danatau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah danatau kesejahteraan umum menurut syari‟ah.
22
Rumusan dalam Undang-undang wakaf tersebut, jelas sekali merangkum berbagai pendapat para ulama fiqh tersebut di atas tentang makna wakaf,
sehingga makna wakaf dalam konteks Indonesia lebih luas dan lebih komplit.
Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat harta yang diwakafkan
kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran syari‟ah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5
Undang-undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yang menyatakan wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta
benda untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.Sedangkan pengertian wakaf uang disebutkan dalam Undang-
undang tentang wakaf yang menyatakan bahwa harta benda wakaf meliputi:
23
1 Harta benda wakaf terdiri atas benda tidak bergerak dan benda
bergerak.
22
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 1 ayat 1.
23
Ibid , pasal 16 ayat 1
2 Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a
meliputi; a
Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
b Bangunan atau bagian bangunan yang terdiri di atas tanah
sebagaimana dimaksud pada huruf a; c
Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah; d
Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syari‟ah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3
Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Huruf b adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi uang,
logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, serta benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya pada Pasal 28-31 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Pasal 22-27 Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, secara eksplisit disebutkan tentang bolehnya pelaksanaan
wakaf uang.
Dengan demikian yang dimaksud wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang. Juga termasuk kedalam pengertian uang adalah surat- surat berharga, seperti saham, cek dan lainnya.
B. Landasan Hukum Wakaf Uang
Secara umum tidak terdapat ayat al- Qur‟an yang menerangkan
konsep wakaf secara konkrit tekstual. Wakaf termasuk infaq fi sabililillah, maka dasar yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf
ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat al- Qur‟an yang menjelaskan
tentang infaq fi sabililillah. Di antara ayat-ayat tersebut antara lain :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah di jalan Allah
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Q.S. al-Baqarah 2: 267
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang
sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.”
Q.S. al-Imran 3: 92
ل ع ي ع ير ج ق ص : اث ا ع عطق ر ل ع ي حل ص
س Artinya: “Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah pahala
amal perbuatannya kecuali dari tiga hal, yaitu dari 1 shadaqah
jariyah; 2 ilmu yang dimanfaatkan; atau 3 anak sholeh yang
mendoakannya
.” HR. Muslim, at-Tirmidzi, al-Nasa’i dan Abu Dawud
24
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Umar: أ ل ق ر ع ع
ل أف ر ي ًضرأ ر ع ص -
س ي ع ه ص -
ي ل قف يف ر أ سي ر أ ف ع س أ طق ًا صأ ل ر ي ًضرأ صأ إ ه ل سر
ل ق ذ
ش إ ح
ق ص صأ س .د
ا ر ي ا ع ي ا صأ ع ي ا أ ر ع ص ف ل ق ي سل
ه لي س ف قرل ف رقل ف ء رق ل ف ر ع ص ف ل ق . ي
ا فيضل ل . يف ل
ريغ ًقي ص عطي أ ف رع ل لكأي أ يل ع ح ج لس ر
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, dia berkata: Umar telah
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, lalu dia datang kepada Nabi saw untuk meminta pertimbangan tentang tanah itu,
kemudian ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhya aku mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, dimana aku tidak
mendapatkan harta yang lebih berharga bagiku selain dari padanya; maka apakah yang hendak engkau perintahkan
kepadaku sehubungan dengannya? Rasulullah saw berkata kepada Umar: Jika engkau suka tahanlah tanah itu dan engkau
sedekahkan manfaatnya. Lalu Umar pun menyedekahkan manfaat tanah itu dengan syarat tanah itu tidak akan dijual, tidak akan
dihibahkan dan tidak akan diwariskan. Tanah itu dia wakafkan
24
Imam Abi al Husain Muslim al hujjaj bin Muslim, Al Jami‟ al Shahih al
Mushamma Shahih Muslim, Semarang : Toha Putrera, juz 3, t.th h. 73.
kepada orang-orang fakir kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, Ibnu sabil, dan tamu, dan tidak ada halangan bagi orang yang
mengurusnya untuk memakan sebagian darinya dengan cara yang ma‟ruf dan memakannya tanpa menganggap bahwa tanah itu
miliknya sendiri .” HR. Muslim
25
Para ulama mazhab syafi‟i juga telah membolehkan adanya wakaf uang, ini dijelaskan dalam riwayat Imam Syafi‟i yang berbunyi:
“Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam Syafi‟i tentang dibolehkannya wakaf dinar dan dirham Uang”.
26
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI juga membolehkan wakaf uang. Fatwa komisi fatwa MUI itu dikeluarkan pada tanggal 11 Mei
2002. Pada saat itu komisi fatwa MUI juga merumuskan definisi tentang wakaf, yaitu:
“Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya. Dengan cara tidak melakukan tindakan hukum
terhadap benda
tersebut menjual,
memberikan, atau
25
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al bukhori, Shahih Bukhori, Semarang: Toha Putera, Juz 3, t.th, h. 185.
26
Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, tahqiq Mahmud Mathraji, Beirut: Dar al-Fikr, Juz IX, 1994, h. 379.