Pengantar PROSIDING UI ISME 2015 Dinamika Budaya T

154

1. Pengantar

Hubungan sastra dan politik sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan, ibarat dua sisi koin, permukaan yang satu tidak bisa di pisahkan dengan permukaan yang satunya lagi. Hubungannya akan selalu beriringan, baik saling bergandengan tangan maupun saling bertentangan. Bangsa Arab sebagaimana bangsa-bangsa lainnya di dunia, memiliki sejarah perkembangannya yang cukup panjang. Dalam sejarah perkembangannya itu dikenal beberapa periode, yang ditandai dengan peristiwa-peristiwa penting yang dicatat oleh para sejarawan. Menurut para ahli, periode yang paling awal dalam sejarah kebudayaan Arab disebut zaman Jahiliyah, kemudian priode selanjutnya berturut-turut disebut zaman permulaan Islam; zaman Umayyah; zaman Abbasiyyah; zaman kemunduran; zaman kebangkitan dan zaman modern. Zaman Umayyah berjalan selama kurang lebih 91 tahun yakni 41 H - 132 H, atau 661 – 750 M. Zaman ini dimulai dengan tampilnya Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang mengangkat dirinya sebagai khalifah menggantikan khalifah Ali bin Abi Talib, yang wafat pada 661 M. Perkembangan kesusastraan Arab pada masa Umayyah diwarnai oleh gejolak politik, terutama dari kelompok-kelompok yang merasa dirugikan oleh kinerja pemerintahan. Gejolak ini selain merupakan kelanjutan dari gejolak-gejolak politik yang terjadi pada zaman sebelumnya, juga merupakan akibat dari diberlakukannya sistem turun temurun dalam menentukan khalifah pemimpin negara. Suasana ini diperparah oleh sikap pemerintahan yang otoriter dalam menjalankan pemerintahannya dan sikap superioritas bangsa Arab atas bangsa non Arab. Keresahan dan kebencian itu berkepanjangan di kalangan masyarakat, - yang selanjutnya medorong terbentuknya kelompok-kelompok pembangkang dan pemberontak yang justru menjadi penyebab bubarnya pemerintah Umayyah. Perkembangan sastra pada masa Umayyah dipengaruhi oleh kepentingan kelompok- kelompok masyarakat yang terkotak- kotak dan saling bersaing, yaitu kelompok Syi’ah, Khawarij, Ahlussunnah, Zubairiyin, dan kelompok Umawiyyin kelompok pemerintah. Para sastrawan menjadi alat propaganda bagi kelompok-kelompok itu. Masing-masing kelompok sastrawan mendapat hadiah uang dari kelompoknya. Mereka berusaha menulis karya terutama puisi dan pidato untuk memuji pemimpin kelompoknya dan merendahkan kelompok lain yang menjadi saingannya. Dengan demikian jenis karya yang dihasilkan pun 155 penuh dengan intrik politik, polemik dan propaganda. Puisi polemik dan jenis khutbah yang penuh propaganda menjadi jenis sastra yang dominan pada zaman Umayyah. Kekhalifahan Umayyah sebagai penguasa Islam berhasil mengokohkan wibawanya dengan fanatisme kearaban yang kuat. Akan tetapi di sisi lain telah menimbulkan kekecewaan penduduk non Arab. Mereka berasal dari wilayah-wilayah yang berhasil dikuasai, seperti Persia dan Turki yang turut membantu kelancaran jalannya pemerintahan Umayyah di luar Damaskus. Mereka orang-orang non Arab itu dikenal dengan sebutan Mawali. Mereka merasa kecewa atas kebijakan yang diperlakukan pemerintah. Cukup banyak kebijakan pemerintahan Umayyah yang tidak berpihak kepada kaum Mawali. Selain kaum Mawali, kelompok keluarga Khalifah Ali bin Abi Talib yang kemudian menjadi keompok Syi’ah juga mendapat perlakuan yang tidak baik dari pemerintahan Umayyah. Mereka diancam hukumana mati, jika membangkang atau tidak mematuhi kebijakan pemerintah. Kedua kelompok ini kemudian bekerjasama secara rahasia menjalin kekuatan untuk melakukan perlawanan. Mereka berhasil menggalang dan memperluas kekuatan dalam masyarakat dengan memberlakukan pakaian hitam bagi pengikutnya sebagai tanda kekecewaan dan ketidak puasan terhadap kebijakan pemerintah Umayyah yang selalu berpakaian putih dan selalu menyudutkan kehidupan mereka. Kekuatan yang dimotori kedua kelompok itu terus bertambah dan semakin kokoh dari hari ke hari. Para khalifah selanjutnya, seperti Umar bin Abdul Aziz w 717, Yazid bin Abdul Malik w 720 semakin tidak berdaya menghadapi kekuatan Mawali dan kelompok Ali. Akhirnya, pada tahun 750, Khalifah Umayyah, berhasil dilumpuhkan dan pada tahun itu pula Khalifah Umayyah berakhir Farrukh, 1985: 385.

2. Konflik Antar Kelompok