32
Universitas Sumatera Utara
Stimulation hypothesis menunjukkan gejala yang lebih dominan dari catharsis hypothesis. Peliputan berita tentang bentrok unjuk rasa tidak
menyurutkan orang untuk tidak bertindak replicabel dari apa yang dilihatnya. Hampir setiap hari media massa menampilkan bentrokan dalam aksi unjuk rasa.
Kondisi ini menjadi ‘pembenaran’ terhadap aksi kekerasan dalam menyampaikan pendapat.
Sebuah hipotesis yang sedikit berbeda adalah hipotesis kehilangan kendali diri disinhibition hypothesis yang menyatakan bahwa televisi menurunkan rasa
segan orang untuk berperilaku agresif terhadap orang lain. Apabila hipotesis ini benar, maka tayangan kekerasan di televisi mungkin mengajarkan norma umum
bahwa kekerasan adalah cara yang dapat diterima untuk berhubungan dengan orang lain.
Dalam ratusan penelitian yang menyelidiki dampak tayangan kekerasan di televisi, hanya sedikit yang mendukung hipotesis katarsis. Lebih banyak lagi
penelitian mendukung dua hipotesis rangsangan yaitu menirukan dan kehilangan kendali diri. Salah satu yang paling jelas dari penelitian-penelitian ini adalah
eksperimen Llewellyn Thomas 1963. Penelitian ini menemukan bukti bahwa para subjek yang melihat segmen film keras adegan perkelahian dengan senjata
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk meningkatkan tingkat setrum listrik yang akan mereka berikan pada orang lain daripada subjek yang melihat
segmen film yang tidak melibatkan kekerasan remaja yang terlibat dengan keterampilan. Penemuan ini mendukung hipotesis kehilangan kendali diri, karena
jenis perilaku bermusuhan yang dilibatkan tidak sama dengan yang digambarkan dalam film Severin James, 2005: 339.
2.1.5 Teori Pembelajaran Sosial
Bandura menyebutkan bahwa sebuah teori dari bidang psikologi yang berguna dalam mempelajari dampak media massa adalah teori pembelajaran sosial
social learning theory Severin James, 2005: 330-331. Teori yang menyatakan bahwa terjadi banyak pembelajaran melalui pengamatan pada
perilaku orang lain. Teori ini terutama berharga dalam menganalisis kemungkinan dampak kekerasan yang ditayangkan di televisi, tetapi teori ini juga merupakan
33
Universitas Sumatera Utara
teori pembelajaran umum yang dapat diaplikasikan pada bidang-bidang dampak media massa yang lain.
Teori penguatan, salah satu rumusan awal teori pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran terjadi ketika sebuah perilaku dikuatkan dengan suatu
penghargaan. Seandainya ini merupakan satu-satunya cara terjadinya pembelajaran, orang akan mencoba sendiri segala jenis perilaku dan kemudian
menjaga perilaku yang dihargai dan meninggalkan perilaku yang menyebabkan hukuman. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa orang mungkin
menghindari pendekatan pembelajaran yang tidak efisien ini dan mungkin memperoleh suatu perilaku hanya dengan pengamatan dan menyimpan
pengamatan itu sebagai petunjuk untuk perilaku kedepan. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa manusia mampu menyadari
atau berpikir dan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari pengamatan dan pengalaman. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa banyak pembelajaran
manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang menampilkan perilaku yang beraneka ragam.
Teori Bandura berdasarkan tiga asumsi, yaitu: 1. Bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa
yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain.
2. Terdapat hubungan yang erat antara proses belajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara
tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku dan faktor-faktor pribadi.
3. Bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam lingkungan sehari-hari
Syah, 2003: 216 Perilaku orang lain yang ditiru disebut sebagai perilaku model atau
perilaku contoh. Apabila peniruan memperoleh penguatan, maka perilaku yang ditiru akan menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran sosial menurut proses
kognitif individu dan kecakapan dalam membuat keputusan sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan pada saat itu, perilaku yang menjadi nilai dalam diri dan
faktor-faktor pengalaman lain yang saling berkaitan. Teori ini juga meyakini bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan;
lingkungan itu sering kali dipilih dan diubah orang tersebut melalui perilakunya.
34
Universitas Sumatera Utara
Bandura 1994 menyatakan bahwa banyak dari dampak media massa mungkin terjadi melalui proses pembelajaran sosial. Pembelajaran sosial terutama
efektif dengan media massa seperti televisi, dimana mendapatkan kekuatan yang berlipat ganda dari model tunggal yang mengirimkan cara-cara berpikir dan
berperilaku baru bagi banyak orang di lokasi yang berlainan Severin James, 2005: 330-331.
Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh Kard,1997: 14 ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan observational learning. Pertama,
pembelajaran sosial melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami oleh orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar
melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji
oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement. Kedua, pembelajaran melalui
pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model
itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas
apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
2.2 Kerangka Konsep