PENDAHULUAN Perbandingan Model Pengelolaan Wakaf Uang Di Bangladesh dan Indonesia

Para ulama berbeda pendapat tentang arti wakaf secara istilah. Mereka mendefinisikan wakaf dengan definisi yang beragam, sesuai dengan perbedaan mazhab yang mereka anut, baik dari segi kelaziman dan ketidaklazimannya, syarat pendekatan di dalam masalah wakaf ataupun posisi pemilik harta wakaf setelah diwakafkan. Selain itu, juga perbedaan persepsi di dalam tata cara pelaksanaan wakaf, dan apa saja yang berkaitan dengan wakaf, seperti persyaratan serah terima secara sempurna dan sebagainya. Defisini wakaf menurut para ulama adalah sebagai berikut: Menurut Abu Hanifah, wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik waqif dalam rangka mempergunakan manfaat untuk kebaikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari waqif bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya, karena yang lebih kuat menurut Abu Hanifah adalah bahwa wakaf hukumnya jaiz boleh, tidak wajib sama halnya dengan pinjaman. 19 Menurut Imam Maliki, wakaf adalah perbuatan waqif yang menjadikan manfaat hartanya untuk digunakan oleh penerima wakaf, walaupun yang dimiliki itu berbentuk upah atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari 19 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, terjemahan Indonesia, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, cet. 3, juz 8, h. 153. penggunaan secara pemilikan tetapi membolehkan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu pemberian manfaat benda secara wajar sedangkan benda itu tetap menjadi milik waqif. Perwakafan itu berlaku untuk masa tertentu dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal selamanya. Menurut Imam Syafi‟i, mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa memberi manfaat serta kekal materi bendanya dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh waqif untuk diserahkan kepada nazhir yang diperbolehkan secara syariah. Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus harta yang kekal materi bendanya dengan pengertian bahwa harta yang tidak mudah rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara terus menerus. 20 Menurut Imam Hanbali, mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan asal harta benda wakaf dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. 21 Dalam konteks perundangan di Indonesia, nampaknya wakaf dimaknai secara spesifik dengan menemukan titik temu dari berbagai pendapat ulama tersebut. Hal ini dapat terlihat dalam rumusan pengertian wakaf dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Wakaf diartikan sebagai perbuatan hukum waqif untuk memisahkan 20 Munzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta: Khalifa, 2007, h. 48. 21 Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf, Jakarta: Iman, 2009, h. 8.