177
Mengapa aku di setiap tempat selalu merasa ketakutan menghadapi Bani Qurays Umayyah seakan aku adalah musuh mereka.
Setiap aku bergabung dengan kaumku Mudar, Qais, dan Arab Utara, mereka selalu sinis kepadaku karena aku mendukung Bani Hasyim dan memusuhi Bani
Umayyah
Kumpulan puisinya diberi judul al-Hasyimiyyat terdiri dari 140 bait. :
أ ضي ل ل ق ش م ، تب بع ي شل ، ي م عل ا
Engkau bergembira penuh canda saat merindukan sang gadis pujaan, sementara aku tak bisa gembira tak pula bisa bercanda
Al-Kummayt pernah berteman dengan Tirimmah yang berasal dari Suriah. Keduanya menjalin persahabatan yang baik walaupun memiliki banyak perbedaan, seperti dalam hal
latar belakang keturunan, ideologi dan keberpihakan. Al-Kummayt mendukung kelompok Syi’ah, sementara Tirimmah mendukung kelompok Khawarij. Al-Kummayt wafat pada tahun
126 H 748 M.
4.5 Ibnu Ruqayyat
Nama lengkap Ibnu Ruqayyat adalah Ubaidillah bin Qais al-Ruqayyat. Ia dilahirkan di Mkah tahun 633 M. wafat di Kairo Mesir pada 694 M. Ia mempunyai keinginan agar orang
Arab bersatu. Orang Arab tidak ada yang membenci atau memusuhi suku Quraisy, karena keberadaan Bangsa Arab sangat dipengaruhi oleh keberadaan suku Quraisy. Contoh puisi
Ibnu Ruqayyat memuji suku Quraisy
ح
عي ج يم ق نيح شيعل .
ء ها ه م ت مل
لم يف لئ ل ع طت ل ق
. ء عا ت شت شي ق
، شي ق ء ف ي ش ل ي
ء ل ه ع ه يب
شي ق ا ل نم ت ء ب يحل مه عب ن ي ا
نم
ش بع م ن ء
ل ه ج نع ت ن ه
، ما يف ه ي ي ف ق
. ء تا ه ه ك نم حل
ي له ؛ شي ق ي ع ي ب ف ، نيع
ف م عي ج --
تي ب --
ل ؟ ء
178
اعل ي ب ف يس م ح شعم
. ء ل عي ي أ ش ي
Marilah jalani hidup dengan memelihara persatuan, bangga jadi orang Arab jangan diceraiberaikan karena menuruti nafsu.
Sebelum muncul para kabilah yang serakah suku Quraisy sudah ada dan dapat mengatasi permusuhan
Wahai para pengagum Suku Quraisy, suku Quraisy akan senantiasa dilindungi Allah, dan selamanya tak akan musnah
Tak mungkin bangsa Arab tegak dan kokoh jika suku Quraisy dibiarkan menderita
Mus’ab adalah tentara Allah untuk melawan kejahatan musuh-musuh Allah
Wibawa dan pengaruhnya sangat kuat, bersih dari sifat takabur dan ria Ia menjunjung tinggi ketakwaannya kepada Allah dalam segala hal, semua
orang yang bersamanya merasa aman dan damai Menangislah jika suku Quraisy diusir atau disakiti. Tak ada lagi gunanya
menangis jika hal itu terjadi Mereka berasal dari satu ayah walaupun ibunya, semuanya bertekad
mempertahankan bendera.
Dalam salah satu puisinya, Ibn al-Ruqayyat menyatakan rasa kebenciannya kepada Bani Umayyah yang dianggap telah melakukan kezaliman terhadap kaum muslimin. Contoh
puisinya sebagai berikut Muhdar 1983: 132
ف
ل ع يم ن فيك ل ل شت
ء عش غ ش
ت هي ب نع خيشل له ت ء عل ي عل ه ب نع
م يمأ ي ب م ع نأ
ء عأ ي ن يف م نأ
ي عج أ ق فطل ب ق ء ش م ق إ م م ك
Bagaimana aku dapat tidur di ranjang, sedangkan orang-orang Syam pasukan Bani Umayyah tengah mengadakan penyerangan.
Yaitu seranhgan yang menyebabkan orang tua melupakan anak-anaknya dan banyak wanita yang kehilangan kegadisannya.
179
Hai Bani Umayyah, sesungguhnya aku adalah mkusuhmu dan kamu adalah musuhku.
Sesungguhnya pembunuhan di Al-Taf sangat menyakitkan hatiku. Dan bila kamu terbunuh, batulah hatiku menjadi senang.
Ibn Ruqayyat terkenal sebagai penyair kelompok Zubairiyyin. Ia mendukung perjuangan Abdullah bin Zubair yang berkedudukan di kota Mekkah dan Madinah. Ia ikut
berperang bersama Mus’ab bin Zubair dalam suatu peperangan di Dair Al-Jasilik, Iraq. Ketika Mus’ab gugur, Ibn Ruqayyat berhasil melarikan diri dan bersembunyi di wilayah Irak.
Beberapa bulan kemudian ia pindah ke Mekah dan meminta perlindungan kepada khalifah Abdul Malik bin Marwan. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan minta perlindungan kepada
khalifah Abdul Aziz bin Marwan, hingga wafatnya di Mesir pada tahun 693. Puisi Ibn Ruqayyat, terdiri dari tema pujian, hinaan, dan cinta. Namun yang terbanyak
ditulis adalah tema pujian, yakni memuji Mus’ab bin Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan.
5. Pengaruh puisi al-Naqaid
Melalui puisi al- naqa’id, biasanya penyair membanggakan dirinya dan keturunannya
dengan menyebutkan sifat-sifat baik, seperti pemurah, berani, kuat dan sebagainya, pengalaman-pengalaman perang yang dimenangkannya, menolong sesama dan berkorban
membela kabilah dan kelompoknya. Setelah itu ia menyebutkan kelemahan dan keburukan kelompok lain yang menjadi pesaingnya. Disebutkan bahwa kelompok musuh itu adalah
orang-orang yang lemah, penakut, dan bakhil, serta mengalami penderitaan akibat kalah berperang.
Terkadang penyair mengungkapkan pujian kepada khalifah sambil mengejek kaum atau kelompok yang dianggap penentangnya.
Puisi jenis polemik al- naqa’id pada zaman Umayyah merupakan kelanjutan dari
jenis puisi yang berlaku pada zaman sebelumnya Jahiliyah dan Islam. Pemicunya adalah perselisihan di antara dua kelompok suku atau lebih yang meminta penyair untuk ikut
melakukan pembelaan nama baik sukunya, sekaligus merendahkan dan mengejek kelompok lain yang menjadi musuhnya. Pada saat seorang penyair berhasil membela suatu suku dan
menjatuhkan suku lain yang menjadi pesaingnya, suku pesaing pun memanggil penyair lain untuk melakukan hal yang sama.
180
Kondisi seperti ini menguntungkan para penyair, karena mereka sering dipanggil menggubah puisi dengan imbalan hadiah yang besar. Para penyair pun berlomba menawarkan
jasanya kepada kelompok yang membutuhkan demi mendapat bayaran. Mereka diminta menyebutkan kebaikan-kebaikan kelompok yang memintanya, sekaligus mengejek kelompok
lain yang dianggap musuh atau pesaingnya. Hal ini dilakukan oleh kelompok-kelompok yang bersaing, termasuk para pejabat pemerintahan dalam menjalankan pemerintahannya.
Jasa mereka tidak gratis, melainkan dibayar dengan imbalan harta yang cukup besar.
Berikut ini contoh puisi Al-Akhtal yang bermaksud mengejek Jarir memakai pola bahar al-basit
dan rima akhir bunyi “ru”. Farrukh, 1984: 361.
فخ نيط ل
ب أ ك م ح ف ْ ع أ
ً ن م غ ف ص يف
ي
khaffa al-qatinu farihu minka au bakar wa az’ajathum nawan fi sarfiha giyaru
Penduduk kampung pergi meninggalkanmu, bermaksud menghindar dari bahaya
Jarir membalas puisi tersebut dengan puisi yang pola bahar dan rima akhirnya sama, yaitu bunyi “ru” pula :
ي ل لق :
لا أ س ط ل ك
ه ق ت
ك ل ع ت م ، ق ش
qul li al-diyari saqa atlalaka al-mataru qad
hijta syauqan wa ma za tanfa’u al-zikru Katakan ke penghuni rumah itu, hujan telah membasahimu,
Rumah itu telah terhina karena rindu, dan tidak ada gunanya dibicarakan
Contoh lain ialah puisi Al-Farazdaq mengejek Jarir menggunakan rima akhir “lu”:
ل ب ء ل ك س ل أ عأ ه ئ ع يب
Inna al-lazi samaka al-sama`u bana lana baytan da’a`imuhu a’azzu wa atulu
Sungguh, yang telah meninggikan langit tuhan telah membangun untuk kami, Rumah yang tiangnya kokoh dan lebih tinggi
Jarir membalas puisi ejekan Al-Farazdaq dengan menggunakan rima akhir “li”:
ل حت مل ن ك ي ل ن ل عأ ح نيب
ل نيب
Li man al-diyaru ka annaha lam tuhlali bayna al-kinasi wa bayna talhi al-`anjali
Rumah siapakah itu, seakan ia tidak ditempati di antara kandang unta dan keledai
181
Pada zaman Umayyah, puisi al- naqa’id memiliki banyak fungsi. Sedikitnya ada tujuh
fungsi puisi al-Naqaid pada zaman Umayyah yaitu: 1 politik, 2 sosial kemasyarakatan, 3 kebahasaan, 4 kesusastraan, dan 5 pemikiran, 6 gambaran percintaan dan 7 gambaran
minuman keras.
5.1 Alat propaganda Berkembangnya puisi polemik merupakan cerminan dari dinamikan politik pada
zaman Umanyyah. Pada masa itu selalu terjadi pertentangan politik antara pemerintah dengan kelompok-kelompok penentangnya. Pemerintah secara fisik memiliki kemampuan untuk
menumpas kekuatan para penentangnya itu, namun secara batiniyah mereka mengalami banyak kendala. Sementara kelompk-kelompok penentangnya memiliki akar yang kuat untuk
menyebarkan pengaruhnya di akar rumput mayoritas masyarakat kelas bawah, sejalan dengan perubahan kondisi masyarakat yang terus berubah.
Dua Kelompok yang berasal dari suku Quraisy yaitu kaum Ansar dan pengikut Abdullah bin Zubair di Mekkah dan Madinah bersekutu mengatasnamakan sebagai kelompok
oposisi bagi bangsa Arab Yaman pengikut Bani Umayyah dalam bidang politik melakukan perluasan kekuasaan Islam ke wilayah Irak, Syria dan Persia. Tidak hanya oposisi di bidang
politik tetapi juga oposisi dalam kebijakan tentang kepemimpinan, wilayaah kekuasaan dan juga di bidang bahasa dan sastra.
Para penyair al- naqa’id puisi polemik tetap merasa bangga terhadap prestasi bangsa
Arab yang mampu menyebarkan ajaran Islam dan kebudayaannya ke wilayah bagian timur dan barat. Mereka yang aktif dalam menulis puisi al-
naqa’id tidak langsung merasa berkepentingan untuk memihak kelompok Zubairiyyin Pengikut Zubair, Alawiyyin
Pengikut Ali atau Umawiyyin Pengikut Bani Umayyah. Yang mereka utamakan adalah mendapat bayaran yang tinggi, sehingga bisa jadi penyair yang berasal dari kelompok
Zubair berpindah ke kelompok Umayyah atau sebaliknya. Tergantung dari yang mana yang membayar lebih tinggi. Contoh penyair seperti ini ialah al-Kummayt 680-748.
Al-Farazdaq seorang penyair Umayyah yang dianggap pendukung kelompok Alawiyyin tidak merasa bersalah menghina Kelompok Ahlul Bayt Kelompok Ali dan
memuji Umayyah, hal ini dilakukan demi mendapatkan bayaran. Sementara Al-Akhtal w.713 M., seorang pemeluk agama nasrani tidak keberatan memuji khalifah dengan pujian-
pujian keislaman, yang bertentangan dengan akidah dan keyakinannya. Al-Kummayt semula mendukung kelompok Ahlul Bait, bersedia pula memuji pemerintah Umayyah demi
mendapatkan bayaran harta. Penyair yang tidak pernah terlibat dalam polemik adalah Umar
182
ibn Rabi’ah. Ia tidak pernah memuji dan tidak pula mengejek kelompok mana pun. Farrukh, 1984: 364.
5.2 Cermin Masyarakat