atau narkotika. Hal ini yang mendasari diterbitkan Keputusan Menteri Kehakiman No. M.01-12.01.02 tahun 1983 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat BVKS.
Keputusan Menteri ini bertujuan memperjelas kepastian dan batasan fasilitas bebas visa.
Hasil penelitian Tim Evaluasi dan Analisa dari Badan Pembinaan Hukum Nasional BPHN yang dilakukan sejak tahun 1992 – 1993 disejumlah daerah
wisata di Indonesia mengenai Pengaturan Fasilistas Bebas Visa Wisata BVW bagi orang asing yang berkunjung ke Indonesia, menyebutkan adanya pelanggaran
terhadap pemberian Fasilitas Bebas Visa Wisata BVW yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, No. M.01-12.01.02 tahun
1983. Kemudian, setelah ruang lingkup fasilitas bebas visa dalam BVKS diperluas tetap saja ditemukan pelanggaran yang sama. Sehingga kesempatan ini
dimanfaatkan orang asing sebagai salah satu cara masuknya imigran gelap ke Indonesia.
72
2. Tenggang Waktu Fasilitas Bebas Visa
Sebagaimana telah diketahui mengenai tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa untuk wisata telah beberapa kali di atur, yaitu dalam :
Tabel 1. Masa Tenggang Waktu Pemberian Fasilitas Bebas Visa
Bentuk Peraturan Tahun
Tenggang Waktu
PP No. 26 Tahun 1970 tentang Koordinasi Pengawasan Ornag Asing yang berkunjung
ke Indonesia SKB Menteri Luar Negeri dan Menteri
Kehakiman tentang Peraturan Visa Keputusan Menteri Kehakiman tentang
1970 1979
1983 7 Tujuh Hari
30 Tiga Puluh hari + 15 Lima Belas hari
60 Enam Puluh hari
72
I Wayan Tangun Susila, dkk “Usaha penanggulangan tindak pidana imigrasi dan imigrasi gelap di Kota Denpasar” Laporan Penelitian, Universitas Udayana dan PDII
LIPI Jakarta Denpasar 1993, hal 23.
Universitas Sumatera Utara
Bebas Visa Wisata BVW Keputusan Kehakiman tentang Bebas Visa
Kunjungan Singkat BVKS 1993
atau 2 Dua bulan 60 Enam Puluh hari
atau 2 Dua bulan
Sumber : Hasil Investarisasi Peraturan Perundang – undangan Bebas Visa Wisata Tahun 1970 - 1993
Perkembangan tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa bagi wisatawan dimaksudkan untuk mendukung pertmbuhan kepariwisataan dan meningkatkan
arus wisatawan. Tenggang waktu wisatawan di Indonesia selama 2 dua bulan merupakan pendapatan bagi pengelola wisata.
Tetapi tenggang waktu 2 dua bulan ini dirasakan terlalu panjang atau lama. Hal ini dikarenakan jarang sekali wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia
selama 2 dua bulan untuk berwisata saja. Lamanya jangka waktu ini ternyata dapat memberikan peluang bagi wisatawan asing untuk melakukan pelanggaran
dengan berbagai motivasi seperti disalahgunakan untuk bekerja. Sedangkau bagi orang asing yang akan bekerja di Indonesia sudah ada pengaturannya, yaitu
mempunyai Izin Tinggal Terbatas dan memiliki izin Kerja yang diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja.
73
Berdasarkan basil penelitian oleh Tim Evaluasi dan analisis terhadap responden yaitu para wisatawan asing tentang waktu pemberian fasilitas bebas
visa adalah sebagai berikut :
74
1. Tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa untuk wisata yang paling ideal
adalah 1 satu bulan dan dapat diperpanjang selama 30 tiga puluh hari. Alasan-alasan yang dikemukakan adalah :
a. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa lama masa kunjungan wisatawan
asing ke Indonesia rata-rata antara 3 tiga sampai 4 empat minggu saja;
73
H.S. Sjarif, Pedoman Penggunaan tenaga kerja Asing di Indonesia dan peraturan-peraturannya, Sinar Grafika, Jakarta, 1996 hal 6-8.
74
Tim Analisa dan EvakuasiAntonius Ginting, dkk opcit hal. 16-17.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemberian fasilitas bebas visa selam 1 satu bulan dirasakan masih kurang
bagi sebagian besar wisatawan asing, sebab objek wisata. di Indonesia sangat banyak dan menarik;
c. Pemasukan devisa dapat memenubi target yang diharapakan;
d. Pengawasan terhadap orang asing bisa terkendali.
2. Tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa selama 2 dua bulan apalagi 3
tiga bulan dipandang tidak ideal, sebab : a.
Terlalu lama; b.
Bisa disalahgunakan untuk tujuan lain selain berwisata; c.
Jarang sekali wisatawan asing yang berwisata sampai 3 tiga bulan; d.
Pengawasan terbadap orang asing memerlukan perhatian yang lebih seksama.
3. Petugas Imigrasi