Facebook sebagai ‘ruang publik’ di Mesir.

76 hegemonik. Comment ini sering dipakai oleh masyarakat Tunisia dalam menyampaikan opini mereka. Comment ini merupakan slogan dari masyarakat Tunisia yang mengambarkan keinginan mereka untuk bisa mendapatkan pemerintahan yang demokratis, transparan, dan bersih dari korupsi. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial masih berperan dan berpengaruh dalam demokrasi negara Tunisia yang dipakai oleh masyarakat Tunisia untuk berdiskusi dan beropini, meskipun pemerintahan baru mereka setelah revolusi yang dipimpin oleh presiden Beji Caied Essebsi merupakan pendiri partai Nidaa Tounes.

3. Facebook sebagai ‘ruang publik’ di Mesir.

Seperti halnya negara Tunisia, masyarakat Mesir juga menggunakan facebook sebagai ruang publik untuk melakukan ‘aktivitas politik online’. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menurut survey yang dilakukan oleh Dubai School of Government penggunaan facebook lebih dominan digunakan di Mesir ketimbang twitter dan media online lainya. Penggunaan facebook di Mesir pada saat revolusi adalah sebanyak 7 juta masyarakat ketimbang twitter yang hanya berjumlah 130.000 orang. Akun facebook yang digunakan oleh masyarakat Mesir pada saat revolusi sampai sekarang salah satunya adalah akun yang bernama Egyptian Revolution. Akun ini merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat Mesir untuk berdiskusi dan berkomunikasi pada saat revolusi. Tujuannya hampir sama dengan akun I Watch_Tunisia yaitu menginginkan revolusi terjadi, dan mendapatkan kebebasan, demokrasi, dan liberalisasi di semua aspek. Akun ini dibuat pada tahun 2011, dengan 5917 follower. Tidak seperti akun I Watch_Tunisia, akun Egyptain Revolution sudah mulai jarang digunakan oleh warga Mesir sebagai ruang publik pada akhir – akhir ini. Terakhir terlihat aktivitas ruang publik pada tanggal 23 Juli 2015 dengan postingan mengenai Rabaa Story, namun penggunaan facebook sebagai ruang publik masih aktif terlihat pada tahun 2013 ketika gejolak lengsernya pemerintahan Muhammad Mursi yang merupakan presiden setelah pemerintahan Husni Mubarak. Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah ketika akun Egyptain Revolution memposting mengenai masalah politik di Mesir, yang berbunyi: Leader of Al Azhar shows surprising naivety on Egyption Politics Akun Egyptain Revolution memberikan pesan encode yang diposting di wall akun facebook-nya pada tanggal 12 Agustus tahun 2013. Pesan ini menyampaikan bahwa 77 pemimpin dari Al Azhar meperlihatkan sikap naif yang mengejutkan pada politik Mesir. Penerima pesan decoder menerima pesan yang disampaikan dengan kode balik decode yang berbeda –beda. Seperti comment dari akun Mohammed Hassen, yang berbunyi: It is really unfortunate to see a high ranking religious leader is manipulated by the military for political game. Respon dari Mohammed Hassen terlihat bahwa, dia menangkap makna pesan sama dengan makna yang disampaikan oleh akun Egyptain Revolution. Dia berpendapat bahwa, sangat disayangkan untuk melihat tingkat tinggi pemimpin agama yang telah dimanipulasikan oleh militer untuk sebuah permainan politik. Penggambaran komunikasi dua akun ini sama halnya dengan ruang publik yang terjadi pada analisis komunikasi akun facebook Tunisia di atas, bahwa terjadi komunikasi yang bersifat hegemonik atau menurut Hall berada pada posisi hipotekal, domain – hegemonic position, karena berada pada wilayah yang sama. Selain comment dari Mohammed Hassen, juga terdapat comment dari akun Mohammed Mohammed yang berbeda, yang berbunyi: Political turmoil in Egypt after the western backed military coup. But the pertinent question is “do most Egyptians know how to be free and self – determinant?” By coup or popular election? Comment dari Mohammed Mohammed ini sangat berbeda dengan comment dari Mohammed Hassen. Mohammed Mohammed memiliki sudut pandang yang kritis terhadap pesan yang disampaikan oleh akun Egyptain Revolution. Dia berseberangan dengan opini yang diposting oleh Egyptain Revolution. Hal ini terlihat pada kode balik decode yang tersirat menyatakan bahwa, bukan pemimpin keagamaan yang disalahkan, akan tetapi adalah masyarakat Mesir sendiri. Apakah masyarakat Mesir mengetahui bagaimana caranya untuk bebas, melalui kudeta militerkah yang merupakan pengaruh barat atau dengan cara pemilihan. Kedudukan kedua komunikasi ini menurut Hall termasuk oppositional position. Jika dilihat dari perspektif ruang publik J. Habermas, kondisi seperti ini menandakan bahawa tekanan tidak bisa dihilangkan dalam dialektika wacana. Dampaknya adalah tujuan akhir demokrasi ruang publik yang diajukan Habermas tentang kesepakatan pragmatis tidak dapat terjadi. Dari pemaparan analisis di atas, maka terlihat bahwa masyarakat Mesir masih menggunakan media sosial sebagai ruang publik untuk berdiskusi dan melakukan ‘aktivitas politik online’, meskipun pada akhir-akhir tahun ini tidak sesering tahun – tahun yang sebelumnya yang terlihat pada akun facebook Egyptain Revolution. 78 KESIMPULAN Media sosial merupakan salah satu media yang sangat berpengaruh kepada pembentukan budaya di Timur Tengah pasca Arab Spring. Media sosial masih tetap dijadikan sebagai ruang publik oleh masyarakat Tunisia dan Mesir untuk bisa berdiskusi dan melakukan aktivitas politik secara online, yang bertujuan untuk mempertahankan revolusi dan mendapatkan pemerintahan yang bebas, transparan, serta demokrasi, meskipun dalam kondisi tertentu demokrasi ruang publik seperti yang terlihat di akun Egyptain Revolution tidak tercapai. Komunikasi dapat terlaksana dalam ruang publik facebook tersebut, akan tetapi proses demokrasi ruang publik dalam wacana media sosial tidak seperti yang diharapkan oleh J. Habermas. Adanya kekuatan yang bersifat menekan dan tidak adanya kesepakatan bersama tidak menghasilkan demokrasi ruang publik yang sebenarnya. Secara keseluruhan dari analisis di atas dapat terlihat bahwa, masyarakat Tunisia dan Mesir tidak dapat memungkiri bahwa media sosial, salah satunya facebook merupakan media alternatif untuk membentuk sebuah komunikasi dan diskusi yang merupakan sebuah ruang publik yang membentuk dinamika budaya di Timur Tengah. DAFTAR PUSTAKA Habermas, Jorgen. 1962. The Structural Transformation of the Public Sphere trans. Thomas Burger, 1989. An Inquiry into Category of Bourgeois Society. MIT Press, Cambridge. Khotimah, S. K,. 2014. Berdemokrasi di Ruang Publik: Langsung, Umum, Bebas dan Tanpa Rahasia dalam Media Sosial Twitter Triomacan2000. Makalah Universitas Brawijaya. Octaviani, R. S 2014. Peranan Sosial Media Online Terhadap Arab Uprising 2011. Makalah Universitas Indonesia. Salim, Peter., Salim, Yenny. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Stanford University Press. 1987. The Aims of Representation. California: Stanford. Woodward, K. 1999. Concepts of identity and Difference. In K. Woodward Ed. identity and Difference pp. 8-50 California: Sage Publication Ltd. Facebook: I Watch_Tunisia Facebook: Egyptain Revolution. 79 The Influence of Middle Eastern Scholars towards the Political Islamic Movement in Jogjakarta and Surakarta Dr. Istadiyantha, M.S. Universitas Sebelas Maret, Surakarta Email: istayngmail.com ABSTRACT Political Islamic Movement is a movement that has an idealgoal to establish Islamic Syareat and struggle for Islamic country. The struggling can be local, national and globalInternational scale. There are movements that their dakwah area only in local scale, such as: FPI Front Pembela Islam 5 , FPIS Front Pemuda Islam Surakarta, Lasykar Jundullah, and KPPSI Komite Persiapan Pelaksanaan Syariat Islam. There are movements, that their dakwah area in national scale, such as: LJ Laskar Jihad, HTI Hizbut Tahrir Indonesia, MMI Majelis Mujahidin Indonesia, and JAT Jamaah Ansharut Tauhid, And movements that their dakwah area at globalinternational scale, such as: JI Jamaah Islamiyah, Alqaedah, HT Hizbut Tahrir, Syiah, and IM Ikhwanul Muslimin. One movement and others have an ideal of establishing Islamic syareat untill Islamic countrynation. Political Islamic Movement at Yogyakarta and Surakarta has been investigated and it got influenced from Salafiyah or Wahabiyah, Hizbu Tahrir, and Ikhwanul Muslimin ’ movements. Al-Ikhwan at the beginning not as a new movement because it is as the result of improvement from other movements that have appeared at the Middle East before, such as: Wahabiyah, Sanusiyah, and Mahdiyah. Like Wahabiyah ’ movement, it is not suddenly appeared as new teaching, but it is as an effort for strengthen towards the existing ideology, mainly Salafiyah, this ideology pioneered by Imam Ahmad Bin Hanbal. And HTI as the separated of Al-Ikhwan that has ideology to the Islamic Government world to lift up khilafah Islamiyah Islamic Government world Pemerintahan Islam di dunia, this movement came from Palestina to Indonesia. Finally, HTI also developed up to internasional level, that is separated from Al- Ikhwan ’ organization. Keywords: Political Islamic Movement; Khilafah Islamiyah.

1. Introduction