F. Faktor Penyebab Timbulnya Kredit Bermasalah di PT. Bank Sumut Cabang Kisaran
Dalam menguraikan faktor-faktor timbulnya kredit bermasalah pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi nasabah dan
sisi bank. Kemudian faktor yang muncul dari sisi nasabah dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu “internal dan eksternal nasabah”.
1. Sisi Internal Nasabah
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kredit bermasalah dari sisi internal nasabah disebabkan kelemahan dalam beberapa hal antara lain sebagai
berikut : a.
Keuangan Salah satu contoh nyata adalah yang menyangkut dengan keuangan
seorang debitur. Debitur yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pengusaha perkebunan kelapa sawit yang dibiayai dengan fasilitas Kredit
Usaha Perkebunan Kelapa Sawit KUPS. Pada saat usahanya berjalan normal dan harga komoditas kelapa sawit dengan harga Rp. 1700kg,
debitur tersebut mampu membayar kewajibannya kepada pihak bank baik angsuran pokok maupun angsuran bunga setiap bulannya dan bahkan
masih mampu menyisihkan sebahagian dari hasil yang diperoleh sebagai tabungan setiap bulannya. Dari penyisihan sebahagian penghasilan usaha
kebun kelapa sawit tersebut, debitur tergiur untuk membuat suatu usaha dibidang peternakan, yaitu ternak bebek. Untuk mewujudkan harapan
debitur, maka debitur mempergunakan tabungan yang telah disisihkan dari
Universitas Sumatera Utara
hasil kebun kelapa sawit untuk pembuatan kandang dan pembelian bibit. Pada saat proses pembangunan sarana dan prasarana ternak bebek diluar
dugaan debitur harga komoditas kelapa sawit turun secara drastis dari harga Rp. 1700kg menjadi harga terendah pada saat itu sebesar Rp.
900kg. Dengan kejadian itu maka debitur tidak mampu membayar kewajibannya kepada bank baik angsuran pokok maupun angsuran bunga.
b. Pemasaran
Bahwa aspek pemasaran dalam pemberian kredit memiliki peranan yang sangat penting dalam penilaian atau analisa kredit. Hal ini dapat
dipastikan bahwa sebesar apapun produktivitas suatu usaha tanpa adanya permintaan pasar maka perusahaan tersebut tidak akan berjalan
sebagaimana diharapkan dan bahkan akan mengalami kerugian. Dalam hal ini dapat dikemukakan salah satu kegiatan usaha debitur yang gagal
mengembalikan kredit yang disebabkan faktor pemasaran produk, yaitu usaha industri kerajinan rotan. Jenis-jenis produk yang dihasilkan dari
usaha tersebut cukup berkualitas dan berpariasi antara lain berupa kursi tamu, sofa, tempat majalah, keranjang parsel dan lain sebagainya. Tenaga
kerja untuk usaha industri ini didatangkan dari pulau Jawa dengan maksud menjaga kualitas dan modifikasi produk dengan harapan mampu bersaing
dipasar lokal maupun pasar regional. Penjualan produk kerajinan rotan ini sangat dipengaruhi oleh musim yaitu pada saat menjelang hari besar.
Disisi lain tenaga kerja membutuhkan kontinuitas biaya setiap bulannya tanpa mengenal penjualan pada musim tertentu, sehingga produk yang
Universitas Sumatera Utara
dihasilkan tidak terjual langsung dipasaran tetapi dilakukan penyimpanan sambil menunggu pemasaran menjelang hari-hari besar. Jika dikaitkan
dengan fasilitas kredit yang dinikmati berupa Kredit Angsuran Lainnya KAL yang menuntut pengembaliannya harus dilakukan setiap bulan baik
berupa angsuran pokok maupun angsuran bunga. Dari kondisi ini pengusahadebitur dituntut kemampuannya untuk memasarkan produk
yang dihasilkan sehingga kewajiban kepada bank setiap bulannya dapat ditutupi. Faktanya debitur tersebut tidak mampu memasarkan produk
setiap bulannya tetapi sangat tergantung kepada momentum pasar tertentu. Alasan lain yang membuat pemasaran produk tidak berjalan sebagaimana
diharapkan antara lain tidak dilakukannya promosi, sistem diskon disamping keterbatasan tenaga pemasar.
c. Produksi
Dalam menjalankan suatu usaha yang berproses produksi sangat ditentukan oleh ketersediaan komponen-komponen poroduksi seperti
bahan mentah, bahan setengah jadi dan bahkan bahan pendukung. Pada kesempatan ini akan diuraikan salah satu jenis usaha yang mengalami
kegagalan dalam membayar kewajibannya kepada pihak bank adalah usaha industri sepatu yang dibiayai dengan fasilitas Kredit Modal Kerja
dengan sistem rekening koran. Permasalahannya adalah; pada saat pengajuan kredit kepada bank tidak ditemukan adanya kejanggalan
kejanggalan aspek, baik dari segi peralatan, tenaga kerja, pemasaran maupun pasokan bahan baku utama berupa kulit dan lain-lain sehingga
Universitas Sumatera Utara
kredit dinilai layak untuk dibiayai. Setelah usaha tersebut berjalan kurang lebih satu tahun ditemukan permasalahan yaitu keterbatasan bahan baku
utama berupa kulit yang diperoleh dari Jakarta yang diakibatkan pengusaha importir kesulitan mendatangkan kulit ke Indonesia akibat
kenaikan harga. Pada saat itu terjadi maka industri tersebut kesulitan untuk menjalankan usahanya menunggu sampai adanya pasokan bahan baku
dengan harga yang terjangkau. Selama produksi usaha mengalami gangguan maka fasilitas kredit yang dinikmati pun kualitasnya menjadi
bermasalah dengan kata lain “macet”. d.
Legal Faktor legalitas yang mengakibatkan kredit menjadi bermasalah
dalam hal ini dilihat dari legalitas barangharta berupa benda tidak bergerak dalam bentuk tanah dan bangunan rumah. Bukti pemilikan
jaminan tersebut telah Sertifikat Hak Milik yang menurut pihak bank telah memiliki legalitas formal sebagai sesuatu benda yang dapat diperjanjikan
untuk menjamin pengembalian kredit yang diperoleh debitur. Faktanya peralihan hak atas tanahbangunan rumah yang dijadikan sebagai jaminan
kredit tersebut belum sepenuhnya memenuhi unsur jual-beli, dimana antara penjual dan pembeli debitur sepakat untuk menyelesaikan
sebagian pembayaran pada saat fasilitas kredit yang akan dimohon debitur direalisasi, sementara proses jual beli terlebih dahulu dilaksanakan. Pada
saat dilakukan peralihan hak kepada debitur maka pihak Notaris tidak mengetahui adanya perjanjian dibawah tangan tersebut dan menurut
Universitas Sumatera Utara
kesaksiannya sudah memenuhi unsur-unsur jual beli sehingga proses balik nama dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kenyataan yang terjadi
adalah si Debitur wanprestasi terhadap perjanjian dibawah tangan untuk menyelesaikan kekurangan pembayaran atas tanahbangunan yang
dijadikan sebagai jaminan kredit. Setelah fasilitas kredit yang dinikmati debitur berjalan beberapa bulan, si penjual menagih kekurangan
pembayaran sebagaimana diperjanjikan. Berbagai upaya tuntutan yang dilakukan oleh si penjual kepada Debitur, sehingga debitur dengan
terpaksa harus membayar dengan sumber dana mengurangi modal kerja yang diberikan oleh bank melalui fasilitas kredit.
57
2. Sisi Eksternal Nasabah
Faktor eksternal yang mengakibatkan kegagalan usaha debitur biasanya bersifat umum atau dengan kata lain pengaruhnya bukan hanya kepada
seorang debitur, melainkan kepada usaha-usaha yang terimbas dari pengaruhgejolak oleh suatu kejadian. Dalam hal ini faktor penyebab
terjadinya kegagalan usaha dilihat dari beberapa jenis pengaruhgejolak yaitu sebagai berikut :
a. Gejolak ekonomi
Sebagaimana diketahui bahwa kondisi perekonomian dapat berubah sewaktu-waktu yang diakibatkan antara lain oleh adanya
kebijaksanaan baru yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan tercapainya stabilitas ekonomi secara menyeluruh, misalnya kebijakan
57
Hasil wawancara dengan Bapak H. Endar Sakti Pane, Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Kisaran, tanggal 24 April 2013
Universitas Sumatera Utara
pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. Kenaikan harga ini berpengaruh langsung bagi usaha industri yang kesehariannya
memproduksi suatu barang dengan menggunakan peralatan mesin yang penggeraknya menggunakan bahan bakar minyak. Dengan demikian
secara langsung terjadi pertambahan biaya produksi, sementara harga jual produk tidak mengalami kenaikan.
b. Force Majeurbencana alam
Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan usaha dalam hal ini adalah suatu kejadian yang tidak dapat diperkirakan tetapi mempunyai
efek yang sangat vital, dan biasanya terjadi pada suatu kawasandaerah tertentu. Bencana alam yang dimaksudkan disini antara lain gempa bumi,
tanah longsor, banjir, dan lain-lain yang mengakibatkan runtuhnya suatu gedung tempat usaha, terhambatnya transfortasi pengangkutan bahan baku
dan hasil produksi. Kejadian ini dapat dipastikan akan melumpuhkan kegiatan suatu usaha debitur. Suatu contoh yang terjadi kepada salah
seorang debitur PT.Bank Sumut Cabang Kisaran yaitu usaha perkebunan sawit yang dilanda banjir besar pada bulan Maret 2013 yang lalu. Akibat
terjadinya banjir tersebut panen kelapa sawit tidak dapat dilakukan karena sarana jalan menuju lokasi tergenang.
Dari sisi bank yang menyebabkan terjadinya kegagalan seorang debitur dalam hal pengembalian pinjamannya secara umum adalah kurang cermat dalam
melakukan analisis kelayakan permohonan kredit dari calon debitur. Dalam hal analisa tidak dilakukan secara professional, hal ini dapat terjadi karena kualitas
Universitas Sumatera Utara
sumber daya manusia dan kurangnya pengalaman dan keterbatasan pengetahuan dari petugas bank. Kurangnya pengawasan dari pihak bank dalam kegiatan
pemantauan penggunaan kredit serta perkembangan kegiatan usaha maupun kondisi keuangan debitur. Jika hal ini dilakukan secara cermat maka bank dapat
mengambil langkah koreksi apabila terjadi penurunan kondisi usaha debitur atau mengoreksi penyimpangan dari yang diperjanjikan dalam surat perjanjian kredit.
58
Salah satu contoh kelemahan yang dilakukan oleh petugas bank adalah kesalahan didalam menilai suatu asset yang dijadikan sebagai jaminan kredit.
Suatu asset berupa berupa kebun sawit yang seyogyanya harga per hektarnya baru mencapai Rp.60.000.000,- tetapi dinilai dengan harga Rp.100.000.000,- per
hektar. Akibatnya debitur kurang berminat mengembalikan pinjaman yang dinikmatinya sebagaimana diperjanjikan karena jumlah uang yang diterimanya
jauh lebih besar daripada nilai asset yang dijaminkannya.
G. Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran