Rukun dan Syarat Wakaf Uang
sekali pakai. Wakaf dipandang sah bila harta wakaf memiliki nilai dan merupakan hak penuh si waqif. Harta wakaf tersebut, boleh jadi
berupa saham atau uang yang dapat diperdagangkan, dengan catatan tingkat spekulasinya tidak begitu tinggi. Artinya, jika harta wakaf
hendak dikembangkan dalam bentuk perdagangan misalnya, modal harus
diperhitungkan sedemikian
matang, sehingga
dapat menghasilkan keuntungan sesuai yang diharapkan dengan tujuan
untuk pengembangan harta wakaf itu sendiri. Sebagai kode etiknya tentu dalam menjalankan modal harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuan hukum Islam, agar terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan hukum Islam. Golongan Malikiyah dan Syi‟ah
memperbolehkan wakaf benda-benda yang bergerak, sebab menurut mereka wakaf boleh bersifat sementara dan juga boleh selama-
lamanya. Demikian pula mazhab Syafi‟i dan Hanabilah juga membolehkan wakaf benda yang bergerak seperti uang, sedang
keabadian suatu wakaf bergantung pada sifat benda itu sendiri.
33
3. Tujuan Wakaf mauquf „alaih
Tujuan wakaf berdasarkan pemahaman pada hadits Ibnu Umar yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa harta yang
diwakafkan oleh waqif itu ditujukan kepada orang fakir, kerabat,
33
Imam Suhadi, Hukum Wakaf di Indonesia cet. Ke-1 Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985, h. 24.
untuk memerdekakan budak, pada jalan Allah, orang terlantar dan tamu.
Berdasarkan hadits Ibnu Umar tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan wakaf tidak terlepas dari dua hal, yaitu:
34
a. Untuk mencari keridhaan Allah SWT, termasuk di dalamnya segala
macam usaha untuk menegakkan agama Islam, seperti mendirikan tempat-tempat ibadah kaum muslimin, kegiatan dakwah,
pendidikan agama Islam, penelitian ilmu-ilmu agama dan sebagainya.
b. Untuk kepentingan masyarakat, seperti untuk membantu fakir
miskin, terlepas apakah orang muslim atau non muslim, mendirikan sekolah, dan panti asuhan,dan sebagainya.
Sekalipun dalam hadits tidak disebutkan secara tegas seluruh tujuan wakaf, namun dapat dipahami bahwa wakaf yang besar
pahalanya adalah wakaf dengan tujuan seperti di atas. Para ulama sepakat bahwa wakaf tidak boleh untuk tujuan maksiat, tempat
perjudian, tempat pesta dansa, dan perkumpulan-perkumpulan sesat lainnya.
4. Pernyataan Wakaf sighat wakaf
34
Ibid , h. 48.
Pernyataan waqif yang merupakan tanda penyerahan barang atau benda yang diwakafkan, dapat dilakukan dengan lisan atau
tulisan. Mengenai pembatasan waktu dalam berwakaf, seperti pernyataan seseorang “Aku wakafkan tanah ini sepuluh tahun” maka
mazhab Maliki membolehkan dengan alasan bahwa sesuai dengan hadits Ibnu Umar bahwa wakaf itu semacam sedekah, sedangkan
setiap sedekah boleh terbatas waktunya. Tetapi menurut mazhab Hanafi, Syafi‟i, dan Zahiri berpendapat bahwa “waktu selama-
lamanya” merupakan syarat sahnya wakaf. Dasar pendapat mereka adalah hadits Ibnu Umar yang menyatakan bahwa wakaf itu tidak
boleh dijual, tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan.
35
Dari pendapat tersebut berarti bahwa apabila wakaf tersebut untuk waktu tertentu saja, maka tidak sah wakafnya. Jika terjadi suatu
wakaf, walau tidak disebutkan syarat selama-lamanya, berarti wakaf telah melepaskan haknya untuk selama-lamanya. Waqif bukan lagi
pemilik harta yang telah diwakafkan itu. Persyaratan mewakafkan sesuatu dapat dilakukan dengan lisan,
baik berupa tulisan maupun isyarat yang dapat memberi pengertian wakaf. Shigat wakaf pada hakikatnya merupakan pernyataan ikrar
dari si waqif bahwa ia telah mewakafkan hartanya di Jalan Allah
35
Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993, h. 196.
SWT. Karena itu, sighat wakaf tidak memerlukan qabul atau pernyataan menerima dari pihak yang menerima. Di samping itu
wakaf juga merupakan tabarru pelepasan hak milik tanpa imbalan, dan tabarru ini tidak memerlukan qabul.