Kredit Bermasalah dan Kredit Macet

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT BERMASALAH

E. Kredit Bermasalah dan Kredit Macet

Perjanjian kredit perbankan di Indonesia mempunyai arti yang khusus dalam rangka pembangunan, tidak merupakan perjanjian pinjam meminjam uang biasa. Perjanjian kredit menyangkut kepentingan nasional. Hal ini dapat dibaca dari penjelasan Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 yang antara lain menyatakan sebagai berikut : Perbankan memiliki peranan yang strategis di dalam trilogi pembangunan, karena perbankan adalah suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan nasional dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana itu berkaitan erat dengan kepentingan umum, sehingga perbankan wajib menjaga dengan baik dana yang dititipkan masyarakat tersebut. Perbankan harus dapat menyalurkan dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan. Menghimpun dan menyalurkan dana tersebut merupakan salah satu usaha dari perbankan. Untuk melaksanakan peran tersebut, perbankan harus memiliki perangkat hukum yang ampuh solid baik yang menjadi dasar hukumnya maupun perangkat hukum operasionalnya. 42 Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi 42 Rachmadi Usman, Aspek – Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 221 Universitas Sumatera Utara pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. Ada beberapa pengertian kredit bermasalah yaitu antara lain sebagai berikut : 1. Kredit yang didalam pelaksanaannya belum mencapaimemenuhi target yang diinginkan oleh pihak kreditur, 2. Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi kreditur dalam arti luas, 3. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga,denda keterlambatan serta ongkos-ongkos kreditur yang menjadi beban nasabah bersangkutan, 4. Kredit dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan debitur sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi kreditur 43 Kredit bermasalah tidak muncul dengan seketika namun terdapat gejala awal atau sinyal bahwa kredit yang telah diberikan memperlihatkan berpotensi menjadi kredit bermasalah. Setiap pejabat dan petugas kredit di bank harus memahami gejala tersebut. Beberapa indikator yang dapat memberikan sinyal atau gejala awal dari kredit tersebut, dimana dalam laporan keuangan yang disampaikan debitur kepada bank memperlihatkan atau mencerminkan kesulitan keuangan dan gejala lainnya diluar kondisi laporan keuangan debitur. Gejala awal terhadap kredit bermasalah dapat dilihat dan diperhatikan dari laporan keuangan yang disampaikan oleh debitur kepada bank, antara lain : 43 httpid.shvooong.com…5291-pengertian-kredit-bermasalah, diakses pada tanggal 14 April 2013 Universitas Sumatera Utara 1. Debitur memperlihatkan perubahan sikap seperti pola komunikasi menjadi kurang lancarbaik, berusaha menghindar, sering terlambat memberikan laporan atau data yang diminta bank. 2. Laporan penjualan menurun dibandingkan periode-periode sebelumnya dan perputaran stok berjalan lambat. 3. Panggilan telepon dari bank tidak dijawab 4. Penurunan tajam nominal rekening nasabah 5. Terjadi penarikan atau penolakan cekbilyet giro kosong 6. Sering terlambat membayar kewajiban kredit 7. Terjadi penggantian tenaga kerja atau tenaga ahli secara mendadak 8. Terjadi kenaikan aktiva tetap yang tajam yang bersumber dari aktiva lancer 9. Terjadi penurunan yang tajam pada aktiva tetap 10. Terjadi kenaikan yang tajam pada hutang jangka panjang dan lain sebagainya 44 Dalam pembahasan mengenai kredit bermasalah maka dapat disangkutpautkan kepada kredit yang lebih memiliki persoalan yang sudah sangat signifikan, yaitu disebut dengan kredit macet. Kredit macet adalah suatu keadaan dimana debitur sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Istilah kredit macet dipergunakan dalam lingkungan perbankan berdasarkan Surat edaran Bank Indonesia No. 264BPPP tanggal 29 Mei 1998, dimana kredit bank dibagi dalam empat kategori, yaitu : 1. Kredit lancar 2. Kredit dalam perhatian khusus 3. Kredit kurang lancar 4. Kredit diragukan 5. Kredit Macet. 45 44 Ibid, hal.17 45 S. Mantayborbir, et.al., Pengurusan Piutang Macet Pada PUPNBUPLN Kajian Teori dan Praktik, Selanjutnya disingkat S. Mantayborbir, et.al., I, Pustaka Bangsa, Jakarta, 2001, hal. 27. Universitas Sumatera Utara Kemudian empat kategori yang sama juga dikenal dalam Pasal 12 ayat 3 Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. 46 Ditinjau dari KUH Perdata, maka yang dimaksud dengan macet adalah tidak memenuhi kewajiban dalam suatu perjanjian dalam hal ini perjanjian kredit. Apa yang menjadi motif dari ingkar janji wanprestasi itu tidak dipersoalkan. Untuk perjanjian timbal balik, maka hak kreditur terhadap debitur adalah menuntut agar pinjaman itu dikembalikan dengan seluruh persyaratan yang terdapat di dalam perjanjian kredit itu Pasal 1243 KUH Perdata dan seterusnya. Jika ditinjau perjanjian kredit perbankan dalam kaitannya dengan ingkar janji, acuannya adalah ketentuan pinjam-meminjam uang. Pendekatan demikian belum dapat memecahkan seluruh masalah yang terkait dengan kredit macet, karena pengertian kredit tidak hanya terbatas dalam perjanjian kredit yang terdapat di dalam Pasal 1 angka 11 UU Perbankan saja. Perjanjian kredit mempunyai arti yang luas, karena ada sejumlah perjanjian yang diatur di dalam UU Perbankan yang namanya bukan perjanjian kredit, akan tetapi karakternya menunjukkan perjanjian kredit. Misalnya, perjanjian anjak piutang, perjanjian sewa guna usaha, perjanjian kartu kredit perjanjian kuasi kredit. Di dalam perjanjian tersebut terdapat juga kemacetan, hanya belum diangkat ke permukaan. Dilihat dari perangkat aturan yang sudah ada mengenai kredit perbankan hingga saat ini seyogianya kemacetan itu tidak akan terjadi karena UU Perbankan telah memberikan pengawasan yang ketat terhadap perjanjian kredit dan juga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan yang jika pengawasan 46 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal. 66. Universitas Sumatera Utara ini tidak diperhatikan. Bank Indonesia dan Menteri keuangan berwenang memberikan sanksi administratif. Namun kenyataan yang menunjukkan keadaan kredit macet itu sedemikian rupa, sehingga dapat mengakibatkan hal yang fatal bagi pembangunan, maka harus dicarikan penyelesaian yang bersifat menyeluruh. Dalam rangka menanggulangi kemacetan dalam perjanjian kredit tersebut, perlu diteliti perangkat aturan yang berkaitan dengan perjanjian kredit, perjanjian jaminan, dan persepsi tentang implementasi dari aturan hukum tersebut. Ada berbagai persoalan yang melatar belakangi sehingga timbulnya kredit macet. S. Mantayborbir et.al. membagi penyebab terjadinya kredit macet adalah “faktor internal dan faktor eksternal”. 47 Faktor internal adalah sangat berkaitan dengan analisa kredit yang kurang tajam, sistem pengawasan dan administrasi kredit yang kurang baik atau tidak dimilikinya sistem pengawasan yang tertib. Keadaan tersebut dapat menyebabkan management kurang dapat memantau usaha debitur serta portofolio perkreditan secara keseluruhan. Sebagai akibat kurangnya management, dapat dilakukan tindakan koreksi dengan segera, apabila diketemukan penyimpangan- penyimpangan. Sedangkan faktor eksternal adalah yang dapat mempengaruhi kualitas kredit antara lain adalah kondisi perekonomian yang tidak mendukung pengembangan usaha debitur, dan on will dari debitur sendiri. 48 47 Ibid, hal.42. 48 Basuki Rahmat, Tekad dan Semangat Terpadu Antara MA-RI, Bank Indonesia, BPN dan PUPN Dalam Mengoptimalkan Penagihan Piutang Negara, Kumpulan Makalah dan Hasil Diskusi Panel I Sampai IV Pengurusan Piutang dan Lelang Negara, Jakarta, Dep. Keuangan RI dan BUPLN, 1998, hal. 196-197. Universitas Sumatera Utara Secara umum ada tiga hal kelompok faktor yang menyebabkan kredit bermasalah yaitu : “1. Kondisi ekonomi makro 2. Kondisi dan alokasi sumber dana 3. Kondisi internal perbankan”. 49 Kondisi ekonomi makro adalah pertumbuhan ekonomi, kestabilan harga dan stabilitas ekonomi makro, serta tingkat distorsi dalam perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencerminkan pula tingginya tingkat pengembalian investasi rate of return of invesment. Dilihat secara umum, sejak dilakukannya deregulasi, tingkat pengembalian investasi di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 22-29. Hal ini menunjukkan dengan tingkat bunga yang berlaku sekarang, investasi di Indonesia sangat menguntungkan sehingga tidak ada alasan bagi perusahaan mengalami kesulitan membayar kembali hutangnya. Begitu pula dengan tingkat inflasi, walaupun dalam beberapa tahun terakhir sedikit lonjakan, praktis tingkat inflasi di Indonesia masih dapat terkendali, sehingga dapat menjaga kestabilan daya beli masyarakat. Kestabilan daya beli ini tercermin dari relatif tinggi dan stabilnya tingkat pertumbuhan konsumsi masyarakat, sekitar 4-6 per tahun. Yang menjadi masalah dalam kondisi ekonomi makro ini adalah fluktuasi yang tajam dari suku bunga Tahun 1986, tampaknya telah terjadi penurunan kredibilitas kebijakan pemerintah yang tercermin dari dua hal, yaitu besarnya selisih tingkat bunga di 49 S. Mantayborbir, et. al., I, Op.Cit, h. 42. Universitas Sumatera Utara dalam dan luar negeri dan makin pendeknya waktu jatuh tempo penempatan dana deposito. Penggunaan kredit yang menyimpang dari tujuan yang telah diperjanjikan, akan dapat mengakibatkan kemacetan kredit. Kredit untuk modal kerja apabila dipakai oleh debitur untuk investasi adalah contoh dari penyimpangan penggunaan kredit. Terlambatnya pembayaran bunga dan atau tersendatnya angsuran pokok merupakan indikator bahwa kredit menjurus macet. Apabila kredit menjadi macet sama sekali, maka dapat ditetapkan suatu kriteria untuk menentukan suatu kredit itu macet.

F. Penggolongan Kredit Bermasalah