Pembahasan Tampilan Kekerasan Dalam Film (Studi Analisis Isi Tentang Kekerasan Fisik dan Psikologis Dalam Film“The Raid: Redemption” Karya Gareth Evans)

84 Universitas Sumatera Utara Dari 8 delapan kekerasan fisik, reliabilitas antar koder menunjukkan angka di atas 70 , hanya pada unit analisis menampar yang menunjukkan persentase dibawah 70 yang artinya meragukan. Adegan menampar mirip dengan adegan memukul, kedua adegan ini sama-sama menggunakan tangan. Gerakan tangan yang cepat dalam adegan ini mempengaruhi relasi antar koder dalam adegan menampar. Walaupun uji reliabilitas antar koder adegan menampar meragukan, deviasi dengan standar minimum hanya berjarak 3. Adapun persentasi uji reliabilitas kekerasan fisik antar koder sebagai berikut: memukul 99; menampar 67; mencekik 93; menendang 99; melempar 93; melukai 98; menganiaya 89; membunuh 95. Dari hasil reliabilitas antar koder, menunjukkan bahwa penelitian ini sudah cukup representatif mewakili penelitian analisis isi kekerasan fisik dalam film The Raid: Redemption. Pada penelitian analisis isi kuantitatif, reliabilitas antar koder menunjukkan bahwa penelitian ini tidak bersifat subjektif, tetap mengedepankan unsur objektifitas di dalamnya. Sementara reliabilitas antar koder kekerasan psikologis menunjukkan angka sebagai berikut: berteriak-teriak 91; menyumpah 98; mengancam 90; merendahkan 87; mengatur 81; melecehkan 96; menguntit 80 dan memata-matai 100. Reliabilitas antar koder kekerasan psikologis berada di atas 70 artinya penelitian yang dilakukan sudah merepresentasikan penelitian analisis isi film The Raid: Redemption. Angka 70 menunjukkan bahwa penelitian ini tidak bersifat subjektif.

4.3 Pembahasan

Film The Raid: Redemption merupakan film Indonesia bergenre action yang disutradarai oleh Gareth Evans, sineas asal Wales. Sutradara asing ini telah menunjukkan kecintaannya terhadap olahraga khas bangsa Indonesia, yaitu pencak silat melalui film-film sebelumnya seperti film Merantau. Film The Raid: Redemption diproduksi pada tahun 2012 oleh PT Merantau Films. Sejak awal, film ini berorientasi ke luar negeri daripada pasar lokal. Keberhasilan film ini mendapatkan penghargaan The Caddilac People’s Choice Award dalam ajang “Toronto International Film Festival TIFF ke-36” merupakan bukti kesuksesan film The Raid: Redemption di luar negeri. Pasca 85 Universitas Sumatera Utara sukses di TIFF, The Raid: Redemption kembali menghasilkan prestasi, antara lain terpilih sebagai satu dari sebelas film dunia kategori Spotlight karya yang paling disukai panitia dalam Festival Film Sundance, The Best Film dan Audience Award 2012 dalam “Jameson Dublin International Film Festival”, serta film laga Indonesia pertama yang disertakan dan ditayangkan dalam “SXSW Film Festival 2012” di Austin, Texas, dan Amerika Serikat. Film The Raid: Redemption dikemas dengan durasi 101 menit yang banyak menampilkan adegan kekerasan sehingga memaku penonton untuk terus duduk di kursi masing-masing sampai akhir film. Kombinasi antara silat dari berbagai aliran dengan senjata api dan pisau membuat adegan-adegan kekerasan dalam film ini terasa nyata. The Raid: Redemption sejak awal telah dirancang untuk menjadi film trilogi sehingga akan ada film kedua dan ketiga tanpa menghilangkan seni bela diri silat didalamnya. Hal ini yang membuat peneliti memilih film The Raid: Redemption sebagai film yang patut diteliti intensitas adegan-adegan kekerasannya. Intensitas kekerasan film The Raid: Redemption menunjukkan jumlah yang cukup signifikan. Dari delapan sequence dalam film ini, kekerasan fisik mendominasi dengan sebesar 85,2. Kekerasan fisik memukul merupakan adegan mayoritas dari keseluruhan kekerasan fisik. Adegan memukul terjadi sebanyak 413 kali atau 42,1 persen. Adegan memukul paling banyak terjadi pada sequence 8 delapan sebanyak 82 kali atau 19,85. Pada sequence 8 delapan Rama mendapat pertarungan sengit dari Mad Dog. Mad Dog yang diperankan oleh Yayan adalah anak buah Tama. Tama sebagai bos mafia yang memiliki gedung perlindungan terhadap penjahat memerintahkan Mad Dog untuk menghabisi Rama. Dalam pertarungan ini Rama dibantu oleh abangnya, Andi. Andi sebelumnya adalah tangan kanan Tama yang juga abang kandung Rama. Pertarungan yang terjadi diantara ketiganya banyak menggunakan tangan kosong. Ini merupakan esensi dari nilai seni bela diri silat. Berbeda degan seni bela diri lain misalnya Taekwondo yang banyak menggunakan kaki. Silat lebih banyak menggunakan kecepatan tangan. Kondisi ini membuat adegan memukul menjadi mayoritas kekerasan fisik. 86 Universitas Sumatera Utara Sementara adegan kekerasan psikologis hanya sebesar 14,8. Adegan berteriak-teriak menjadi mayoritas adegan kekerasan psikologis dalam film The Raid: Redemption. Adegan berteriak-teriak berjumlah 34 kali atau 22,9 dari keseluruhan kekerasan psikologis. Adegan berteriak-teriak terhitung 11 kali atau 32,35 pada sequence 3 tiga. Sequence dimulai dengan pengumuman Tama sang bos mafia akan kehadiran pasukan SWAT di gedung mereka. Pengumuman ini dikeluarkan setelah Tama mendapatkan laporan tentang kedatangan pasukan SWAT. Serangan mendadak ini mengejutkan Ray Sahetapy Tama dan ia pun berteriak-teriak panik. Kemudian ia menginstruksikan kepada seluruh penjahat di gedung untuk menghabisi setiap anggota SWAT yang ada. Instruksi itu cukup emosional, karena Tama merasa terancam keberadaannya. Pertarungan antara pasukan SWAT dan anak buah Tama pun tidak terelakkan. Pertarungan diawali dengan tembak-menembak di koridor gedung yang gelap. Kondisi gelap ini membuat banyak adegan dikenali melalui suara teriakan. Tembakan silih berganti dan menimbulkan banyak teriakan. Setelah itu adegan dilanjutkan dengan perkelahian tangan kosong. Berkaitan dengan efek tayangan media, banyak penelitian yang menunjukkan efek kekerasan media massa. Sejumlah hipotesis telah diajukan sehubungan kemungkinan dampak tayangan kekerasan di media pada perilaku media. Salah satu hipotesis itu adalah hipotesis rangsangan stimulation hypotesis, yang menyatakan bahwa menyaksikan tayangan kekerasan di media menyebabkan peningkatan perilaku agresif. Teori dampak kekerasan media didukung dengan adanya teori pembelajaran sosial. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa banyak pembelajaran manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang menampilkan perilaku yang beraneka ragam. Individu mempelajari tingkah laku melalui pengalaman orang lain yang dilihatnya. Film merupakan salah satu media yang audiovisual. Kita tidak hanya mendengar suara tapi dapat melihat secara langsung. Film The Raid: Redemption berdasarkan penelitian dari peneliti terdapat banyak adegan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikologis. Berdasarkan teori dampak kekerasan media dan teori pembelajaran sosial, 87 Universitas Sumatera Utara penonton film The Raid: Redemption memiliki kecenderungan untuk meniru adegan kekerasan dalam film ini. Film aksi action bertujuan membuat tegang penontonnya seperti pada film petualangan. Tapi film aksi lebih menekankan pada aksi kekerasan fisik maupun bentuk kekerasan lain. Film The Raid: Redemption termasuk ke dalam jenis film aksi. Adegan film The Raid: Redemption berusaha menghadirkan ketegangan kepada penontonnya. Film The Raid: Redemption memiliki intensitas adegan kekerasan yang banyak. Frekuensi adegan kekerasan ini memiliki kecenderungan yang kuat untuk mempengaruhi penonton. Sesuai dengan teori pembelajaran sosial, asumsi dasar dari teori ini adalah peniruan perilaku. Individu yang menonton tayangan kekerasan dengan frekuensi yang lebih tinggi cenderung meniru perilaku kekerasan tersebut sebagai perilaku. Dalam kehidupan nyata misalnya, anak-anak yang terbiasa bermain game internet mengandung kekerasan memiliki perilaku yang lebih agresif daripada anak-anak yang jarang bermain game mengandung kekerasan. Banyaknya tayangan unjuk rasa yang berakhir ricuh, menjadi penguatan bagi perilaku unjuk rasa lainnya. Penguatan ini berpotensi menjadi perilaku bahwa unjuk rasa dalam menyampaikan pendapat harus selalu berakhir ricuh. Banyaknya tayangan kekerasan yang ditampilkan media massa saat ini, menjadi penguatan kepada orang lain untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain. Rujukan yang paling banyak diambil penonton adalah televisi. Penggunaan audiovisual secara jelas memudahkan orang lain untuk meniru adegan. Dari semua pembahasan diatas, dalam film The Raid: Redemption terbukti adegan kekerasan fisik lebih mendominasi dibandingkan kekerasan psikologis. Jelas bahwa film ini hanya diperuntukkan bagi penonton yang berusia 17 tahun ke atas. Peringatan kategori usia penonton pada sekuel film ini harus menjadi perhatian khusus bagi pihak bioskop maupun masyarakat, agar adegan-adegan kekerasan dalam film ini tidak menimbulkan efek negatif. 88 Universitas Sumatera Utara

4.4 Kelemahan Penelitian