri, kesepakatan merupakan kesesuaian kehendak mereka yang mengikatkan diri. Kata sepakat muncul dari kemauan bebas dari para pihak yang dinyatakan dalam isi perjanjian. Peryataan tersebut dapat dinyatakan secara tegas baik lisan maupun tertulis. 2 Cakap untuk membuat suatu perjanjian. Sesuai dengan Pasal 1329 KUH Perdata, “Setiap orang adalah cakap membuat perikatan-perikatan jika ia oleh Undang-Undang tidak dinyatakan tidak cakap. 3 Mengenai suatu hal tertentu, suatu hal tertentu menyangkut obyek umum perjanjian atau mengenai bendanya. Obyek perjanian harus jelas, syarat ini diperlukan untuk menetukan hak dan kewajiban para pihak jika terjadi permasalahan. 4 Suatu sebab yang halal, sebab yang halal berkaitan dengan isi perjanjian, apakah isi perjanjian dilarang oleh Undang-Undang, bertentangan dengan ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan seperti yang tercantum dalam Pasal 1337 KUHP. Sesuai dengan pemahaman yang telah dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengamanan kredit yang dilkukan oleh pihak bank pada dasarnya adalah untuk memperkecil terjadinya risiko atau bahkan menghilangkan risiko yang akan timbul maupun yang sudah timbul. Klausula-klausula yang dimasukkan dalam suatu perjanjian kredit tersebut seharusnya tidak berat sebelah sehingga dapat melindungi kepentingan kedua belah pihak yaitu kepentingan bank dan kepentingan debitur itu sendiri. Universitas Sumatera Utara

H. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Standar dan Perjanjian Pendahuluan