Landasan Hukum Wakaf Uang

kepada orang-orang fakir kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, Ibnu sabil, dan tamu, dan tidak ada halangan bagi orang yang mengurusnya untuk memakan sebagian darinya dengan cara yang ma‟ruf dan memakannya tanpa menganggap bahwa tanah itu miliknya sendiri .” HR. Muslim 25 Para ulama mazhab syafi‟i juga telah membolehkan adanya wakaf uang, ini dijelaskan dalam riwayat Imam Syafi‟i yang berbunyi: “Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam Syafi‟i tentang dibolehkannya wakaf dinar dan dirham Uang”. 26 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI juga membolehkan wakaf uang. Fatwa komisi fatwa MUI itu dikeluarkan pada tanggal 11 Mei 2002. Pada saat itu komisi fatwa MUI juga merumuskan definisi tentang wakaf, yaitu: “Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya. Dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut menjual, memberikan, atau 25 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al bukhori, Shahih Bukhori, Semarang: Toha Putera, Juz 3, t.th, h. 185. 26 Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, tahqiq Mahmud Mathraji, Beirut: Dar al-Fikr, Juz IX, 1994, h. 379. mewariskannya, untuk disalurkan hasilnya pada sesuatu yang mubah tidak haram yang ada”. 27 Ulama fiqih membagi wakaf kepada dua bentuk: Pertama, wakaf khairi, yaitu wakaf yang sejak semula diperuntukkan bagi kemaslahatan atau kepentingan umum, sekalipun dalam jangka waktu tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk membangun masjid, sekolah, dan rumah sakit. Kedua , wakaf ahli, yaitu wakaf yang sejak semula ditentukan kepada pribadi tertentu atau sejumlah orang tertentu, sekalipun pada akhirnya untuk kemaslahatan dan kepentingan umum, karena apabila penerima wakaf telah wafat, harta wakaf itu tidak bisa diwarisi oleh ahli waris yang menerima wakaf. Wakaf tidak boleh di pindah tangan atau dirubah, tetapi kalau itu dikehendaki oleh masyarakat tanah tersebut harus diganti sesuai dengan fungsinya dan manfaatnya juga harus lebih daripada sebelumnya. Selain hal itu, Majelis Ulama Indonesia MUI telah mengeluarkan fatwanya tentang wakaf uang pada tanggal 11 Mei 2002, yang menyatakan bahwa: 28 1. Wakaf Uang Cash WakafWaqf al-Nuqud adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang. 27 Keputusan Komisi Fatwa MUI yang dikeluarkan tanggal 11 Mei 2002, yang ditandatangani K.H. Ma‟ruf Amin sebagai Ketua dan Hasanuddin sebagai sekretaris. 28 Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Tentang Wakaf Uang Tahun 2002. 2. Termasuk kedalam pengertian uang adalah surat berharga. 3. Wakaf Uang hukumnya jawaz boleh. 4. Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang diperbolehkan secara syar‟i. 5. Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan danatau diwariskan. Dengan demikian, jika dilihat dari landasan hukum wakaf uang yang telah ada dapat disimpulkan bahwa hukumnya boleh baik menurut undang-undang maupun agama.

C. Rukun dan Syarat Wakaf Uang

Suatu akad wakaf uang dapat dianggap sah secara syara‟ apabila memenuhi empat unsur berikut, yaitu: 1. Orang yang berwakaf waqif Dalam hal ini waqif harus memenuhi syarat-syarat untuk melakukan tabarru‟, yaitu melepaskan hak milik dengan ikhlas tanpa imbalan materi apapun. Orang dikatakan mempunyai kecakapan bertabarru apabila ia telah balig, berakal sehat, dan tidak terpaksa. 29 Menurut PP. No. 28 Tahun 1977, syarat-syarat waqif adalah sebagaimana yang diatur dalam pasal 3 ayat 1 yang berbunyi: 29 Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Pengelolaan Wakaf Uang, Jakarta: Maret, 2008, h. 9. “Badan-badan hukum Indonesia atau orang-orang yang telah dewasa dan sehat akalnya yang oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan dari pihak-pihak, dapat mewakafkan tanah miliknya dengan memperhatikan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku”. 30 Dari isi pasal 3 ayat 1 tersebut dapat dilihat adanya persamaan dengan hukum Islam mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang berwakaf waqif. Sedangkan dalam hukum perwakafan tanah milik, syarat orang yang berwakaf waqif ada empat perkara yaitu: a. Waqif harus merdeka dan memiliki hak penuh terhadap barang yang diwakafkan. Tidak sah wakaf dari seorang budak sahaya dan tidak sah pula mewakafkan milik orang lain atau wakaf seorang pencuri atas barang curiannya. b. Orang yang berwakaf itu harus berakal sempurna. Tidak sah wakaf orang gila dan orang lemah akalnya disebabkan sakit atau lanjut usia, termasuk juga wakafnya orang dungu karena akalnya dipandang kurang. Kesempurnaan akal dibutuhkan dan bahkan menjadi syarat, karena wakaf termasuk perilaku ekonomi yang 30 Saroso, Tinjauan Yuridis, Yogyakarta: Liberty Jogjakarta, 1984, h. 53. memerlukan keharusan akal sehat dan pertimbangan-pertimbangan yang matang. c. Waqif harus cukup umur atau balig. Oleh para Fuqaha balig dipandang sebagai indikasi sempurnya akal seseorang. Oleh karena itu, wakaf anak kecil dianggap tidak sah, baik terlepas apakah ia sudah mampu melakukan transaksi wakaf atau belum. d. Orang yang berwakaf harus sudah bisa berpikir jernih dan tenang, dan tidak ada tekanan sedikitpun diakibatkan kelalaian atau kebodohan sehingga menyebabkan ia bangkrut, walaupun wakaf tersebut berada dibawah pengawasan wali atau orang yang sudah dewasa. 31 Mengenai kecakapan bertindak dalam hukum Islam ada istilah yang perlu dipahami, yaitu istilah baligh. Istilah tersebut, mengandung pengertian kematangan pertimbangan akal, sehingga dengan syarat ini si waqif dianggap cukup cakap dan mampu melakukan tabarru ‟. 32 2. Harta yang diwakafkan mauquf Dalam hal ini benda wakaf harus dapat dimanfaatkan dalam kurun waktu yang berjangka lama, dengan pengertian tidak habis 31 Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, h. 34. 32 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam, Yogyakarta: UII Press, 2000, h. 8. sekali pakai. Wakaf dipandang sah bila harta wakaf memiliki nilai dan merupakan hak penuh si waqif. Harta wakaf tersebut, boleh jadi berupa saham atau uang yang dapat diperdagangkan, dengan catatan tingkat spekulasinya tidak begitu tinggi. Artinya, jika harta wakaf hendak dikembangkan dalam bentuk perdagangan misalnya, modal harus diperhitungkan sedemikian matang, sehingga dapat menghasilkan keuntungan sesuai yang diharapkan dengan tujuan untuk pengembangan harta wakaf itu sendiri. Sebagai kode etiknya tentu dalam menjalankan modal harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan hukum Islam, agar terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan hukum Islam. Golongan Malikiyah dan Syi‟ah memperbolehkan wakaf benda-benda yang bergerak, sebab menurut mereka wakaf boleh bersifat sementara dan juga boleh selama- lamanya. Demikian pula mazhab Syafi‟i dan Hanabilah juga membolehkan wakaf benda yang bergerak seperti uang, sedang keabadian suatu wakaf bergantung pada sifat benda itu sendiri. 33 3. Tujuan Wakaf mauquf „alaih Tujuan wakaf berdasarkan pemahaman pada hadits Ibnu Umar yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa harta yang diwakafkan oleh waqif itu ditujukan kepada orang fakir, kerabat, 33 Imam Suhadi, Hukum Wakaf di Indonesia cet. Ke-1 Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985, h. 24.