19
Universitas Sumatera Utara
4 golongan, yaitu: 1 SU = Semua Umur; 2 17+ = Untuk umur di atas 17 tahun; 3 R = Remaja; 4 BO = Bimbingan Orangtua. Lemahnya pengawasan
dari pihak bioskop-bioskop yang menayangkan film The Raid: Redemption, serta kurangnya kesadaran dari masyarakat bahwa film ini termasuk kategori 17+
dalam penggolongan usia penonton film, menyebabkan banyaknya anak di bawah umur yang dengan mudahnya menonton film The Raid: Redemption di dalam
bioskop www.lsf.go.id.
Gambar 1.1 Peringatan Peraturan Menonton
Peringatan di atas sebenarnya bisa kita lihat di hampir seluruh gedung bioskop di Indonesia. Peringatan penting ini adalah peringatan yang melindungi
hak penonton dari sebuah film. Secara rasional pemilik gedung bioskop hanya menyediakan tayangan hiburan untuk memperoleh keuntungan. Kewajiban
penonton adalah melindungi hiburannya dari pengaruh negatif dari sebuah tayangan.
Maka berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti persoalan bagaimana Tampilan Kekerasan dalam Film Studi Analisis Isi tentang kekerasan
fisik dan psikologis dalam Film “The Raid: Redemption” Karya Gareth Evans.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks masalah di atas, maka peneliti mengajukan fokus masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bentuk-bentuk kekerasan fisik dan psikologis yang terdapat dalam film The Raid: Redemption.
20
Universitas Sumatera Utara
2. Mengetahui frekuensi kekerasan fisik dan psikologis yang terdapat dalam film The Raid: Redemption.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui bentuk kekerasan fisik dan psikologis seperti apa
yang ditampilkan dalam film The Raid: Redemption. 2. Untuk mengetahui berapa frekuensi kekerasan fisik dan psikologis
yang ditampilkan dalam film The Raid: Redemption.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis: Menambah pengetahuan dan wawasan tentang bentuk
dan frekuensi dari adegan kekerasan serta hasil dari penelitian dapat memberikan wacana mengenai adegan-adegan kekerasan fisik dan
psikologis yang terdapat dalam film The Raid: Redemption dengan menggunakan metode analisis isi.
2. Manfaat Praktis: Diharapkan dapat dijadikan referensi mengenai analisis isi, tentang film dan kekerasan kepada siapapun pemerhati kajian ilmu
komunikasi.
21
Universitas Sumatera Utara
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tentang film yang termasuk dalam kajian objektif. Peneliti menggunakan defenisi Barelson 1952, analisis isi adalah
suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak manifest Eriyanto,2011: 15.
Salah satu ciri penting dari analisis isi adalah objektif. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya, tanpa adanya
campur tangan dari peneliti. Peneliti menghilangkan bias, keberpihakan, atau kecenderungan tertentu dari peneliti. Ada dua aspek penting dari objektifitas,
yakni validitas dan reliabilitas Eriyanto, 2011: 16. Kriyantono 2007: 45 menyatakan bahwa fungsi teori dalam riset adalah
membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk konsep, definisi
dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut. Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:
2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa menurut pendapat Tan dan Wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh terpencar, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu Ardianto
Erdinaya, 2005: 3. Definisi lain komunikasi massa yang dikemukakan Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble 1986 yang akan semakin memperjelas apa itu
komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup:
22
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikator dalam komunikasi
massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan
pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain
surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.
2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian
dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa
inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling
mengenal satu sama lain.
3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik
publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi
formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi
lembaga. Lembaga inipun biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organisasi suka rela atau nirlaba.
5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper pentapis informasi. Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau
dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda
dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu.
Beberapa individu dalam komunikasi massa ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan.
6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat
langsung Nurudin, 2004: 7-8.
Dengan demikian komunikasi massa adalah alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan
heterogen. Kelebihan dari komunikasi massa adalah dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu bahkan mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu
yang tak terbatas. Komunikasi massa juga berkaitan dengan media massa karena komunikasi
massa merupakan komunikasi yang menggunakan media massa sebagai alat penyabarannya. Media massa yang digunakan dalam proses penyampaian pesan
tersebut beragam, diantaranya media elektronik, media cetak, serta media film.
23
Universitas Sumatera Utara
Media elektronik diantaranya, radio siaran dan televisi. Media cetak diantaranya, surat kabar dan majalah. Media film adalah film sebagai media komunikasi massa
dalam hal ini adalah film bioskop Ardianto, 2007: 14. Selanjutnya Vivian 2008: 450 menyatakan bahwa komunikasi massa
dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan memberi informasi,
menghibur atau membujuk. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:
1. Komunikator terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya.
Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.
2. Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi
massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.
3. Komunikannya anonim dan heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan
heterogen. Komunikator tidak mengenal komunikan anonim, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap
muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
4. Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan
komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak adalah komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas.
Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang
sama pula.
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian
rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
24
Universitas Sumatera Utara
6. Komunikasi massa bersifat satu arah Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan
atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak
langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara
keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
7. Stimulasi alat indra terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada
jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak
hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan balik tertunda delayed Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan
sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat
dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan Ardianto, 2005: 3.
2.1.2 Film
Film merupakan media komunikasi yang muncul pada abad ke-20, film sendiri merupakan perkembangan dari fotografi yang ditemukan oleh Joseph
Nicephore Niepce dari Perancis pada tahun 1826. Penyempurnaan dari fotografi yang berlanjut akhirnya mendorong rintisan penciptaan film itu sendiri. Nama-
nama penting dalam sejarah penemuan film ialah Thomas Alva Edison dan Lumiere Bersaudara Sumarno, 1996 : 2 .
Dari awal pemunculan film sampai sekarang banyak bermunculan sineas- sineas yang makin terampil dalam membuat, meramu segala unsur untuk
membentuk sebuah film. Dari berbagai pemikiran seorang pembuat film yang dituangkan dalam karyanya maka film dapat digolongkan menjadi film cerita dan
non cerita. Film cerita sendiri memiliki berbagai genre atau jenis film dengan durasi waktu yang berbeda beda pula, ada yang berdurasi 10 menit hingga
beberapa jam. Genre sendiri dapat diartikan sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk atau isi film itu sendiri. Ada yang menyebutkan film drama, film
horor, film klasikal, film laga atau action, film fiksi ilmiah, dan lain-lain www.filmsite.org.
25
Universitas Sumatera Utara
Film cerita agar tetap diminati penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman, artinya ceritanya harus lebih baik, penggarapannya yang
profesional dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-trik tertentu bahkan seolah-olah justru
penonton yang menjadi aktoraktris di film tersebut.. Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis, yaitu berupa pencarian ide,
gagasan atau cerita yang digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap
ditonton. Gambar bergerak film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa
visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat
dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahun Ardianto Erdinaya, 2005: 134.
Film Amerika kebanyakan diproduksi di Hollywood. Film yang dibuat di sini selalu membanjiri pasar global dan memengaruhi sikap, perilaku dan harapan
orang-orang di belahan dunia. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton film ke bioskop ini menjadi
aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Dominick mengungkapkan bahwa industri film adalah industri bisnis.
Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-
orang yang bertujuan memperoleh estetika keindahan yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang
memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri Ardianto Erdinaya, 2005:
134. Industri gambar gerak atau film, karena hubungannya yang unik dengan
pasar massal budaya industri, sejak awal berkembang dengan berbagai karakteristik yang dimiliki industri penerbitan dan penyiaran. Teknik produksi dan
produknya serba standar, kebijakannya berorientasi ke massa, dan semuanya serbabesar. Fasilitas produksi terpusat secara vertikal dan horizontal. Sumber
26
Universitas Sumatera Utara
pendapatan utama adalah para penonton. Film pertama ditayangkan di Amerika Serikat pada tanggal 23 April 1896
di kota New York. Thomas Edison, setelah menyempurnakan teknik pertunjukkan gambar gerak atau kinetoscope¸ meninggalkan rencana awalnya mengeksploitasi
peluang komersial film karena ia merasa penayangan film layar lebar kepada banyak penonton sekaligus akan segera menghabiskan pasar. Namun keberhasilan
penayangan pertama itu mengubah film dari seni menjadi bisnis dan para pengusaha menggantikan posisi para penemu untuk mencari laba sebesar-
besarnya. Praktik produksi, distribusi dan penayangan massal menjadi ciri industri film hingga setengah abad kemudian Rivers, 2008: 197-198.
2.1.2.a Fungsi Film
Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung
fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1970, bahwa selain sebagai media hiburan,
film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building Effendy, 1981: 212.
Sesungguhnya, film dapat mewakili keempat unsur tersebut. Akan tetapi masyarakat Indonesia lebih banyak mengekspetasikan bahwa film sebagai alat
hiburan, walaupun tidak semua film menampilkan unsur hiburan ketimbang tiga unsur lainnya.
Film bukan semata-mata barang dagangan tetapi juga merupakan alat pendidikan yang mempunyai daya pengaruh
sangat besar terhadap masyarakat
http:www.layarperak.comprint.php?newsid=1122991411, diakses tanggal 28 Februari 2013.
Film sebagai fungsi hiburan melupakan sejenak penonton pada masalah kehidupan. Sementara film-film tertentu bisa mengundang hasrat penonton untuk
melakukan seperti adegan dalam film. Salah satu media komunikasi yang dengan signifikasi menjadi konsumsi
sehari-hari masyarakat adalah film. Film menjadi sarana menciptakan fantasi
27
Universitas Sumatera Utara
dalam pikiran yang seakan menjadi nyata dengan aktor-aktor yang ada didalamnya, lalu disajikan kepada masyarakat sebagai konsumsi untuk dinikmati.
Film hadir tidak hanya untuk sekedar dinikmati namun juga dapat mempengaruhi cara pikir masyarakat.
Dalam sejarah perkembangan film telah muncul tiga tema besar. Tema pertama ialah pemanfaatan film sebagai alat propaganda. Tema ini penting
terutama dalam kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan nasional dan masyarakat. Hal tersebut berkenaan dengan pandangan yang menilai bahwa film
memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas yang hebat. Salah satu film yang sukses menjadi alat propaganda berjudul G 30 SPKI yang
menceritakan tentang kudeta tahun 1965. Kedua tema yang lain dalam sejarah film ialah munculnya beberapa
aliran seni film dan lahirnya film dokumentasi sosial. Kedua kecenderungan tersebut merupakan suatu penyimpangan dalam pengertian bahwa keduanya
hanya menjangkau minoritas penduduk dan berorientasi ke realisme. Terlepas dari hal itu keduanya mempunyai kaitan dengan tema “film sebagai alat propaganda”
McQuail, 1994: 14.
2.1.2.b Struktur Film
Ada beberapa unsur dalam suatu film yang membentuk suatu kesatuan sehingga menjadi satu film yang utuh, unsur-unsur tersebut adalah:
1. Shot
Shot adalah proses potretnya sebuah subyek, saat tombol kamera dipijit dan dilepaskan, sebagaimana yang ditentukan
dalam skenario dengan durasi bebas. Satu shot berakhir ketika tombol kamera dilepas.
2. Scene
Scene adalah kumpulan shot dalam suatu lokasi penting. Meskipun di dalam film tersebut ada shot di lebih dari satu
lokasi tetap disebut satu scene, dengan catatan shot dan ceritanya masih berkesinambungan.
28
Universitas Sumatera Utara
3. Sequence
Sequence adalah kumpulan dari scene. Sequence bisa mengandung satu atau lebih scene. Dalam satu sequence bisa
mengandung berbagai lokasi, asalkan scene tersebut masih berkesinambungan. Sequence berakhir ketika ada pergantian
karakter atau cerita yang sudah tidak berkesinambungan http:ceaefilm.blogspot.com201210 struktur-film.html
Shot dalam adegan direkam dalam beberapa detik. Dalam sebuah shot biasanya terjadi dialog antar pemeran. Kumpulan beberapa shot menjadi sebuah
scene. Scene menceritakan beberapa shot secara berkesinambungan sehingga menjadi sebuah cerita. Beberapa buah scene menghasilkan sequence. Dalam
penelitian ini shot, scene dan sequence tidak tergantung pada lokasi melainkan kesinambungan dari cerita.
2.1.2c Karakteristik Film
Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis yaitu:
1. Layar yang luas lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun
kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, layar film di
bioskop-bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan
tidak berjarak.
2. Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar
atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extream long shot, dan panoramic shot, yakni
pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang
sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. Disamping itu, melalui panoramic shot, kita sebagai
penonton dapat memperoleh sedikit gambaran, bahkan mungkin gambaran yang cukup tentang daerah tertentu yang
dijadikan lokasi film sekalipun kita belum pernah berkunjung ke tempat tersebut.
29
Universitas Sumatera Utara
3. Konsentrasi penuh Dari pengalaman kita masing-masing, disaat kita menonton
film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan,
nampak di depan kita layar luas dengan gambar-gambar cerita film tersebut.
4. Identifikasi psikologis Suasana di gedung bioskop telah membuat penghayatan kita
semakin mendalam dan seringkali secara tidak sadar kita mengidentifikasikan pribadi kita dengan salah seorang
pemeran dalam film itu, seolah-olah kitalah yang sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai
identifikasi psikologis Ardianto Erdinaya, 2005: 136.
Menonton film di bioskop menghadirkan nuansa berbeda tentang sebuah film. Film bioskop tidak hanya ditayangkan pada layar yang lebih besar, namun
bioskop juga menghadirkan pengalaman berbeda dalam film. Gedung bioskop memberi ruang sosial bagi penonton, penonton datang dan berinteraksi dengan
banyak orang yang memiliki tujuan yang sama yakni menikmati film. Suasana gedung bioskop menghasilkan konsentrasi penuh terhadap film, suara dan layar
ditampilkan dengan apik.
2.1.3 Kekerasan
Menurut Wignyosoebroto 1997 kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat atau yang
tengah merasa kuat terhadap seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lebih lemah atau yang tengah dipandang berada dalam keadaan lebih lemah,
berdasarkan kekuatan fisiknya yang superior, dengan kesenjangan untuk dapat ditimbulkannya rasa derita di pihak yang tengah menjadi objek kekerasan itu.
Namun, tak jarang pula tindak kekerasan ini terjadi sebagai bagian dari tindakan manusia untuk tak lain daripada melampiaskan rasa amarah yang sudah tak
tertahan lagi olehnya. Menurut Santoso 2002: 24 kekerasan juga bisa diartikan dengan
serangan memukul assault and battery merupakan kategori hukum yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi aktual
kekuatan fisik kepada orang lain. Serangan dengan memukul dan pembunuhan
30
Universitas Sumatera Utara
secara resmi dipandang sebagai tindakan individu meskipun tindakan tersebut dipengaruhi oleh tindakan kolektif. Jadi, tindakan individu-individu ini terjadi
dalam konteks suatu kelompok, sebagaimana kekerasan kolektif. Kekerasan kolektif muncul dari situasi konkrit yang sebelumnya didahului oleh sharing
gagasan, nilai, tujuan dan masalah bersama dalam periode waktu yang lebih lama. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kekerasan merupakan
suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa dirinya kuat kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggapnya
lemah, dimana dapat dilakukan dengan cara memukul, membacok dan menyiksa http:id.shvoong.comwriting-and-speakingpresenting2196538-pengertian-
kekerasan. Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.
Menurut World Health Organization 2000, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,
perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memartrauma, kematian, kerugian psikologis,
kelainan perkembangan. Dilihat dari bentuknya, ada dua jenis kekerasan yang sering terjadi yaitu:
1 kekerasan fisik dan 2 kekerasan psikologis. Dalam kekerasan fisik tubuh manusia disakiti secara jasmani berupa siksaan, penganiayaan, hingga
pembunuhan. Sedang kekerasan secara psikologis mewujud dalam bentuk pengurangan kemampuan mental atau otak rohani karena perlakuan-perlakuan
repsesif tertentu, misalnya ancaman, indoktrinasi dan sebagainya. Dililhat dari efeknya, kekerasan berpengaruh secara posistif atau negatif ini tampak dalam
mekanisme reward-punishment. Dalam sistem imbalan dan hukuman ini terdapat pengendalian secara manipulative dari si pemberi imbalan terhadap kebebasan si
penerima. Kekerasan violence berasal dari bahasa Latin, violentus yang
berarti kekuasaan atau berkuasa. Violentus adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan
sebuah ekspresi, baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan
pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan
31
Universitas Sumatera Utara
dengan kewenangannya, yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartikan bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan
keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan http:id.wikipedia.orgwikiKekerasan
2.1.4 Studi Tayangan Kekerasan
Perkembangan aliran kritis dalam kajian ilmu komunikasi berpendapat bahwa media tidak lagi berpengaruh penuh terhadap penontonnya. Aliran kritis ini
banyak mengkritik hukum positif dalam ilmu komunikasi, dimana media berpengaruh penuh terhadap khalayak. Bagi banyak pemikir yakin bahwa efek
media massa tidak lagi sekuat di era 1930 an, ketika bullet theory diyakini sebagai kebenaran. Namun tidak bagi pemikir kultivasi, mereka beranggapan bahwa efek
media tidak secara langsung mempengaruhi penontonnya. Efek media tanpa disadari masuk ke dalam pikiran dan menjadi kebiasaan bagi penontonnya.
Fenomena ini yang menjadi perhatian serius pemikir dampak tayangan media, khususnya dampak kekerasan media massa.
Merebaknya unsur kekerasan dalam dunia hiburan, khususnya dalam tontonan televisi menarik perhatian Steinfeld 1973 yang
menyatakan bahwa sepanjang sejarah pertelevisian, keprihatinan utamanya adalah kemungkinan dampak tayangan kekerasan di
televisi. Analisis isi menunjukkan bahwa televisi menghidangkan menu tayangan kekerasan yang banyak sekali. Serangkaian angka
menunjukkan bahwa menjelang usia 12 tahun, rata-rata anak telah akan menyaksikan 101.000 episode kekerasan di televisi,
termasuk 13.400 kematian.
Sejumlah hipotesis lain telah diajukan sehubungan dengan kemungkinan dampak tayangan kekerasan di televisi pada perilaku
manusia. Salah satu hipotesis itu adalah hipotesis katarsis catharsis hypothesis, yang menyatakan bahwa menyaksikan
tayangan kekerasan di televisi menyebabkan pengurangan dorongan agresif melalui ekspresi perilaku bermusuhan yang
dialami orang lain. Sedangkan beberapa hipotesis rangsangan stimulation hypothesis memprediksikan bahwa menyaksikan
tayangan kekerasan menyebabkan peningkatan dalam perilaku agresif yang sesungguhnya. Salah satu hipotesis ini adalah
hipotesis menirukan atau mencontoh imitation or modeling hypotesis, yang menyatakan bahwa orang mempelajari perilaku
agresif dari televisi dan kemudian mereproduksi perilaku itu Severin James, 2005: 338.
32
Universitas Sumatera Utara
Stimulation hypothesis menunjukkan gejala yang lebih dominan dari catharsis hypothesis. Peliputan berita tentang bentrok unjuk rasa tidak
menyurutkan orang untuk tidak bertindak replicabel dari apa yang dilihatnya. Hampir setiap hari media massa menampilkan bentrokan dalam aksi unjuk rasa.
Kondisi ini menjadi ‘pembenaran’ terhadap aksi kekerasan dalam menyampaikan pendapat.
Sebuah hipotesis yang sedikit berbeda adalah hipotesis kehilangan kendali diri disinhibition hypothesis yang menyatakan bahwa televisi menurunkan rasa
segan orang untuk berperilaku agresif terhadap orang lain. Apabila hipotesis ini benar, maka tayangan kekerasan di televisi mungkin mengajarkan norma umum
bahwa kekerasan adalah cara yang dapat diterima untuk berhubungan dengan orang lain.
Dalam ratusan penelitian yang menyelidiki dampak tayangan kekerasan di televisi, hanya sedikit yang mendukung hipotesis katarsis. Lebih banyak lagi
penelitian mendukung dua hipotesis rangsangan yaitu menirukan dan kehilangan kendali diri. Salah satu yang paling jelas dari penelitian-penelitian ini adalah
eksperimen Llewellyn Thomas 1963. Penelitian ini menemukan bukti bahwa para subjek yang melihat segmen film keras adegan perkelahian dengan senjata
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk meningkatkan tingkat setrum listrik yang akan mereka berikan pada orang lain daripada subjek yang melihat
segmen film yang tidak melibatkan kekerasan remaja yang terlibat dengan keterampilan. Penemuan ini mendukung hipotesis kehilangan kendali diri, karena
jenis perilaku bermusuhan yang dilibatkan tidak sama dengan yang digambarkan dalam film Severin James, 2005: 339.
2.1.5 Teori Pembelajaran Sosial
Bandura menyebutkan bahwa sebuah teori dari bidang psikologi yang berguna dalam mempelajari dampak media massa adalah teori pembelajaran sosial
social learning theory Severin James, 2005: 330-331. Teori yang menyatakan bahwa terjadi banyak pembelajaran melalui pengamatan pada
perilaku orang lain. Teori ini terutama berharga dalam menganalisis kemungkinan dampak kekerasan yang ditayangkan di televisi, tetapi teori ini juga merupakan
33
Universitas Sumatera Utara
teori pembelajaran umum yang dapat diaplikasikan pada bidang-bidang dampak media massa yang lain.
Teori penguatan, salah satu rumusan awal teori pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran terjadi ketika sebuah perilaku dikuatkan dengan suatu
penghargaan. Seandainya ini merupakan satu-satunya cara terjadinya pembelajaran, orang akan mencoba sendiri segala jenis perilaku dan kemudian
menjaga perilaku yang dihargai dan meninggalkan perilaku yang menyebabkan hukuman. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa orang mungkin
menghindari pendekatan pembelajaran yang tidak efisien ini dan mungkin memperoleh suatu perilaku hanya dengan pengamatan dan menyimpan
pengamatan itu sebagai petunjuk untuk perilaku kedepan. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa manusia mampu menyadari
atau berpikir dan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari pengamatan dan pengalaman. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa banyak pembelajaran
manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang menampilkan perilaku yang beraneka ragam.
Teori Bandura berdasarkan tiga asumsi, yaitu: 1. Bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa
yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain.
2. Terdapat hubungan yang erat antara proses belajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara
tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku dan faktor-faktor pribadi.
3. Bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam lingkungan sehari-hari
Syah, 2003: 216 Perilaku orang lain yang ditiru disebut sebagai perilaku model atau
perilaku contoh. Apabila peniruan memperoleh penguatan, maka perilaku yang ditiru akan menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran sosial menurut proses
kognitif individu dan kecakapan dalam membuat keputusan sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan pada saat itu, perilaku yang menjadi nilai dalam diri dan
faktor-faktor pengalaman lain yang saling berkaitan. Teori ini juga meyakini bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan;
lingkungan itu sering kali dipilih dan diubah orang tersebut melalui perilakunya.
34
Universitas Sumatera Utara
Bandura 1994 menyatakan bahwa banyak dari dampak media massa mungkin terjadi melalui proses pembelajaran sosial. Pembelajaran sosial terutama
efektif dengan media massa seperti televisi, dimana mendapatkan kekuatan yang berlipat ganda dari model tunggal yang mengirimkan cara-cara berpikir dan
berperilaku baru bagi banyak orang di lokasi yang berlainan Severin James, 2005: 330-331.
Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh Kard,1997: 14 ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan observational learning. Pertama,
pembelajaran sosial melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami oleh orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar
melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji
oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement. Kedua, pembelajaran melalui
pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model
itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas
apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
2.2 Kerangka Konsep
Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. Inilah yang disebut
konsep, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan istilah untuk beberapa kejadian yang
berkaitan satu dengan yang lainnya Singarimbun,2011: 32. Merujuk pada Budd, Thorp dan Donohew 1971, desain proses penelitian
analisis isi dapat dilihat dari bagan sebagai berikut:
35
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Model Teoritis
Birowo, 2004: 129 dan dimodifikasi oleh penulis
2.2.1 Defenisi Konseptual
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Peneliti meneliti tampilan kekerasan dalam Film The Raid: Redemption. Tampilan kekerasan tersebut akan
dibentuk dalam potongan gambar yang akan dikaji menjadi objek penelitian. Definisi konseptual merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak dari kejadian-kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu Effendi, 1989: 33.
Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah: a. Adegan adalah penghadiran tokoh pada suatu pertunjukan yang
disertai dengan penggunaan karakter sifat dan sikap Kamus Umum Bahasa Indonesia: 16.
b. Kekerasan adalah perilaku tidak layak yang menyebabkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis atau finansial baik yang dialami
individu maupun kelompok Huraerah, 2007: 47. c. Kekerasan fisik adalah perilaku kekerasan yang menimbulkan rasa
sakit dan ditujukan pada organ fisik yang dilakukan secara kolektif atau individu baik yang dilakukan dengan menggunakan alat maupun
bagian anggota tubuh.
d. Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap mental korban dengan cara berteriak-teriak, menyumpah,
mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntut dan memata-mata dan tindakan-tindakan lain yang menumbulkan rasa
takut termasuk yang diarahkan kepada orang-orang dekat korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat, dan lain sebagainya.
Kekerasan Psikologis Kekerasan Fisik
RECEIVER CHANNEL
MESSAGE SOURCE
CONTENT ANALYSIS
36
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan dalam adegan film The Raid: Redemption adalah fokus utama dalam penelitian ini. Kekerasan merupakan tindakan merugikan orang lain,
menyakiti baik secara fisik maupun psikologis. Kekerasan fisik menimbulkan rasa sakit inderawi ditujukan menyakiti anggota tubuh. Sementara kekerasan
psikologis menimbulkan rasa sakit di dalam jiwa orang lain. Individu yang menjadi korban kekerasan psikologis tidak merasakan sakit pada organ tubuh
melainkan pada jiwanya.
2.3 Defenisi Operasional
Merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah suatu
informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama Singarimbun, 2011: 46. Definisi operasional merupakan cara
penulisan taktis agar konsep bisa berhubungan dengan praktek, kenyataan dan fakta. Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup bentuk dari perilaku-
perilaku kekerasan fisik dan psikologis. a. Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap
korban dengan berbagai cara, antara lain : - Memukul adalah tindakan menyakiti tubuh dengan menggunakan
kepalan tangan atau menggunakan benda-benda kasarberattumpul seperti kayu, tongkat, besi dan benda-benda sejenisnya.
- Menampar adalah tindakan menyakiti tubuh yang secara langsung dilakukan dengan menggunakan telapak tangan kepada wajah
seseorang. - Mencekik adalah tindak kekerasan yang dilakukan dengan cara
meremas leher seseorang atau makhluk hidup dengan
menggunakan tangan. - Menendang adalah tindakan yang dilakukan seseorang melalui
ayunan kaki yang di ayunkan dengan keras kearah tubuh makhluk hidup.
37
Universitas Sumatera Utara
- Melempar barang ke tubuh adalah tindakan melempari benda- benda kasartajam contohnya kayu, batu, pisau, kaleng dan
sejenisnya kearah organ tubuh dimana terdapat jarak antara objek satu dengan objek yang lain dalam tindakannya.
- Melukai dengan tangan kosong atau dengan alatsenjata adalah tindakan yang dilakukan dengan cara menancapkan benda runcing
atau benda tajam ke dalam tubuh makhluk hidup. - Menganiaya adalah bentuk kekerasan yang dilakukan kepada
makhluk hidup ketika mereka berada dalam posisi lemah namun tetap dilakukan suatu tindak kekerasan dengan tujuan untuk
kepuasan individu atau kelompok. - Dan membunuh adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang
mengakibatkan hilangnya nyawa mahkluk hidup Wijaya, 2011: 28-30.
b. Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap mental korban dengan cara berteriak-teriak, menyumpah,
mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit dan memata-mata dan tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut
termasuk yang diarahkan kepada orang-orang dekat korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat, dan lain sebagainya
- Berteriak-teriak adalah berseru dengan suara keras berkali-kali. - Menyumpah adalah mengeluarkan kata-kata kotor kutuk dan
sebagainya. - Mengancam adalah menyatakan maksud niat, rencana untuk
melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan atau mencelakakan pihak lain.
- Merendahkan adalah memandang rendah hina orang lain; menghinakan.
- Mengatur adalah membuat menyusun sesuatu menjadi teratur rapi; menata menjadi sesuai yang kita inginkan.
- Melecehkan adalah tindak perkataan berupa meremehkan kemampuan orang lain yang dilakukan secara tidak langsung yaitu
38
Universitas Sumatera Utara
tidak dilakukan di depan orang yang bersangkutan bentuknya dapat berupa penertawaan dan senyuman sinis lebih pada
meragukan kemampuan atau kekuatan seseorang. - Menguntit adalah mengikuti terus-menerus.
- Dan tindakan memata-matai yang menimbulkan rasa takut adalah tindak perkataan yang menakut-nakuti dan menekan seseorang
yang menimbulkan rasa khawatir dan rasa takut atas keselamatan diri sendiri maupun orang lain kerabat Wijaya, 2011: 28-30.
39
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian