Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
akan sangat membantu dalam mensejahterakan ekonomi umat, memenuhi hak-hak masyarakat, serta mengurangi penderitaan masyarakat.
Wakaf uang sebagai salah satu alternatif atas pengentasan kemiskinan telah diterapkan di beberapa Negara Islam. Terutama di
Bangladesh wakaf telah dikelola oleh Social Islami Bank Limited SIBL yang mengembangkan pasar modal sosial social capital marketpada
sektor voluntary
4
, wakaf uang membuka peluang unik bagi penciptaan
investasi di bidang keagamaan, pendidikan dan pelayan sosial. Tabungan dari warga yang berpenghasilan tinggi dapat dimanfaatkan melalui
penukaran Sertifikat Wakaf Uang. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan wakaf uang tersebut dapat dibelanjakan untuk berbagai
tujuan yang berbeda seperti pemeliharaan harta-harta wakaf itu sendiri dan untuk investasi yang strategis untuk menghapuskan kemiskinan dan
menangani ketertinggalan di bidang ekonomi serta bidang pendidikan, riset dan kesehatan.
5
Istilah wakaf uang belum begitu familiar di tengah masyarakat Indonesia, ini bisa dilihat dari pemahaman masyarakat Indonesia yang
memandang wakaf hanya sebatas pada pemberian berbentuk barang tidak
4
M.A. Mannan, “Sertifikat Waqf Tunai, sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam
” CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI, h. 50-51.
5
Mulya E.Siregar,Peranan Perbankan Syariah dalam implementasi Wakaf Uang, dalam Al-Awqaf, Volume IV, 2011 Nomor 04, h. 1.
bergerak, seperti tanah dan bangunan yang diperuntukkan untuk tempat ibadah, kuburan, pondok pesantren, rumah yatim piatu dan pendidikan
semata.
6
Pemanfaatan benda wakaf masih berkisar pada hal-hal yang bersifat fisik, sehingga tidak memberikan dampak ekonomi secara
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Banyaknya harta benda wakaf yang ada di masyarakat Indonesia belum mampu mengatasi
masalah kemiskinan.Padahal benda yang bergerak, seperti uang misalnya, pada hakikatnya juga merupakan salah satu bentuk instrumen wakaf yang
memang diperbolehkan dalam Islam. Pengelolaan wakaf uang secara produktif untuk kesejahteraan
masyarakat menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari lagi. Apalagi di saat ini negeri Indonesia mengalami turbulensi ekonomi yang memerlukan
partisipasi banyak pihak. Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf diarahkan untuk memberdayakan wakaf
yang merupakan salah satu instrumen dalam membangun kehidupan sosial ekonomi umat Islam. Kehadiran Undang-undang wakaf ini menjadi
momentum pemberdayaan wakaf secara produktif, sebab di dalamnya terkandung pemahaman yang komprehensif dan pola manajemen
pemberdayaan potensi wakaf secara modern.
6
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
, Strategi Pengembangan Wakaf Uang di Indonesia, Jakarta: Februari, 2009, h. 8.
Implementasi pengelolaan wakaf uang di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 menentukan bahwa ada tiga pihak
yang terkait dalam pengelolaan wakaf uang, yakni Badan Wakaf Indonesia BWI sebagai pihak yang melakukan pengelolaan dan pengembangan,
Lembaga Keuangan Syariah LKS sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana dan nazhir sebagai pengelola dana wakaf uang.
Kenyataannya, melalui mekanisme pengelolaan seperti ini potensi wakaf uang di negeri ini belum optimal. Hal ini, antara lain, disebabkan oleh
sosialisasi dan kapasitas nazhir pengelola yang belum maksimal. Walaupun segala hal yang berhubungan dengan wakaf di Indonesia
adalah wewenang Badan Wakaf Indonesia BWI, namun di sisi lain, pengelolaan dana wakaf uang yang belum dilakukan di bawah satu payung
lembaga ini menimbulkan kurang efektifnya pengelolaan wakaf uang selama ini. Dengan mengacu pada model pengelolaan wakaf uang yang
telah berhasil diterapkan di Negara Bangladesh, seharusnya dapat menjadi acuan untuk merumuskan suatu model bank wakaf di Indonesia.
Di Bangladesh misalnya, upaya non pemerintah untuk menjawab masalah kemiskinan telah dicoba melalui keberadaan lembaga yang
bernama Social Islami Bank Limited SIBL. Lembaga ini beroperasi denganmenggalang dana masyarakat kaya, khususnya melalui dana
wakaf uang dan dalam satu atap, untuk kemudian dikelola dimana hasil pengelolaannya disalurkan untuk masyarakat miskin. Meskipun negara ini
masih tergolong negara berkembang tetapi efek kemaslahatan dari Sertifikat Wakaf Uang SWU sudah mulai terasa di Bangladesh.
Untuk kasus Indonesia, upaya seperti yang dilakukan oleh SIBL tersebut, merupakan satu alternatif yang menarik. Sebuah model Bank
Wakaf sebagai satu payung khusus yang mengelola dana wakaf uang secara terintegrasi. Penerapan model Bank Wakaf di Indonesia ini pun
memiliki potensi yang cukup besar untuk mengikuti keberhasilan model Bank Wakaf di negara lain. Mengingat posisi Indonesia sebagai negara
dengan populasi penduduk yang sangat besar dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Dengan efektifnya pengelolaan dan pengembangan sektor
wakaf, sebagai salah satu instrumen ekonomi Islam, maka masalah- masalah umat seperti misalnya kemiskinan akan lebih cepat teratasi.
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, penulis merasa penting untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul
“Perbandingan Model Pengelolaan Wakaf Uang Di Bangladesh dan Indonesia
”.