Peyidikan Keimigrasian Kebijakan Selektif (Selective Policy) Masuknya Orang Asing ke Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

Perbatasan wilayah Negara Indonesia dimaksud sesuai pasal 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 yaitu : Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang udara diatasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral danatau trilateral mengenai batas darat, batas laut dan batas udara serta berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional. Batas wilayah Negara Republik Indonesia dengan negara-negara tetangga tersebut sesuai pasal 6 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 yaitu : 1 Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, meliputi : a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara : Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste; b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara : Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan Timor Leste; dan c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan batasnya dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum internasional. 2 Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1, termasuk titik-titik koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral danatau trilateral. 3 Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia menetapkan batas wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan perundang-undangan dan hukum Internasional.

5. Peyidikan Keimigrasian

Melakukan serangkaian kegiatan mencari tersangka, saksi, petunjuk dan surat yang merupakan alat bukti, kelanjutan dari adanya laporan keimigrasian atau kejadian yang diperoleh melalui laporan masyarakat atau diketahui langsung oleh penyidik Imigrasi bahwa telah terjadi tindak pidana keimigrasian. Penyidikan adalah salah satu proses peradilan terhadap suatu tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Selain Polisi Negara Republik Indonesia sebagai penyidik umum, juga dilakukan oleh Pejabat Imigrasi yang diangkat sebagai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS. Polisi dalam hal ini sebagai Koordinator Pengawas atau korwas PPNS. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana ketentuan umum Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. 67 Oleh karena itu dalam hal pelanggaran atau tindak pidana keimigrasian yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian maka dapat dilakukan penyidikan oleh penyidik pegawai negeri sipil dalam hal ini oleh Pejabat Imigrasi yang telah diberi wewenang khusus oleh Undang-undang. Dalam hal melakukan pemeriksaan tentunya seorang penyidik tidak boleh mengabaikan hak-hak orang lain seperti yang tercantum dalam Pasal 17 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, yang dimaksudkan bahwa: Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar. 6. Pencegahan Dan Penangkalan Salah satu tugas dan fungsi imigrasi ialah turut serta dalam menjaga ketertiban dan keamanan negara dari gangguan dan ancaman baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, bekerjasama dengan aparat keamanan lainnya. Implimentasi dari tugas menjaga ketertiban dan keamanan itu ialah melakukan tindakan preventif yang berupa pencegahan dan penangkalan, yaitu melarang untuk sementara orang-orang tertentu dengan alasan tertentu untuk 67 Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Universitas Sumatera Utara meninggalkan atau masuk ke wilayah negara Indonesia. Dalam rangka menjaga keutuhan dan tegaknya negara, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan atau disebut Juga CEKAL. Permintaan atau permohonan Pencegahan dan Penangkalan ini merupakan keputusan dari : Menteri sepanjang menyangkut masalah keimigrasian, Menteri Keuangan sepanjang menyangkut urusan piutang negara, Jaksa Agung sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g Undang- undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sepanjang menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988. Keputusan ini memuat nama, umur, pekerjaan, alamat, jenis kelamin dan kewarganegaraannya. Pencegahan dan penangkalan bagi warga negara asing yang masuk ke Indonesia dibedakan antara lain : 68 1 Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk selalu bergerak. dari sejarah manusia, manusia merupakan makhluk yang mengalami pergerakan dari suatu tempat ketempat lain apapun itu alasannya. Dikarenakan hal ini sudah menjadi hak yang kodrati bagi manusia untuk mempunyai hak atas kebebasan bergerak. Kebebasan ini Pencegahan Penangkalan dan Hak Atas Kebebasan Bergerak 68 Dwi Ari Listiyani, Artikel, Sistem Keimigrasian di Indonesia, Oleh, diakses dari http:id.shvoong.comhumanities history2070240-Hukum Keimigrasian, , pada tanggal 07 Juni 2012 pukul 21.00 WIB Universitas Sumatera Utara telah dinyatakan di dalam Universal Declaration of Human Rights. Setiap pembatasan yang dapat dilakukan oleh setiap Negara harus berdasarkan alasan yang jelas secara hukum dan rasional. Pembatasan hak atas kebebasan bergerak ini dapat dilakukan oleh setiap Negara dengan cara pencegahan dan penangkalan, Pencegahan dan penangkalan adalah untuk menghentikan seseorang untuk masuk atau keluar wilayah Negara yang bersangkutan atas dasar alasan-alasan yang secara rasional untuk keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat. Definisi Pencegahan menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Sedangkan penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk kewilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini tidak boleh digunakan sewenang-wenang oleh suatu Negara, Negara harus tetap menjamin hak atas kebebasan bergerak setiap individu namun juga harus menjalankan kepentingan nasionalnya. Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini harus benar-benar dengan alasan yang kuat dan rasionil dan berlandaskan hukum untuk alasan keamanan Namun kebebasan ini bukan berarti bebas sebebas-bebasnya bergerak tanpa adanya aturan yang membatasinya. Dunia internasional juga memahami keberadaan setiap Negara mempunyai kepentingannya masing-masing, sehingga kebebasan bergerak itu diseimbangkan dengan kepentingan-kepentingan setiap Negara. Dengan hal ini maka dunia internasional juga memberikan batasan terhadap kebebasan bergerak ini. Kebebasan bergerak itu dibatasi dengan keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat. Universitas Sumatera Utara nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat yang sesuai dengan kovenan internasional dalam hak sipil dan politik. 2 Hukum Keimigrasian di Indonesia menganut prinsip Pencegahan dan Penangkalan di Indonesia selective policy. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap rakyat, maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di izinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia. Orang asing karena alasan-alasan tertentu seperti sikap permusuhan terhadap rakyat dan Negara Republik Indonesia untuk sementara waktu dapat ditolak masuk wilayah Indonesia. Selanjutnya berdasarkan selective policy Untuk melaksanakan pencegahan dan penangkalan harus dilakukan oleh petugas yang diberi wewenang. Menurut ketentuan Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 wewenang dan tanggung jawab pencegahan dilakukan oleh : , secara selektif dapat diatur izin tinggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia. Terhadap warga Negara Indonesia berlaku prinsip bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Namun, hak-hak ini bukan sesuatu yang tidak dapat dibatasi. Karena alasan-alasan tertentu dan untuk jangka waktu tertentu warga Negara Indonesia dapat dicegah ke luar dari wilayah Indonesia dan dapat ditangkal masuk ke wilayah Indonesia. Tetapi, oleh karena penangkalan pada dasarnya ditujukan pada orang asing, maka penangkalan terhadap warga Negara Indonesia hanya dikenakan dalam keadaan sangat khusus. a. Menteri Hukum dan Ham, melalui Dirjen keimigrasian, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian Universitas Sumatera Utara b. Menteri Keuangan, sepanjang menyangkut urusan piutang Negara c. Jaksa Agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g Undang-Undang Nomor 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. d. Panglima angkatan bersenjata Republik Indonesia, sepanjang menyangkut pemeliharaan dan penegakkan keamanan dan pertahanan Negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 1 tahun 1988. Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang sekurang-kurangnya memuat : a. Identitas orang yang terkena pencegahan. b. Alasan pencegahan. c. Jangka waktu pencegahan Keputusan mengenai hal tersebut disampaikan dengan surat tercatat kepada orang atau orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya tujuh hari terhitung sejak tanggal penetapan. Keputusan pencegahan oleh Menteri Hukum dan HAM serta oleh menteri keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 1 huruf a dan b berlaku untuk jangka waktu paling lama enam bulan, dan dapat diperpanjang untuk paling banyak dua kali masing-masing tidak lebih dari enam bulan. Keputusan pencegahan oleh kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 1 huruf c berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan keputusan jaksa agung. Sedangkan keputusan pencegahan oleh panglima ABRI sekarang namanya menjadi TNI sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 1 huruf d berlaku untuk jangka Universitas Sumatera Utara waktu paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan pencegahan tersebut tidak lebih dari dua tahun. Apabila tidak ada keputusan perpanjangan pencegahan tersebut berakhir demi hukum. Setiap wewenang yang diberikan kepada pejabat-pejabat tersebut, dalam menggunakan kewenangannya untuk melakukan pencegahan harus benar-benar didasarkan pada keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat dengan alasan yang rasionil dan jelas karena hal ini menyangkut hak asasi setiap orang. Alasan yang rasionil dan jelas ini bersifat relatif, karena besarnya tingkat keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral dan kepentingan masyarakat itu relatif bergantung dari keadaan Negara tersebut. Disinilah kearifan dan kebijaksanaan para pejabat-pejabat tersebut dalam melaksanakan kewenangannya harus dilandaskan pada pola fikir yang jernih dan hati nurani mereka. Disamping pencegahan, yang juga penting adalah penangkalan. Wewenag dan tanggung jawab penangkalan terhadap orang asing dilakukan oleh : a. Menteri, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian. b. Jaksa agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g Undang-Undang Nomor 5 tahun 1991 tentang kejaksaan Republik Indonesia. c. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sepanjang menyangkut pemeliharaan dan penegakkan keamanan dan pertahanan Negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan poko pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 1 tahun 1988. Pelaksanaan penangkalan didalam huruf c aturan di atas, dilakukan semata- mata untuk mencapai tujuan dan dalam batas-batas seperti yang diatur dalam undang- Universitas Sumatera Utara undang nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 1 Tahun 1988. Berdasarkan undang-undang ini, pertahanan dan keamanan Negara bertujuan untuk tetap tegaknya Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 terhadap segala ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri serta tercapainya tujuan nasional. Pelaksanaan komando pertahanan keamanan Negara ada pada panglima Tentara Nasional Indonesia TNI. Dengan demikian, dalam rangka melaksanakan tugas di bidang pertahanan keamanan, panglima Tentara Nasional Indonesia TNI berwenang menolak orang asing untuk masuk ke wilayah Republik Indonesia. Wewewang dan tanggung jawab penolakan terhadap warga Negara Indonesia dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh menteri dan anggotanya terdiri dari unsur-unsur : a. Markas besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. b. Kejaksaan Agung Republik Indonesia. c. Departemen Luar Negeri. d. Departemen Dalam Negeri. e. Badan Kordinasi bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional f. Badan Koordinasi Intelejen Negara Penolakan terhadap orang asing dilakukan karena : a. Diketahui atau diduga terlibat dengan kegiatan sindikat kejahatan internasional. b. Pada saat berada di negaranya sendiri atau di Negara lain bersikap bermusuhan terhadap pemerintah Indonesia atau melakukan perbuatan yang mencemarkan nama baik bangsa dan Negara Indonesia. Universitas Sumatera Utara c. Diduga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keamanan dan ketertiban umum, kesusilaan, agama, dan adat kebiasaan masyarakat Indonesia. d. Atas permintaan suatu Negara, orang asing yang berusaha menghindarkan diri dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di Negara tersebut karena melakukan kejahatan yang juga diancam pidana menurut hukum yang berlaku di Indonesia. e. Pernah diusir atau dideportasi dari wilayah Indonesia, dan f. Alasan-alasan lain yang berkaitan dengan keimigrasian yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintahan. Pada dasarnya setiap warga Negara Indonesia berhak untuk masuk atau kembali ke Indonesia kapan saja. Oleh karena itu penangkalan terhadap mereka hanya dilakukan berdasarkan keadaan yang khusus. Keadaan khusus tersebut adalah bahwa mereka telah lama berada dan tinggal menetap di luar negeri, sehingga sikap mental,ucapan dan tingkah laku mereka benar-benar sudah seperti orang asing dan melakukan tindakan yang memusuhi Negara Indonesia serta bersikap anti pemerintah Negara Republik Indonesia. Selain itu penangkalan terhadap warga Negara Indonesia dapat juga atas pertimbangan masuknya mereka ke Indonesia dapat menimbulkan gangguan terhadap pembangunan nasional, menimbulkan perpecahan bangsa, atau menganggu stabilitas nasional dan dapat pula menimbulkan ancaman terhadap diri atau keluarganya. Didalam Pasal 91 dari Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 Tentang Keimigrasian ditentukan warga Negara Indonesia yang dapat dikenakan penangkalan adalah terhadap warga Negara yang : Universitas Sumatera Utara a. Telah lama meninggalkan Indonesia atau tinggal menetap atau telah menjadi penduduk suatu Negara lain dan melakukan tindakan atau bersikap bermusuhan terhadap Negara atau pemerintahan Republik Indonesia. b. Apabila masuk wilayah Indonesia dapat menganggu jalannya pembangunan, menimbulkan perpecahan bangsa, atau dapat menganggu stabilitas nasional. c. Apabila masuk wilayah Indonesia dapat mengancam keselamatan diri atau keluarganya Penolakan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang dikirimkan kepada perwakilan- perwakilan Republik Indonesia dengan sekurang-kurangnya memuat : a. Identitas orang yang terkena penangkalan. b. Alasan penangkalan. c. Jangka waktu penangkalan. Keputusan penangkalan yang dimaksud dalam pasal 15 ayat 1 huruf a dan c, berlaku untuk jangka waktu paling lama satu tahun dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama atau kurang dari waktu tersebut. Keputusan penangkalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 1 huruf b, berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan keputusan jaksa agung. Apabila tidak ada keputusan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, penangkalan tersebut berakhir demi hukum. Keputusan penangkalan terhadap warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 dari Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 berlaku untuk jangka waktu paling lama enam bulan dan setiap kali dapat diperpanjang untuk paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan penangkalan tersebut tidak lebih dari dua tahun. Apabila tidak ada keputusan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, penangkalan tersebut berakhir demi hukum. Sama seperti Universitas Sumatera Utara halnya dengan pencegahan, setiap wewenang yang diberikan kepada pejabat-pejabat tersebut, dalam menggunakan kewenangannya untuk melakukan penangkalan harus benar-benar didasarkan pada keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat dengan alasan yang rasionil dan jelas. Kearifan dan kebijaksanaan pejabat-pejabat sangat menentukan karena sifat relatifnya keamanan nasional,ketertiban umum, dan kepentingan masyarakat. Untuk mengatasi relatifnya sifat ini diperlukannya kriteria-kriteria yang menjadi patokan dalam menentukan,perlu adanya definisi lebih lanjut yang dituangkan didalam suatu peraturan. Hal ini berguna untuk membatasi setiap diskresi pejabat-pejabat yang berwenang yang terlampau jauh melanggar hak asasi manusia. 3 Dalam sejarah Indonesia telah melakukan beberapa kali pencegahan dan penangkalan Pencekalan kepada warga negaranya. Salah satu pencekalan yang sangat berpengaruh ke sistem hukum keimigrasian adalah penangkalan terhadap warga Negara Indonesia yang berada diluar negeri yang diduga sebagai bekas anggota Partai Komunis Indonesia PKI. Pencekalan terhadap warga Negara Indonesia eks anggota PKI ini sangat tidak rasionil dan tidak manusiawi, mereka hanya memiliki pandangan politik yang berbeda, bahkan ada warga Negara Indonesia yang tidak tahu menahu mengenai ideologi komunis yang diduga memiliki pandangan komunis juga turut di cekal. Penerapan dan Penggunaan Pencegahan dan Penangkalan di Indonesia Karena atas tuntutan hak asasi manusia ini maka Pemerintah Republik Indonesia mencabut penangkalan terhadap warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri yang diduga eks anggota PKI. Aturan-aturan keimigrasian yang perihal mengenai pencekalan terhadap warga Negara Indonesia eks anggota PKI- pun di revisi oleh DPR dan Pemerintah. Sehingga tidak ada lagi aturan yang Universitas Sumatera Utara mengharuskan dilakukannya pencekalan yang tidak rasionil dan tidak manusiawi, sebagaimana yang di adopsikan oleh Immigatie dients, warisan dari kolonial Belanda, Berdasarkan Pasal 91 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011disebutkan bahwa Menteri berwenang dan bertanggung jawab melakukan Pencegahan yang menyangkut bidang Keimigrasian. Menteri melaksanakan Pencegahan berdasarkan: a. Hasil pengawasan keimigrasian dan keputusan tindakan administratif keimigrasian; b. Keputusan Menteri Keuangan dan Jaksa Agung sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Permintaan kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. Perintah ketua komisi pemberantasan korupsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Permintaan kepala badan narkotika nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; danatau; f. Keputusan, perintah, atau permintaan pimpinan kementerianlembaga lain yang berdasarkan undang-undang memiliki kewenangan pencegahan. Menteri Keuangan, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepala Badan Narkotika Nasional, atau pimpinan kementerianlembaga yang memiliki kewenangan Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf f bertanggung jawab atas keputusan, permintaan, dan perintah Pencegahan yang dibuatnya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB IV KENDALA DAN UPAYA MENGATASI KENDALA DALAM RANGKA

PENERAPAN KEBIJAKAN SELEKTIF SELECTIVE POLICY TERHADAP ORANG ASING KE INDONESIA.

A. Kendala-Kendala Dalam Penerapan Kebijakan Selektif

Kendala-kendala dalam penerapan Kebijakan Selektif kebanyakan mengenai perizinan, dimana kebanyakan warga negara asing yang masuk ke Indonesia salah menggunakan izin tinggal, izin tinggal disalahgunakan untuk keperluan lain. Seharusnya izin wisata seharusnya dipergunakan untuk kunjungan wisata, akan tetapi ada sebahagian wisatawan tidak menggunakan izin wisatanya untuk berwisata, tetapi malah disalahgunakan untuk keperluan lain. Warga Negara Asing WNA yang masuk ke Indonesia pada umumnya atau kota Medan khususnya, menggunakan fasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat BVKS maupun menggunakan visa wisata akan mendapat izin kunjungan wisata sesuai dengan izin masuk baik dengan visa atau bebas visa. Di dalam izin kunjungan tersebut dijelaskan bahwa izin kunjungan digunakan penggunaannya untuk berwisata, tetapi kenyataannya ada juga wisatawan yang menyalahgunakannya untuk keperluan lain sebagai sampingan bahkan ada juga wisatawan yang sama sekali tidak berwisata. Penyalahgunaan tersebut bisa terjadi karena faktor-faktor ruang lingkup fasilitas bebas visa yang dinilai terlalu luas, dan pemberian tenggang waktu pada izin kunjungan wisata yang terlalu lama atau karena faktor petugas migrasi sendiri. Hal ini dimanfaatkan oleh Warga Negara Asing untuk menyalahgunakan izin keimigrasian. 69 Adapun Penyalahgunaan izin keimigrasian tersebut yang menyangkut izin warganegara asing yang berada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Ruang lingkup fasilitas bebas visa

Dokumen yang terkait

Pengawasan Keimigrasian Terhadap Orang Asing dalam Rangka Pendoportasian Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Studi di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan)

1 144 148

PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

0 0 180

uu no 06tahun 2011 ttg keimigrasian

0 0 52

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

0 0 104

FORMULASI SANKSI PIDANA TERHADAP PELANGGARAN KEIMIGRASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 38

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian

0 0 7

PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM RANGKA PENDEPORTASIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN (STUDI DI KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA MEDAN) TESIS

0 0 14

BAB II KEBIJAKAN SELEKTIF (SELEKTIF POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA DALAM PERATURAN KEIMIGRASIAN DI INDONESIA A. Kebijakan Selektif Masuknya orang Asing Ke Indonesia. - Kebijakan Selektif (Selective Policy) Masuknya Orang Asing ke Indonesia Berd

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kebijakan Selektif (Selective Policy) Masuknya Orang Asing ke Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

0 0 21

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

0 0 13