Faktor Pendorong Dinamika Kelompok Sosial dari Luar ekstern: Facebook sebagai ruang publik di Tunisia

34 Dalam persoalan kohesi akan terlihat tingkah laku para anggota dalam suatu kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan dan nilai-nilai dalam kelompok. 2. motif atau dorongan Persoalan motif berkisar pada perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama dan orientasi diri terhadap kelompok. 3. Struktur Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, dan pembagian tugas. 4. Pimpinan Persoalan pimpinan sangat penting pada kehidupan kelompok sosial, hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan dan sistem kepemimpinan. 5. perkembangan kelompok Persoalan perkembangan kelompok dapat dilihat dari perubahan dalam kelompok, perpecahan kelompok, keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompok dan sebagainya. Saat ini banyak pihak menyadari pentingnya mempelajari dinamika kelompok sosial karena alasan berikut: 1. Kelompok sosial merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang selalu ada dalam setiap masyarakat. 2. Dinamika kelompok sosial berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan masyarakat. Faktor-faktor pendorong dinamika kelompok sosial Adanya kelompok sosial yang mengalami perkembangan maupun perubahan selalu berkaitan dengan faktor pendorong. Adapun faktor-faktor yang menyebabkannya sebagai berikut:

1. Faktor Pendorong Dinamika Kelompok Sosial dari Luar ekstern:

Faktor pendorong dari luar kelompok merupakan pengaruh luar yang menyebabkan berkembangnya suatu kelompok sosial, di antaranya sebagai berikut: 35 a. Perubahan situasi sosial b. Perubahan situasi ekonomi c. Perubahan situasi politik

2. Faktor Pendorong Dinamika Kelompok Sosial yang berasal dari Dalam

Intern: Faktor ini merupakan kondisi di dalam sebuah kelompok sosial yang menyebabkan perkembangan suatu kelompok sosial, di antaranya sebagai berikut: a. Adanya konflik antar anggota kelompok b. Adanya perbedaan kepentingan c. Adanya Perbedaan paham Proses perkembangan berbagai kelompok sosial: Dinamika kelompok sosial tidak lepas dari perkembangan kelompok sosial dari kelompok yang sederhana menjadi kelompok yang kompleks. Perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat dimulai dari kelompok sosial yang paling homogen dan sederhana yaitu kelompok kekerabatan, yang kemudian berkembang menjadi kelompok sosial yang kompleks yaitu masyarakat perkotaan sehingga dapat dilihat sebagai berikut:

a. Kelompok Kekerabatan

Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum menikah. Dari keluarga inti berkembang menjadi keluarga besar extended family yang disebut kelompok kekerabatan. Dalam kelompok kekerabatan terdapat hubungan darah atau hubungan persaudaraan. Kelompok kekerabatan ini merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat. Dalam kelompok kekerabatan nilai-nilai tradisional masih dijunjung tinggi sehingga kehidupan kelompok terpusat pada tradisi kebudayaan yang telah dipelihara secara turun-menurun. Menurut Huntington 1996 kemungkinan mengubah tradisi kebudayaan yang telah dipelihara secara turun temurun memang sulit, tetapi melalui proses inovasi khususnya dalam bidang ekonomi dan politik yang dilakukan secara bertahap, perubahan-perubahan dalam kelompok kekerabatan dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama. 36

b. Kelompok Okupasional

Kelompok kekerabatan merupakan masyarakat homogen yang menganut nilai-nilai, norma-norma, ataupun pola tingkah laku yang relatif sama sehingga pembagian kerja dilakukan secara sederhana berlandaskan pada tradisi dan perbedaan jenis kelamin. Dalam masyarakat tradisional belum terdapat spesialisasi pekerjaan, tetapi tidak ada satu masyarakat pun yang benar-benar tertutup dari pengaruh luar. Ketika kelompok kekerabatan mendapat pengaruh dari luar, maka kelompok tersebut berkembang menjadi suatu masyarakat yang heterogen. Dalam masyarakat yang heterogen timbul spesifikasi pekerjaan atas dasar bakat dan kemampuan. Pada perkembangan selanjutnya, spesifikasi semakin berkembang lebih khusus lagi, munculnya berbagai industri menuntut para pekerja bertanggung jawab pada satu unsur tertentu saja sehingga para pekerja semakin ahli dalam bidang tertentu dan kurang mampu mengerjakan pekerjaan lainnya. Ketika masyarakat semakin maju, spesifikasi dikembangkan secara ilmiah melalui lembaga-lembaga pendidikan tertentu sehingga menghasilkan orang-orang yang ahli dalam ilmu-ilmu tertentu. Oleh sebab itu, munculah kelompok-kelompok profesi kelompok okupasional yang terdiri dari kalangan professional yang memiliki etika profesi.

c. Kelompok Volunter

Berkembangnya komunikasi dan media online secara luas dan cepat menyebabkan tidak ada satu masyarakat pun yang benar-benar tertutup terhadap dunia luar. Akibatnya, heterogenitas masyarakat semakin luas. Dengan semakin berkembangnya suatu masyarakat, maka tidak semua kebutuhan para anggota masyarakat terpenuhi. Oleh karena itu, muncullah kelompok-kelompok volunteer. Kelompok volunteer terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan- kepentingan yang sama, tetapi tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat yang semakin luas daya jangkaunya. Kelompok volunteer tersebut memenuhi kebutuhan- kebutuhan para anggotanya secara mandiri tanpa mengganggu kepentingan masyarakat umum. Kelompok volunteer dapat berkembang menjadi kelompok yang mantap karena diakui oleh masyarakat umum. Pranata Masyarakat 37 Teori-teori di atas menggambarkan bahwa negara-negara di kawasan Timur Tengah seyogyanya memulai kembali dari awal, melalui makalah ini penulis berharap dapat memberikan kontribusi dalam mengembalikan stabilitas di kawasan tersebut sehingga tercipta situasi yang damai, aman dan harmonis. Sebagaimana dapat kita pahami bersama sebelum terjadinya sebuah kebudayaan yang mapan dalam sebuah tatanan masyarakat perlu dilakukan langkah-langkah terobosan guna memperoleh kesepahaman bersama, di mana kesepahaman inilah yang kemudian disebut sebagai pranata yang berlaku dan disepakati bersama oleh seluruh masyarakat. Pranata sendiri memiliki definisi sebagai sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat; institusi KBBI. Dari definisi di atas kemudian dikembangkan definisi pranata oleh para ahli diantaranya yang penulis kutip dalam makalah ini adalah pendapat Horton dan Hunt 1980: 198, yang menyatakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat di pandang penting. pranata sosial dalam setiap pembahasan selalu mengenai tiga kata kunci yaitu: 1. nilai dan norma 2. pola prilaku yang menjadi prosedur umum; dan 3. sistem hubungan, yaitu institusi-institusi yang berlaku dan digunakan untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku dan disepakati oleh masing-masing pihak. Pembahasan Arab Spring mulai giat diperbincangkan oleh para ahli ketika terjadi berbagai peristiwa yang mengguncang bahkan meruntuhkan rezim berkuasa di beberapa negara di timur-tengah. Peristiwa yang terjadi pada tahun 2010 sampai dengan 2011 ditandai dengan berbagai protes terkait dengan kondisi negara yang dianggap tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap tuntutan warga negaranya. 38 Gelombang protes ini terus berlanjut dalam bentuk demontrasi kemudian berkembang menjadi konflik bersenjata, di mana negara bertarung melawan rakyatnya sendiri yang mengangkat senjata dengan membentuk aliansi-aliansi kelompok- kelompok diantara mereka yaitu menggerakkan kebangkitan harapan akan lahirnya sistem politik baru yang lebih baik. Arab Spring merupakan sebuah fenomena merebaknya revolusi demokrasi di dunia Arab. Peristiwa ini diawali oleh Tunisia pada sekitar pertengahan tahun 2010, kemudian merambah ke negara-negara lain, seperti Mesir, dan Syiria yang hingga saat ini masih bergejolak. Nama Arab Spring sendiri berarti musim semi di Arab. Kata ini merujuk pada peristiwa 1848 Rubin, 1998, yang mana terjadi revolusi rakyat di sebagian wilayah Arab. Dalam konteks Arab Spring, sesuatu yang bersemi adalah nilai-nilai demokrasi yang kemudian menyebar dengan efek domino ke negara-negara sekitarnya. Tetapi pendapat Rubin di atas dibantah oleh Sahrasad 2012 yang menyatakan bahwa demokratisasi yang dipaksakan oleh negara-negara barat di negara-negara timur tengah tidak bisa terealisasi dengan baik, sehingga Sihbudi 2007: 135 mengatakan Amerika Serikat harus menerapkan politik standar ganda dalam memberikan dukungan ke sejumlah negara di kawasan ini. Hal inilah yang menurut penulis layak untuk dikaji secara budaya karena kajian- kajian dengan pendekatan politik maupun hubungan internasional menemui jalan buntu dalam analisis yang tepat dan lebih predictable. Sementara timur tengah terus menggelora dan huru-hara ini terus menambah deretan korban manusia dan sejumlah masalah bagi dunia internasional seperti masalah pengungsi yang sampai hari ini belum ada penyelesaiannya. Fenomena yang timbul dari sebuah dinamika kelompok sosial ini menginginkan adanya tatanan baru yang dapat merubah keadaan sebuah negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara terhadap rezim-rezim otoriter di wilayah tersebut yang dimulai dari Tunisia, Zein Al-Abidin Ben Ali Ben Ali, kemudian merambat ke Mesir yang melengserkan Hosni Mubarak, terus menyeberang ke Libya, yang mengakhiri pemerintahan Moammar Khadafy. 39 Dalam kajian budaya Arab. fenomena ini bukanlah sesuatu yang baru di kawasan yang memiliki nilai strategis bagi negara-negara maju ini, Hitti 2006 mengatakan bahwa budaya masyarakat Arab yang egaliter kesetaraan dan pantang untuk tunduk kepada manusia kecuali hanya kepada sang Maha Pemberi dan Maha Pelindung menjadi faktor utama penyebab sering terjadinya dinamika kelompok sosial di wilayah ini. Geografi yang tandus dan gersang khas padang pasir merupakan faktor berikutnya yang membentuk karakter dan kepribadian serta sikap yang pantang menyerah bagi individu yang sanggup bertahan hidup di kawasan ini makin mempersulit setiap upaya untuk membangun stabilitas kawasan yang memiliki cadangan emas hitam terbesar di dunia. Budaya Arab dari Fenomena Arab Spring masih sangat langka, seperti pada kerangka teori di atas dapat kita pahami bahwa kelompok sosial selalu mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena setiap kelompok tidaklah bersifat statis atau stagnan. Tahapan demi tahapan perkembangan kelompok sosial dan perubahannya disebut dinamika kelompok sosial. Bila kita melihat budaya Arab yang sangat menjunjung tinggi nilai kekerabatan dan hubungan darah maka, dari fenomena Arab Spring telah terjadi pergeseran menjadi komunitas atau kelompok yang memiliki satu pemahaman bersama, maka saat ini bukan lagi suku atau kabilah yang bermain tetapi merupakan sebuah kelompok sosial. Huntington 1996: 29 sendiri menggunakan kata “force” untuk mendefinisikan sebuah dinamika kelompok sosial yang diterjemahkan sebagai sebuah proses perubahan dan perkembangan akibat adanya hubungan beberapa orang atau kelompok dalam masyarakat yang bersifat terus menerus yang kemudian memiliki kekuatan untuk menimbulkan perubahan dari dalam. Sehingga di sini penulis melihat bahwa menjadi syarat sebuah dinamika untuk melakukan proses mengumpulkan kekuatan sebelum terjadi sebuah perubahan, seperti yang dapat kita cermati dari kasus Arab Spring yang terjadi di Mesir, maka kelompok Ikhwanul Muslimin bukanlah pemain baru dalam kancah perpolitikan Mesir yang telah melakukan penghimpunan kekuatan selama puluhan tahun. Ruth Benedict 2005 kemudian mengungkapkan aspek yang harus dimiliki yaitu kohesi atau persatuan seperti sudah kami sampaikan di atas bahwa terjadi pergeseran 40 dalam budaya Arab dari persatuan suku atau hubungan darah menjadi persatuan kelompok. Motif atau dorongan menjadi aspek selanjutnya yang harus kita perhatikan terkait dengan kesatuan kelompok, tujuan bersama dan orientasi diri terhadap kelompok- kelompok yang berperan pasca Arab Spring seperti ISIS yang malah menjadi masalah baru. Struktur, pimpinan, perkembangan kelompok tidak penulis bahas pada makalah ini karena masih belum terlihat dengan jelas konsep seperti apa yang akan lahir dari dinamika kelompok sosial ini, sangat berbeda dengan revolusi Iran pada 1979 yang sedari awal sudah mempropagandakan konsep politik Republik Islam Iran. Banyak pihak saat ini menyadari pentingnya mempelajari dinamika kelompok sosial karena kelompok sosial merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang selalu ada dalam setiap masyarakat dan dinamika kelompok sosial berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan masyarakat. Khususnya dalam kasus pasca Arab Spring dapat terlihat peranan kelompok-kelompok ini semakin dominan yang mengakibatkan position bargaining karena kekosongan tampuk pemerintahan. Adanya kelompok sosial yang mengalami perkembangan maupun perubahan selalu berkaitan dengan faktor pendorong. penyebabnya dapat dari luar ekstern seperti perubahan situasi sosial, perubahan situasi ekonomi, dan perubahan situasi politik yang sangat jelas terlihat di Libya setelah wafatnya Moammar Khadafy. Maupun yang berasal dari Dalam Intern seperti adanya konflik antar anggota kelompok, adanya perbedaan kepentingan dan adanya perbedaan paham seperti sudah dikemukakan di atas bahwa ada ketidakpuasan yang menghimpun kekuatan dan mulai melancarkan protes dan akhirnya mengakhiri pemerintahan atau rezim yang sedang berkuasa. Dinamika kelompok sosial tidak lepas dari perkembangan kelompok sosial yang dapat kita lihat dari fenomena Arab Spring perkembangan dari kelompok yang sederhana menjadi kelompok yang kompleks. Kelompok kekerabatan merupakan ciri dalam budaya Arab. Mereka masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional sehingga kehidupan kelompok terpusat pada tradisi kebudayaan yang telah dipelihara secara turun-menurun. 41 Kelompok kekerabatan kemudian terlihat mulai bergeser pasca Arab Spring, maka kelompok tersebut berkembang menjadi suatu kelompok yang heterogen dari sisi silsilah keturunan yang sebelumnya sangat dipuja oleh masyarakat Arab. Munculah kelompok-kelompok okupasional yang terdiri dari kalangan professional yang memiliki tujuan dan konsep yang mampu mempengaruhi kelompok keturunan tersebut dan didukung oleh kelompok volunteer yang masuk kelompok yang telah mantap dan diakui oleh masyarakat umum. Tatanan baru yang merupakan harapan utama dari dinamika sosial ini masih jauh dari harapan, pembahasan di atas menggambarkan bahwa negara-negara di kawasan Timur Tengah seyogyanya memulai kembali dari awal, demi sebuah kebudayaan yang mapan dalam menjaga stabilitas kehidupan masyarakat di kawasan tersebut, maka perlu dilakukan langkah-langkah terobosan guna memperoleh kesepahaman bersama, di mana kesepahaman inilah yang kemudian disebut sebagai pranata yang berlaku dan disepakati bersama oleh seluruh masyarakat. Adapun hal-hal yang harus mulai dicapai adalah: Nilai dan norma, sebagai sebuah kawasan dengan budaya yang sangat kaya, Arab seharusnya kembali memegang lagi prinsip-prinsip dari nilai-nilai dan norma-norma yang telah diwariskan oleh Islam yang telah menjadi pemersatu diantara mereka. Pola prilaku yang menjadi prosedur umum merupakan sebuah terobosan terpenting untuk menstabilkan kembali kawasan ini, seperti Islam selalu mengajarkan untuk selalu bermusyawarah dalam setiap mengambil keputusan bersama untuk dapat dijalankan sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem hubungan, yaitu institusi-institusi yang berlaku dan digunakan untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku dan disepakati oleh masing-masing pihak, sebenarnya Liga Arab sebagai organisasi kawasan di negara- negara Arab seyogyanya mampu dan mau berkontribusi dalam menjaga dan mengawal stabilitas keamanan di kawasan yang sampai saat ini masih menjadi prioritas. Kesimpulan Arab Spring bukanlah sebuah fenomena baru di kawasan timur tengah, hal ini sudah terjadi sejak zaman pra-Islam jahiliyah di mana sering terjadi peperangan dan perebutan kekuasaan dan wilayah diantara mereka, akan tetapi terjadi pergeseran budaya dalam masyarakat Arab di sini yaitu kelompok kekerabatan yang merupakan ciri 42 kelompok mereka sering disebut juga dengan kabilah telah bergeser menjadi kelompok okupasional yang lebih heterogen dengan kesamaan tujuan yang mampu mempengaruhi dan menggabungkan kelompok-kelompok tradisional. Gerakan inilah yang kemudian menjadi dinamika kelompok sosial dengan kekuatan yang sudah disusun dalam kurun waktu tertentu karena masing-masing kelompok mempunyai rekam jejaknya masing-masing. Tetapi untuk merumuskan tatanan baru yang sangat diharapkan pasca Arab Spring perlu untuk kembali melihat rumusan pranata masyarakat Arab setidaknya dalam makalah ini diusulkan tiga langkah yang diharapkan mampu mengembalikan stabilitas kawasan ini yaitu nilai dan norma, pola perilaku dan sistem hubungan yang sangat diharapkan Liga Arab mampu dan mau mengambil peranan ini sebagai institusi. Daftar Pustaka Ahmad Sahide. 2013. Konflik Syi’ah-Sunni Pasca-The Arab Spring. KAWISTARA. Vol. 3 No. 3. Jakarta: UGM Bagir, Zainal Abidin et al.. 2005. Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi. Bandung: PT Mizan Pustaka Benedict, Ruth. 2005. PATTERNS OF CULTURE. New York: Houghton Mifflin Company Rubin, Barry. 1998. The Geopolitics of Middle East Conflict and Crisis. Meri: Middle East Review of International Affairs. [Online] MERIA JOURNAL, Dikutip pada 28 Oktober 2015 Hardiman, F. Budi. 2007. Filsafat Fragmentaris Deskripsi, Kritik dan Dekontruksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Hitti, Philip K..2006. History of The Arabs. Jakarta: Serambi. Horton, Paul B., Chester L. Hunt. 1980. Sociology. Edition 5. Pennsylvania: Mc Graw- Hill Huntington, Samuel P.. 1996. THE CLASH OFCIVILIZATIONS AND THE REMAKING OF WORLD ORDER. New York: Simon Schuster Paperbacks 43 Jatmika, Sidik. 2009. Urip Mung Mampir Ngguyu. Yogyakarta: Kanisius Rangkuti, Freddy. 2011. SWOT Balanced Scorecard Teknik menyusun strategi korporat yang efektif plus cara mengelola kinerja dan risiko. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sahrasad, Herdi. 2012. ARAB SPRING: Risalah Studi Timur Tengah. Lembaga Studi Agama dan Filsafat Media Institute Sihbudi, Reza. 2007. MENYANDERA TIMUR TENGAH. Bandung: PT. Mizan Publika Sukardi, Imam dkk. 2003. PILAR Islam bagi Pluralisme Modern. Solo: tiga serangkai http:kamusbahasaindonesia.orgdiunduh pada 24 Oktober 2015 pukul 00.40 http:oemiesosiologi.co.id201203dinamika-kelompok-sosial.html . diunduh pada 24 Oktober 2015 pukul 00.26 44 ISIS, Indonesian Sympathizers and International Relation 1 Muhammad Syauqillah The Arab Spring and democratization have changed social and political order in Middle East Countries. This has been marked with the collapse of some regimes of such countries as Egypt, Libya, Tunisia, Yemen and later Syria. The Arab Spring has resulted in democratic consolidation, on the one hand, and continuous conflicts in the Middle East, on the other hand, such as those between the Military regime and Moslem Brotherhood in Egypt, between Islamic State of Iraq and Syria ISIS and Iraq, Syria and other neighboring countries, between Sunni and Shia in Yemen, in which Saudi Arabia intervened militarily. These situations have invited America and Russia to intervene also in the region. The one that deserves to be underlined is ISIS. This salafi takfiri group originally came from the regime opposition of Bashar Assad and Jabhah Nusra-Al Qaedah militia in Syria and the Free Syrian Army. But later, it declared the khilafah Islamiyah under the command of Abu Bakar Al Baghdadi. It has been welcomed and supported by ISIS sympathizers from about 85 countries in the world, including Indonesia. Some of the Indonesian sympathizers are ex-combatants who were involved in Afghanistan war, Moro Conflict, the Bali Bombing executants, and new comers who were recruited through the social media propaganda. Indonesian government has taken strategic steps to stop the migration of Indonesian citizens by performing some actions wisely without neglecting the citizenship rights. Keywords; Arab spring, ISIS, sympathizer, political dynamic, social dinamic PENDAHULUAN Arab spring adalah salah satu fase penting dalam dinamika sosial dan politik di Timur Tengah. Sebelumnya telah ada momentum Revolusi Iran, Perang Iran Irak, Perang Mesir Israel dan Perang Teluk, yang bagaimanapun berpengaruh bagi politik regional Timur Tengah. Revolusi Iran berdampak pada gerakan Islam politik dan kondisi politik di kawasan Timur Tengah, hingga tak heran jika ada kekhawatiran dari elit ketika itu. Perang Teluk, berujung pada perubahan politik rejim di bawah Saddam Husain. Uniknya, Revolusi Iran dan Perang Teluk, telah memunculkan sentimen generasi muda Indonesia masa itu. Sebagai bukti, menjamurnya atribut-atribut pemuda yang bergambar Khomaeni dan Saddam Husein. Arab Spring menjadi guncangan politik pasca Revolusi Iran dan Perang Teluk. Rejim politik di Tunisia, Yaman, Mesir dan Libya kehilangan legitimasi politik, dan 1 Makalah dipresentasikan dalam Seminar Internasional bertajuk ‘Dinamika Budaya Timur Tengah Pasca Arab Spring ’ yang diselenggarakan oleh Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Makalah ditulis oleh Muhamad Syauqillah, kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Marmara, Istanbul Turki. 45 mengakibatkan turunnya tahta sejumlah penguasa seperti Khadafi, Ali Abdullah Saleh, Muhammad Bouazizi bahkan Husni Mubarak. Implikasi politik dan respon dinamika politik Timur Tengah seperti tergambar dalam dukungan-dukungan masyarakat melalui atribut-atribut bergambar Khomeini dan Saddam Husein, ternyata tidak lagi menjadi tren generasi muda masa kini. Arab Spring bukan hanya memunculkan demokratisasi di kawasan pada satu sisi, akan tetapi juga memunculkan gerakan Islam Radikal pada sisi yang lain. Dinamika politik Arab Spring yang melahirkan ISIS, ternyata direspon berbeda oleh generasi muda saat ini, bukan hanya sekedar gandrung pada simbolisasi ISIS, akan tetapi turut terlibat dalam kampanye khilafah via media sosial, pengajian-pengajian bahkan hingga bermigrasi ke Suriah. Apalagi belakangan diseminasi salafi menyebar hampir di seluruh pojok dunia, tak heran simpatisan ISIS pun berdatangan dari penjuru Australia dan Eropa. 2 Dalam kurun waktu yang terbilang singkat, ISIS dapat mengumpulkan simpatisan dalam jumlah signifikan. 3 2 Ar ıstotle Kallıs dalam makalahnya berjudul Avrupa’da Radikal Sağın Yükselişi tahun 2015 menyebutkan bahwa pasca serangan 11 September 2001, kelompok radikal kanan di Eropa mengalami penguatan gerakan, sebut saja serangan Madrid oleh Al Qaedah 2004 dan London 2005. Serangan Charlie Hebdo dan satu serangan lanjutan di Paris yang bersamaan dengan serangan Kuwait, Arab Saudi dan Tunisia, adalah bukti penguatan kelompok radikal kanan di Eropa. Hal serupa juga dikemukakan oleh Lorenzo Vidinino dan James Brandon dalam laporan International Center for the Study of Radicalization tahun 2012 bertajuk Countering Radicalization in Europe. Laporan mengemukakan terdapat empat negara di Eropa Belanda, Denmark, Norwegia dan Inggris yang mengalami penguatan ideologi radikal, kelompok paling beresiko untuk mengalami radikalisasi menurut laporan Lorenzo dan James adalah generasi muda. Pada lanjutannya, penguatan ideologi radikal berkesempatan untuk berjihad di Suriah, Tuncay Kardas menyebutkan motivasi ideologi, peran media sosial dan percarian identitas generasi muda, lebih lanjut dapat melihat Tuncay Kardas, Avrupa lı Yaban cı Savaşcılar: Kimlik, Sosyal Medya ve Radikalleşme, SETA, Februari 2015. 3 Laporan resmi PBB tertanggai 19 Mei 2015 menyebutkan bahwa saat ini simpatisan ISIS berjumlah lebih dari 25 ribu orang. Lihat http:www.un.orgenscctcdocs2015N1508457_EN.pdf . Angka PPB berbeda dengan Angka yang dikeluarkan oleh CIA yang menyebut angka 20-35 ribu orang, lihat ‘CIA says number of Islamic State fighters in Iraq and Syria has swelled to between 20.000-35.000 ’ The Telegraph, 12 September 2014. Angka yang dilansir PBB dan CIA tentunya akan bertambah banyak jika pemerintah Turki tidak melakukan deportasi terhadap simpatisan ISIS yang menggunakan jalur Turki untuk masuk ke Suriah, setidaknya pemerintah Turki telah mendeportasi 2 ribu simpatisan ISIS dan mencegah 20 ribu simpatisan yang akan masuk ke wilayah Turki via bandar udara, http:www.timeturk.comcumhurbaskani-erdogan-bruksel-dehaber-67688 . Data terakhir yang dirilis angkatan bersenjata Turki pertanggal 28 Oktober 2015 menyebutkan bahwa sampai bulan September 2015, Turki berhasil menangkap lebih dari 1000 orang anggota ISIS, 285 orang anggota yang bertugas mengurus logistic. Pada rentang waktu 1 Januari 2014-22 Oktober 2015 telah berhasil menangkap 196.763 anggota ISIS berkebangsaan asing yang mencoba melewati perbatasan Turki menuju Suriah, http:www.sabah.com.trgundem20151028turkiyeden-daese-buyuk-darbe 46 ARAB SPRING DAN ISIS Arab Spring berimplikasi pula pada rotasi kekuasaan, baik menggunakan mekanisme transisi demokrasi maupun mekanisme kekerasan politik. Tunisia, Libya, Yaman, Mesir dan Suriah adalah negara yang hingga saat ini masih harus menata sistem politiknya. Perubahan tatanan sosial dan politik yang terjadi di kawasan Timur Tengah dapat dicermati dengan pendekatan Peter Clavert 4 dalam menganalisa suksesi, menjelaskan; pertama, suksesi dalam artian luas berarti bahwa kekuasaan politik ditransfer, diwariskan dari satu individu, pemerintahan atau rejim kepada individu, pemerintahan dan rejim berikutnya. Kedua, suksesi dalam artian sempit, yaitu suksesi yang merujuk pada berbagai rencana rapi yang dibuat untuk melakukan transfer kekuasaan sedemikian rupa sehingga krisis legitimasi sementara dapat dielakkan. Namun Clavert tidak menyinggung suksesi dengan kekerasan sebagaimana dialami oleh Khadafi. Pasca Zainal Abidin Ben Ali, Tunisia telah berhasil melalui transisi politik antara dua faksi besar, An Nahda Islamis dan Nidaa Tounes Sekuler. Pasca Arab Spring Tunisia setidaknya telah memperlihatkan adanya konsolidasi politik, pembentukan pemerintahan koalisi yang terdiri Nidaa Tounes, Al Nahda, The Free Patriotic Union, dan Afek Tounes. Tunisia juga berhasil mengamandemen konstitusi dengan membuka ruang bagi kebebasan berorganisasi, hak-hak perempuan, kebebasan berpendapat dan mendapatkan informasi, serta beberapa aspek lain. Konsolidasi demokrasi internal Tunisia seperti ini masih menyisakan persoalan bahwa saat ini, simpatisan ISIS terbesar berasal dari Tunisia. 5 Konsolidasi demokrasi Tunisia, dimana berbagai kelompok berkoalisi dalam satu pemerintahan, tidak berlaku untuk Yaman. Pasca Ali Abdullah Saleh memberikan kekuasaannya kepada wakil Presiden Abdul Rabuh Mansur Hadi sebagai Presiden dan membentuk kongres dialog nasional dengan agenda konstitusi dan pemilu. Mansur Hadi terpilih menjadi ketua kongres dialog nasional pada Januari 2014. Akan tetapi, belum usai Hadi merampungkan agenda, pada Januari 2015 kelompok Huthi, kelompok syiah zaydiyah melakukan penyerangan terhadap Istana Kepresidenan. 4 Peter Calvert, The Process of Political Succession, St. Martins Press, 1987 5 Charles Lister mengumpulkan data dari berbagai sumber dan memberikan kesimpulan bahwa Tunisia menjadi negara asal simpatisan ISIS paling besar, setidaknya Charles mencatat sekitar lebih dari 3000 orang terlibat perang di Suriah. Lebih lanjut dapat dilihat Charles Lister, Returning Foreign Fighters: Criminalization or Reintegration, Brookings Institute, 2015 47 Pada Maret 2015, Arab Saudi melakukan serangan militer 6 atas kelompok Huthi atas permintaan pemerintah Yaman. Akhirnya, hingga saat ini Yaman masih berada dalam konflik internal plus konflik dengan Arab Saudi. Sepeninggal Khadafi, Libya sebagaimana Tunisia berhasil menggelar pemilu pertama pertengahan tahun 2012 secara bebas setelah lebih dari enam dekade, dan parlemen hasil pemilu memilih Ali Zaidan sebagai Perdana Menteri. Persaingan antara kubu nasionalis dan islamis tak dapat terelakkan, hingga akhirnya pada tahun 2014, Libya harus menghadapi instabilitas pada pemerintahan pusat karena konflik internal. Tarik menarik kepentingan politik antar kubu Islamis dan anti Islam menguat, dan terakhir Proposal PBB untuk membentuk pemerintahan koalisi pun ditolak. Peristiwa Arab Spring di Mesir sebetulnya dapat dijadikan role model bagi demokratisasi di kawasan Timur Tengah. Mesir telah mengawali transisi politik dengan referendum konstitusi pada 20 Maret 2011, yang diantaranya membatasi jabatan Presiden 2 kali empat tahun serta menggelar pemilu putaran pertama, kedua dan ketiga yang dimenangkan oleh Ikhwanul Muslimin. Mesir pun berhasil menggelar pemilu presiden dimana Ikhwanul Muslimin berhasil menempatkan Muhammad Mursi di kursi kepresidenan pada pertengahan 2012. Namun karena perdebatan konstitusi dan persoalan ekonomi yang tak kunjung usai dari rakyat Mesir, maka berujunglah pada gerakan Tammarud. Militer dibawah pimpinan Abdul Fatah Al Sisi pun mengkudeta pemerintahan Mursi. Sejak saat itulah Mesir berada dalam situasi konflik antara rejim militer dan Ikhwanul Muslimin. Salah satu implikasi paling serius dari Arab Spring adalah konflik internal Suriah. Penolakan Bashar Assad terhadap tuntutan kelompok oposisi berujung pada operasi militer terhadap beberapa wilayah yang memberontak Damaskus. Angka korban meninggal akibat konflik pun mencapai ratusan ribu jiwa. 7 Bersamaan dengan konflik Suriah muncullah berbagai macam faksi dengan masing masing ideologi dan kepentingan, mulai dari tentara pembebasan Suriah, ISIS, Jabhah Nusra, dan lain lain. Kemunculan ISIS dan beberapa faksi tersebut telah mengubah 6 Serangan militer diberikan sandi operation decisive storm. 7 Berdasarkan data Syrian Obsevartory for Human Rights menyebut angka lebih dari dua juta orang menjadi korban akibat konflik Suriah. angka ini dihitung berdasarkan klasifikasi korban dari para kombatan yang ada di Suriah; mulai dari tentara Suriah, rakyat biasa, kelompok oposisi, tentara Pesmerge, ISIS hingga milisi milisi kecil. Selanjutnya dapat melihat http:www.syriahr.comen201510about-20-millions-and-half-killed-and-wounded-since-the- beginning-of-the-syrian-revolution 48 tatanan sosial masyarakat Suriah, apalagi hingga saat ini jumlah pengungsi Suriah di luar negeri mencapai lebih dari 4 juta orang. 8 Salah seorang pengungsi Suriah 9 di Reyha nlı perbatasan Turki Suriah menyatakan sebelum pecah konflik, masyarakat Suriah sangat menghargai heterogenitas kehidupan sosial. Satu gedung apartemen, dapat ditemukan keluarga dengan agama berbeda mulai dari Islam, Kristen, Suryani, Yahudi, Syiah maupun Katolik. Dari beberapa organisasi yang terdapat di Suriah, ISIS menjadi kelompok dengan simpatisan warga asing terbesar. ISIS 10 berhasil menggunakan media sosial untuk menggalang sejumlah dukungan simpatisan dari berbagai penjuru dunia. Ketepatan ISIS menggunakan media sosial dan propanganda terhadap kalangan generasi muda tidak lepas dari kemampuannya memainkan peran keduanya ketika Arab Spring. Peran media sosial 11 dan generasi muda 12 secara signifikan dalam mobilisasi gerakan sosial menjatuhkan rejim. Kekuatan media sosial 13 dan generasi mudalah 14 yang digunakan oleh ISIS sebagai penyokong kekuatan milisinya. Penggunaan media sosial dalam kerangka rekruitmen, propaganda dan penyebaran informasi ke berbagai jaringan di seluruh dunia sangatlah efektif. 15 Terbukti beberapa 8 Berdasarkan data UNHCR, pengungsi Suriah berjumlah 4.180.631 orang, data ini adalah pengungsi yang berhasil diregistrasi oleh UNHCR. Lebih lanjut silahkan lihat http:data.unhcr.orgsyrianrefugeesregional.php 9 Wawancara pribadi pengungsi Suriah di Reyhanli, Mei 2015. 10 ISIS pada awalnya adalah organisasi yang bernama Jihad wa Tauhid yang didirikan oleh Abu Musa Al Zarkawi. Organisasi ini berbaiat kepada Al Qaedah semasa dipimpin oleh Osama bin Laden. Al Zarkawi meninggal dunia karena serangan operasi Amerika Serikat, Abu Hamzah Al Mucahir dan Abu Umar Al Baghdadi menggantikan posisi Zarkawi. Keduanya pun meninggal dunia dan digantikan oleh Abu Bakar Baghdadi. Februari 2013 Al Qaedah mengumumkan keberadaan ISIS, dan meminta agar ISIS meninggalkan Suriah. Sejak saat itulah ISIS melepaskan baiat dari Al Qaedah dan mulai konflik terbuka. Al Qaedah sendiri memiliki sayap militer bernama Jabhah Nusrah. Selengkapnya bisa lihat isidinfografik di www.setav.org 11 Muhamad Ben Musa melihat peran media sosial dalam Arab Spring dalam gerakan sosial yang terjadi di kawasan Timur Tengah, penggunaan Facebook, Email, Tweeter, Blog dan Youtube meninggi di beberapa momentum politik. Lebih lanjut dapat dilihat dalam The Role of Social Media in Arab Uprising, Westminster Paper in Communication and Culture, Volume 9, Issue 2, 2013. 12 Michael Hoffman dan Amaney Jamal, The Youth and the Arab Spring: Cohort Differences and Similarities, Middle East and Government 4 Journal 2012 168 –188. 13 Penggunaan media sosial sebagai alat propaganda bisa ditilik dari pendekatan teoritis sebagaimana diungkapkan Victoria O. Donnel bahwa penyebar propaganda memiliki sejumlah agenda untuk mempengaruhi penerima pesan untuk dapat bersikap sebagaimana yang diinginkannya. 14 Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia mengungkapkan kekhawatirannya tentang keterlibatan generasi muda Indonesia dalam gerakan teroris, http:nasional.tempo.coreadnews20151027063713575bnpt-cemas-banyak-anak-muda-indonesia- direkrut-jadi-teroris 15 Joseph A. Carter, Shiraz Maher dan Peter R. Neuman, Importance and Influence in Syrian Foreign Fighter Networks, ICSR, 2014. Pada bagian ini media sosial berfungsi Jenis media sosial yang digunakan pun dapat dikategorikan sebagai berikut; sebagai ideology spreader, campaigning media, and communication instrument. Sebagai penyebar ideologi gerakan ISIS, media sosial digunakan untuk 49 simpatisan ISIS yang baru saja selesai mengikuti pelatihan militer ISIS akan menggunggah foto pribadinya di halaman pribadi media sosial seperti Facebook dan Tweeter. Grafik peta faksi kombatan Suriah 16 melakukan penyebaran ideologi gerakan NIIS, seperti apa yang dilakukan oleh Aman Abdurahman dalam blognya http:millahibrahim.wordpress.com yang berisi narasi dan deskripsi ideologi gerakan agar diketahui masyarakat. Selanjutnya, melalui media sosial pula, gerakan ISIS di Irak dan Suriah melakukan kampanye sekaligus berupaya melakukan upaya persuasif kepada masyarakat untuk berminat bergabung bersama melakukan aksi jihad di Irak dan Suriah. selanjutnya lihat, http:observe- indonesia.comenmedia-sosial-dan-rekrutmen-niis 16 Faksi faksi yang terlibat dalam konflik Suriah antara lain; Tentara Pembebasan Suriah, milisi Mujahidin, milisi Suriah dan Islam, milisi Islam, milisi Ansaruddin, milisi jundul Sam, milisi Aksa, rejim Asad, ISIS, PYD singkatan dari bahasa Kurdi, Partiya Yekitiya Demokrat, bahasa Turki - Demokratik Birlik Partisi-Partai Demokrasi dan Persatuan, didirikan pada tahun 2003 oleh warga Kurdi di Suriah bagian Utara. Lihat Ufuk Ulu taş, Kılıç Buğra Kanat dan Can Acun, Sınırları Aşan Kriz Suriye, Analisa SETA, Maret 2015 50 Bukan hanya sekedar menggunakan media sosial untuk memperlihatkan kegagahan setelah bergabung dengan ISIS, para simpatisan juga sangat aktif menyapa penggemarnya, baik secara terbuka maupun secara pribadi. Gambar simpatisan pasca pelatihan militer 17 Percakapan Upaya Rekruitmen Anggota ISIS 18 Tanya Amin..amin insya Alloh akhi..oh ya ada teman ada yang mau berangkat dari Indo. Gimana caranya khi?? God willing. If there is a friend of mine wants to come to Syria, could you tell me how? Jawab Karena di sana belum ada senjata sehingga antum tidak bisa latihan senjata. Lebih baik antum latihan fisik yang banyaak. Karena banyak ikhwan kami yang shaheed dikarenakan fisik mereka lemah. Because there are not enough weapons here for now and so you won ’t be able to practise using weapons. It is better for you to have more physical training. Many of my friends died because they were not physically fit. Tanya Latihan fisik yang gmn? Fitness?? Atau olahraga biasa?? Owh begitu ya? Oklah insyaAlloh ana akan latihan dari sekarang..Oh ya akhi ana mau nanyak. Kalau ada yang ingin berangkat dari Indo gmn khi caranya? Apakah ada jamaahnya di Indonesia? What type of physical exercise? Fitness? Any regular sport? Oh really? I want to exercise more now. I want to ask you again. If there are individuals want to come to Syria, any advice on how? Do they have to be part of any group? Jawab Ada banyak 20an. Ada lagi baru2 ini 20 orang datang. Ada jamaahnya. Tapi ana takut kalau jamaah mereka ketahuan menyebabkan mereka tidak bisa datang ke sini . Jadi ana rahasiakan. There were20 when I arrived but there will be another 20 coming from Indonesia. I am afraid I won ’t be able to tell you which group they are coming from because if the name of the group is known, they won ’t be able to send recruits to come here again. So I have to keep it a secret Bukan hanya itu, untuk lebih memberikan efek bagi penggemarnya dan pengikutnya di media sosial, tak jarang simpatisan ISIS melakukan jihad selfie, upaya bentuk mengikuti gaya masa kini, namun dengan memberikan kesan gagah dengan menenteng senjata. 17 Gambar berasal dari media sosial salah satu anggota ISIS 18 Percakapan diambil dari hasil wawancara target anggota ISIS, berasal dari percakapan kotak pesan facebook. Wawancara pribadi, 5 Juni 2014. 51 Gambar selfie jihad 19 Simpatisan ISIS Indonesia Deklarasi simpatisan ISIS di bundaran Hotel Indonesia Maret 2014, menjadi titik penting untuk melihat bagaimana dukungan warga Indonesia terhadap ISIS. Setidaknya terjadi dua arus utama faksi gerakan Islam radikal di Indonesia menyikapi deklarasi khilafah ISIS; faksi menolak ISIS dan faksi menerima ISIS. Dua arus utama ini, setidaknya mengikuti konflik ISIS dan Al Qaedah. Sebagaimana kita ketahui bahwa selama ini, gerakan Islam radikal Indonesia mengikuti kepemimpinan Al Qaedah. Menyikapi deklarasi Abu Bakar Al Baghdadi, terjadi polarisasi faksi. Uniknya faksi penolak ISIS belum tentu tidak mengirimkan simpatisannya ke Suriah. Konflik ISIS dan Al Qaedah juga memberikan implikasi bahwa migrasi warga Indonesia sebagian besar bergabung dengan ISIS dan sayap milisi Al Qaedah, Jabhah Nusrah. Deklarasi dukungan ISIS pada Maret 2014 di bundaran hotel Indonesia dan baiat Abu Bakar Baasyir 20 pada Juli 2014, 21 memberikan indikasi bahwa sebagian besar gerakan Islam radikal di Indonesia cenderung berkiblat pada ISIS. 22 Penguatan simpatisan 19 Gambar diambil dari halaman facebook salah satu pengikut Abu Jandal. 20 Menurut Kumar Ramakhrishna, Abu Bakar Basyir saat ini merupakan iconic representative dari gerakan jamaah Islamiyah. Kumar Ramakhrishna, Islamist Terrorism and Militancy in Indonesia: The Power of the Manichean Mindset, Springer, 2015, hal. 181 21 Pelaksanaan baiat Abu Bakar Basyir di penjara Pasir Putih Nusa Kambangan menggunakan sepucuk surat tulisan tangan. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengaruh bagi simpatisan ISIS di Indonesia bahwa benar secara otentik Abu Bakar Basyir berbaiat kepada ISIS. 22 Rohan Gunaratna dari Universitas Nanyang menyebutkan setidaknya ada 19 kelompok pendukung ISIS di Indonesia; Mujahidin Indonesia Timur, Mujahidin Indonesia Barat, Jamaah Ansharut Tauhid, Ring Banten, Jamaah Tawhid wal Jihad, Forum Aktifis Syariah Islam, Pendukung dan Pembela 52 pasca baiat ABB kepada ISIS kendati berada di dalam penjara, secara tidak langsung memberikan legitimasi simpatisan asal Indonesia pergi ke Suriah. Penguatan gerakan ISIS juga diikuti oleh kerja-kerja desiminasi ideologi gerakan ini, setidaknya ideolog seperti Aman Abdurahman memiliki peran sentral dalam posisi ini. Upaya rekrutmen oleh simpatisan ISIS banyak menggunakan media sosial yang berisi tentang ajakan jihad bersumber dari narasi Aman. 23 Secara sederhana rekruitmen jejaring ISIS di Indonesia mengikuti dua arus utama, yaitu pertama, rekrutmen melalui jejaring yang selama ini ada, yakni jejaring yang memiliki relasi dengan Abu Bakar Baasyir. 24 Kedua, rekrutmen melalui media sosial. Pasca rekruitmen I ’dad atau masa persiapan fisik menjelang pergi ke Suriah, dapat diklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu; pertama I ’dad bagi simpatisan yang telah menjadi bagian dari faksi pendukung biasanya dilakukan sejak di Indonesia dan dilanjutkan ketika berada di Suriah. 25 . Kedua, I ’dad bagi calon militan yang terjaring melalui media sosial, biasanya diharuskan melatih fisik lebih dahulu dan menjalin komunikasi intens dengan kelompok pendukung ISIS. Selanjutnya, simpatisan kembali mendapatkan pelatihan militer di Suriah. I ’dad dalam bentuk pelatihan militer dipersiapkan oleh ISIS bagi anggota baru, lamanya sekitar 1-2 bulan. 26 Keterlibatan jejaring lama gerakan Islam radikal di Indonesia sebagai simpatisan ISIS terdapat nama Abdul Rauf 27 , mantan narapidana bom Bali, bagian dari ring Banten, menjalani hukuman karena perampokan toko emas untuk membiayai Bom Bali, Rauf bebas pada 2011. Selain nama rauf, terdapat Ustadz Afif Abdul Majid, Veteran Daulah, Gerakan reformasi Islam, Umat Islam Nusantara, Ikhwan Muwahid Indunisy Fie, Jazirah Al Mulk Ambon, Ansharul Khilafah Jawa Timur, Halawi Makmun Grup, Gerakan Tauhid Lamongan, Khilaful Muslimin, Laskar Jundullah. http:www.republika.co.idberitanasionalumum150324nlove5-18-kelompok-indonesia-miliki- hubungan-dengan-isis 23 Blog http:millahibrahim.wordpress.com seringkali menjadi rujukan simpatisan ISIS untuk meneguhkan ideolog İ. Dalam wawancara pribadi, saya menemukan narasumber merujuk media sosia yang ia gunakan untuk menambah wawasan jihad. Wawancara pribadi, 10 Juni 2014. 24 Berdasarkan wawancara salah satu anggota ISIS, ketika salah satu pimpinan ISIS Indonesia berkunjung ke salah satu kamp militer ISIS, ternyata diketahui kebanyakan berasal dari alumni Ngruki. Wawancara pribadi, Solo, Agustus 2014 25 Masa persiapan Idad memang cukup beragam, beberapa pondok pesantren yang dikenal karena keterlibatan beberapa alumni dalam beberapa peledakan, biasanya mengajarkan latihan fisik semi militer, lari tengah malam, berseragam militer hingga latihan kamuflase, wawancara pribadi alumni pondok al Islam, Jakarta, Februari 2015. 26 Wawancara pribadi, Turki, Juni 2014. 27 Abdul Rauf diketahui telah tewas April 2014 di Ramadi Irak berdasarkan media ISIS. Abdul Rauf juga yang memperkenalkan terminologi ‘5 Star Jihad’ melalui halaman facebook. Dari halaman facebook Abdul Rauf juga diketahui berteman dengan Abu Zayd Al Indunisi, pelajar Indonesia di Turki yang bergabung dengan ISIS. 53 Afghanistan, yang telah divonis 4,5 tahun oleh pengadilan negeri Jakara Pusat karena terbukti memberikan dana kepada organisasi berafiliasi dengan ISIS. 28 Menyikapi putusan PN Jakarta Pusat, Afif menyatakan banding. Selain dua nama tersebut, masih terdapat beberapa nama lain yang memiliki kontribusi bagi perkembangan ISIS di Indonesia, Siswanto, 
 Sibghotullah,
 Arif Tuban,
 Hendro, Mohammad Hidayat, Salim Mubarok Attamimi. Kedelapan orang ini memiliki peran beragam; orator, networker, rekruitor hingga ahli media sosial. 29 Pemetaan Jalur Simpatisan ISIS ke Suriah Migrasi simpatisan ISIS dapat disoroti dengan pendekatan teoritis sebagaimana diungkapkan oleh Rainer Baubock dan Thomas Faist tentang Diaspora and Transnasionalism mengemukakan bahwa motif agama menjadi salah satu faktor migrasi. Menjawab mengapa diaspora dan gerakan transnasional dapat terjadi, Rainer Baubock dan Thomas Faist mengemukakan bahwa diaspora memiliki aspek collective identity dan transnasional berdimensi cross border mobility. 30 Dalam konteks migrasi simpatisan ISIS, pendekatan Thomas Faist dan Rainer pun segaris karena adanya collective identity yakni keinginan berjihad dan bergabung ISIS. Selain itu, jejaring transnasional memudahkan simpatisan melakukan cross border mobility. Ada dua pola migrasi simpatisan ISIS Indonesia; pertama, migrasi dari Indonesia, terdapat beberapa kasus untuk melihat pola ini. Penangkapan 16 orang warga Indonesia di Gaziantep pada Maret 2015 dan 10 orang warga negara Indonesia di Kilis pada September 2015, 31 merupakan migrasi dari Indonesia menuju Suriah, namun dapat digagalkan oleh aparat keamanan Turki. Begitu pula halnya, bergabungnya beberapa simpatisan Indonesia yang kemudian diberitakan tewas dalam konflik Suriah. Pola kedua, diaspora warga Indonesia yang menetap di luar negeri dan 28 http:www.cnnindonesia.comnasional20150629150000-12-63040terdakwa-simpatisan- isis- dihukum-4-tahun-bui . 29 Laporan Institute for Policy Analysis of Conflict, Indonesia ’s Lamongan Ntework: How East Java, Poso and Syria are Linked, IPAC Report No. 18, 15 April 2015 30 Rainer Baubock dan Thomas Faist, Diaspora and Transnationalism: Concepts, Theories and Methods, Amsterdam University Press, 2010. 31 16 orang WNI berasal dari beberapa wilayah di Bandung, Solo, Surabaya dan Malang, sedangkan 10 orang WNI berasal dari ring Banten. 54 bermigrasi ke Suriah. Beberapa warga Indonesia yang menetap di Yaman, 32 Mesir 33 dan Turki 34 telah menjadi simpatisan ISIS. Lalu bagaimanakah simpatisan ISIS dari Indonesia maupun dari Timur Tengah memasuki Suriah. Sejak ISIS dideklarasikan hingga saat ini, Turki masih menjadi jalur utama; kemudahan pengurusan dokumen visa warga asing, transportasi menuju perbatasan hingga jejaring ISIS di Turki adalah beberapa faktor penunjang tersebut. Peta Jalur Masuk 32 Salah satu warga Indonesia di Yaman bergabung dengan ISIS, bernama Rizal Fardi, pelajar Universitas Al Imam, Rizal telah meninggal pada 28 November 2013. Rizal adalah alumni Al Mukmin Ngruki. Lihat makalah Noor Huda Ismail, The Complexity Around Southeast Asians Foreign Fighters, Juni 2015, hal. 8 33 Warga Indonesia di Mesir yang bergabung dengan ISIS adalah Wildan Mukhallad, pelajar Universitas Al Azhar, Wildan adalah alumni pondok pesantren Al Islam Lamongan. Wildan diketahui telah tewas dalam serangan bom bunuh diri di Irak pada Februari 2014. Wildan besar dan tumbuh di Al Islam, juga meluaskan jaringan pergaulannya di kelompok Salafi Mesir, wawancara pribadi, Kairo, Mei 2015. 34 Dua warga Indonesia pelajar di Turki Yazid Ulwan dan Bagus Wijangga simpatisan ISIS memiliki latar belakang muslim moderat di Indonesia, keduanya ini tidak memiliki akar radikalisme di sekitarnya, tumbuh dan besar di kalangan muslim moderat Turki. Lihat Muhamad Syauqillah, Relasi Diaspora WNI Jejaring NIIS, Harian Kompas, 03 Oktober 2014 55 Indonesia Government Policy Persoalan ISIS bukan hanya diihadapi oleh Indonesia, hampir semua negara di dunia memiliki simpatisan yang berangkat ke Suriah, terlebih ISIS adalah salah satu aktor konflik Suriah. Dengan demikian, mengatasi masalah ISIS di Indonesia, harus juga ditarik pada sisi hulunya, yakni penyelesaian damai Suriah, simpatisan Indonesia dalam posisi ini berada pada sisi hilirnya. 35 Penyelesaian damai Suriah tentu menjadi kunci penting untuk mengurangi migrasi simpatisan ISIS ke Suriah, akan tetapi masalah perdamaian masih perlu memakan waktu yang agak panjang. Dukungan Iran dan Rusia atas rejim Bashar Assad melawan kelompok oposisi dan ISIS pada satu proxy, koalisi Amerika Serikat, Turki, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirates Arab berhadapan dengan ISIS pada proxy lain, tentu sangat berpengaruh terhadap jalan damai Suriah. 36 Sementara solusi damai diantara kedua proxy belum menemukan titik terang, serangan Rusia atas beberapa wilayah yang dikuasai ISIS dan wilayah yang dikuasai oleh faksi oposisi terus berlangsung. Gelombang pengungsi pun terus berdatangan paska serangan Rusia ke beberapa titik di Suriah. 37 Pasca keterlibatan Iran dan Rusia dalam operasi militer Suriah, bukanlah hal yang mustahil simpatisan ISIS kembali ke negara masing masing. Sebelum eskalasi konflik meninggi, telah banyak simpatisan yang kembali ke tanah air dengan berbagai macam alasan. Bahkan bisa saja, malah menyulut simpatisan berbondong-bondong berangkat ke Suriah untuk bertempur dengan Rusia dan Iran. Dalam situasi demikian, Indonesia sebagai negara demokrasi muslim terbesar di dunia perlu mengambil kebijakan kebijakan untuk meminimalisir potensi ancaman simpatisan yang kembali ke tanah air dan mencegah simpatisan berangkat ke Suriah. Ada dua level intervensi yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia, intervensi 35 simpatisan ISIS asal Indonesia, tidaklah menduduki posisi elit, simpatisan asal Indonesia bertugas menjaga perbatasan kawasan yang dikuasai ISIS, petugas patrol kota dan pasukan tempur di medan perang, wawancara pribadi, Jogja, Maret 2015. 36 Pertemuan diplomat Amerika, Rusia, Turki, Arab Saudi tidak menemui kata sepakat tentang penyelesaian konfik Suriah, Amerika, Turki dan Arab Saudi mengganggap Assad adalah hambatan bagi penyelesaian damai Suriah. http:www.aljazeera.comnews201510russia-turkey-saudi-fail- agree-syria-151023144924381.html 37 Pasca serangan Rusia ke Allepo, sebanyak 50 orang mengungsi ke Turki. http:t24.com.trhaber50- bin-multeci-halepten-turkiyeye-geliyor,313689 56 domestik dan intervensi ke luar negeri hubungan internasional untuk meminimalisir potensi ancaman dan mencegah simpatisan. Intervensi domestik bisa dilakukan dengan pendekatan keagamaan, pemberdayaan sosial-ekonomi social entrepreneurship bahkan kampanye media sosial. Pemerintah perlu menampilkan kampanye agama sebagai salah satu sumber inspirasi kemanusiaan, perdamaian dan keadilan. Negara perlu juga mengcounter narasi radikal diberbagai media sosial. Jika blog dan youtube tentang ajakan jihad dikemas sedemikian rupa oleh ISIS, maka negara juga perlu mempublikasikan makna jihad yang lebih populis. Negara perlu memberikan pembekalan kemampuan mengembangkan unit usaha dikalangan mantan napi tindak pidana terorisme. Kebijakan domestik perlu dilengkapi dengan diplomasi bilateral multilateral maupun internasional, langkah ini diperlukan untuk memutus interkoneksi jejaring transnasional ISIS, Indonesia dapat memanfaatkan keberadaan Organisasi Konferensi Islam sebagai jalan membangun solidaritas sesama anggota untuk mencegah warga negara masing masing agar tidak terlibat dalam gerakan ini. Posisi Turki sebagai pintu masuk menuju Suriah tentu menjadi alasan utama bagi Indonesia untuk meningkatkan hubungan diplomatik, bahkan kerjasama intelijen. Dalam kerangka teknis kerjasama ini, harus sampai pada level berapa jumlah warga negara Indonesia yang telah dideportasi karena terlibat ISIS dan berapa warga negara Indonesia yang masuk ke Turki menggunakan jalur visa wisata akan tetapi melebihi batas waktu. Hal ini diperlukan bagi Indonesia untuk menentukan pola pendekatan bagi warga Indonesia yang telah kembali ke tanah air. Keterlibatan beberapa warga negara Indonesia di luar negeri sebagai simpatisan ISIS dapat diartikan bahwa perwakilan Indonesia perlu melakukan evaluasi atas pola pembinaan warga Indonesia di luar negeri. Akhirnya, secara strategis Indonesia perlu memperkenalkan moderasi Islam kepada dunia, sebagai upaya menangkal desiminasi paham salafi takfiri yang menjadi basis ideologi ISIS dan memperkenalkan Islam toleran, moderat dan humanis. 57 Kesimpulan Arab spring sebagaimana revolusi Iran telah menggeser peta politik Timur Tengah, Arab spring bukan hanya melahirkan demokrasi, akan tetapi juga melahirkan kelompok anti demokrasi sekaligus gerakan negara Islam baru. ISIS menjadi satu satunya gerakan Islam post modern yang mengklaim memiliki daerah kekuasaan, Irak dan Suriah. Keterlibatan simpatisan asal Indonesia dapat dipahami karena secara ideologis gerakan salafi tumbuh dan berkembang di Indonesia. Keterlibatan wajah lama dalam gerakan ini, adalah bukti bahwa negara perlu mengevaluasi kembali upaya pendekatan yang telah dilakukan selama ini, sekaligus melakukan intervensi ke level Internasional. 58 Peran Indonesia Dalam Membangun Demokrasi di Timur Tengah Oleh: Inggar Saputra 3 Nowadays, Indonesia has strategic position in political constellations, including in relation of Middle East area. It connected witih condition after reformation era which resulted peace democratic system in general election and sovereign leadership. Difference with Middle East area after Arabic spring that still shocked by violence, general election under pressure and new leadership that driven by abroad necessity. So that become important for Indonesia to exchange experience to create better democratic life in Middle East. Keyword: Arab Spring, Democracy, General Election, Reformation. Pendahuluan Perjalanan kehidupan berdemokrasi di Indonesia pasca kekuasaan otoritarianisme Orde Baru terus mengalami pertumbuhan yang cukup baik dan berkembang pesat. Adanya udara kebebasan dimaknai masyarakatnya dengan mendirikan berbagai media massa, kelompok sosial-politik, penataan lembaga demokrasi dan terbingkainya cita-cita kaum reformis dengan memberikan kesempatan luas kepada kelompok sipil untuk membangun bangsa dan mengurangi porsi militer yang selama ini mendominasi sruktur kekuasaan di Indonesia. Perkembangan demokrasi Indonesia yang menggembirakan ini membuat Indonesia berhasil keluar dari konflik pasca demokrasi dan berkembang menjadi negara yang demokratis. Potret keberhasilan demokrasi Indonesia dapat tercermin dari proses pergantian kepemimpinan yang berjalan penuh kesantunan politik dengan gejolak konflik yang masih dalam kondisi penuh kewajaran. Sepanjang empat kali pergantian kepemimpinan 1999, 2004, 2009 dan 2014 terbukti masyarakat Indonesia semakin dewasa dan bertanggung jawab dalam menjalani pilihan politiknya. Ancaman konflik militer-sipil, nasionalisme-agama- komunisme NASAKOM, Sunni-Syiah dan pertentangan akibat perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan SARA terbukti tidak pernah berhasil memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa. Masyarakat Indonesia terbukti mampu hidup dalam suasana pemilu yang 3 Inggar Saputra adalah Alumnus Program Magister Ketahanan Nasional Universitas Indonesia Tahun 2015. Sekarang mengajar di Universitas Mercu Buana Kranggan Bekasi. Ia bisa dihubungi melalui email: inggar.uigmail.com 59 kompetitif, harmoni dan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika meski sistem politiknya menganut multi partai yang tentunya tidak mudah dijalankan di negara lainnya termasuk Timur Tengah. Melihat realitas itu wajar sekali jika pasca reformasi 1998 Indonesia mampu mendapatkan predikat negara demokratis terbesar di Asia Tenggara Wangke: 2015 Ini disebabkan Indonesia memberikan angin kebebasan kepada masyarakatnya termasuk kalangan media dan masyarakat sipil organisasi masyarakat berbasis keagamaan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan asosiasi profesi. Para pemimpin Indonesia melihat keduanya sebagai salah satu elemen penting untuk menunjang kesuksesan hidup berdemokrasi. Sikap kritis atas kebijakan pemerintah diperbolehkan selama tidak melanggar konstitusi sebagai pedoman kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dampaknya luar biasa dimana negara mendapatkan pengawasan dan pengawalan dalam melahirkan sebuah produk kebijakan yang bersinggungan dengan kepentingan masyarakat secara luas. Keberhasilan demokrasi Indonesia ini, sebagaimana dijelaskan Azyumardi Azra 2013 juga tidak terlepaskan dari bagaimana penerimaan muslim Indonesia terhadap nilai demokrasi. Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya bearagama Islam memandang demokrasi kompatibel dengan Islam, sehingga tidak mempermasalahkan Islam dan demokrasi. Meski diakui, sejak bergulirnya reformasi hingga sekarang demokrasi Indonesia masih dihantui masalah politik uang, mobokrasi dan korupsi, tapi secara umum Indonesia layak sebagai model terbaik negara muslim yang sukses menerapkan demokrasi. Berbagai kemajuan dalam proses berdemokrasi di Indonesia membuat bangsa ini dituntut memainkan peranan penting dalam menciptakan perdamaian, keamanan dan keadilan pada tataran global termasuk kawasan Timur Tengah. Peranan itu dapat berbentuk advokasi secara intensif dalam berbagai forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan forum bersama persatuan negara Islam dengan mendesak penghentian korban sipil, mendorong dialog inklusif antara pihak yang bertikai dan mendesak langkah-langkah strategis lainnya dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah Diplomasi: 2013. Selain itu, Indonesia dapat membagi inspirasinya dalam menciptakan demokrasi yang kuat dengan tiga indikator yaitu tumbuhnya demokrasi dalam suasana penuh kedamaian, pemilu demokratis dengan melibatkan partisipasi rakyat dengan suasana yang jauh dari aksi teror dan terciptanya kepemimpinan yang kuat, mandiri dan berdaulat. 60 Peran strategis Indonesia dalam perdamaian di Timur Tengah dirasakan mendesak sebab kondisi Timur Tengah terus bergejolak hingga sekarang. Adanya Arab Spring membuat kawasan Timur Tengah menjadi sorotan dunia internasional. Ini disebabkan gerakan yang digalang berbagai kelompok sosial dan politik ini berkembang pesat dari upaya protes atas kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang memburuk dengan ditandai kemiskinan tinggi dan pengangguran yang terus meningkat menjadi gerakan sosial untuk menurunkan rezim otoriter sebagai hasil pembentukan nationalist-military-dictatorship yang termanifestasikan dalam pemerintahan monarki tradisional. Kondisi semakin buruk karena pemerintahan yang ada hidup dalam kemewahan di atas penderitaan rakyat sehingga membuat kesenjangan sosial yang semakin lebar. Tidak mengherankan upaya pembangunan dan pengembangan negara di Timur Tengah pada sektor pendidikan, ekonomi dan kesehatan mengalami hambatan yang cukup serius.Spyer: 2006 Diakui, Arab Spring memang mampu menghasilkan demokratisasi dengan runtuhnya kekuasaan para pemimpin diktator dan menghadirkan peradaban baru bagi rakyat di negara yang terdampak Arab Spring. Tapi harus pula diakui secara jujur, perubahan sosial secara radikal, cepat dan dipenuhi kekerasan itu menimbulkan konflik berdarah. Sehingga tidak mengherankan kepemimpinan yang baru dihadapkan berbagai permasalahan baru dan rumit. Mereka dihadapkan dengan sebuah fakta bagaimana rekstruktuisasi bidang kehidupan berjalan lambat karena harus dimulai kembali dari awal. Para pemimpin baru juga masih menghadapi potensi adanya kudeta berdarah jika gagal mengendalikan kondisi keamanan di internal negaranya sebagaimana terjadi di Irak, Mesir dan Turki sampai sekarang. Kondisi itu belum ditambah persoalan lainnya seperti dibutuhkannya rancangan konstitusi yang baru dalam melahirkan pemerintahan yang demokratis, diperlukannya rancangan kebijakan pertahanan di negara Timur Tengah yang terimbas gelombang Arab Spring, menghindari intervensi asing berkaitan kepentingan ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Selain persoalan di atas, demokrasi di Timur Tengah dihadapkan konflik antar sekte agama, suku dan antar kelompok lintas negara sehingga berpotensi menghasilkan demokrasi konsosiasional. Ibnu Burdah 2015 menjelaskan demokrasi konsosiasional berpusat kepada power sharing, pembagian kekuasaan berdsarkan kelompok etnis atas sekte keagamaan di negara bersangkutan. Demokrasi ini sangat elitis, bersifat jangka pendek dan membuat sekat- sekat sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh, kehidupan sosial di Lebanon dan Irak saat ini tersekat-sekat ke dalam sekte atau kelompok etnis yang ada. Sistem politik itu 61 cenderung menghasilkan keterpisahan. Ketegangan di level masyarakat berdampak kepada kesatuan negara-bangsa tempat mereka hidup bersama Meredam Demokrasi Anarkis Gelombang Arab Spring dimulai ketika seorang pedagang buah, Mohamed Bouazizi melakukan aksi bakar diri sebagai bentuk protes kepada pemerintahan Tunisia pada Desember 2010. Aksi itu menjadi awal gelombang protes di berbagai negara sebagai sebuah bentuk ekspresi musim semi bagi demokratisasi dunia Arab. Gelombang protes dari Tunisia ini akhirnya menjalar ke berbagai negara seperti Mesir, Libya, Bahrain dan Suriah sehingga merusak struktur politik nasional negara-negara tersebut. Tamburaka dalam Eko 2013 Penyebab Arab Spring umumnya demokratisasi dan konflik agama. Demokratisasi berkaitan dengan buruknya perekonomian, kesenjangan sosial, kemiskinan dan berujung kepada ketidakpuasan rakyat kepada pemerintah. Konflik agama terkait kepentingan eksistensi Syiah di negara Timur Tengah yang mayoritas penduduknya Islam Sunni Wicaksa: 2015 Revolusi ini berjalan dengan konflik dan kekerasan sehingga mengakibatkan kekacauan dan tumbangnya pemerintahan diktator di berbagai negara. Penguasa di Tunisia, Mesir dan Libya tumbang. Pada 14 Januari 2011 Presiden Tunisia Zine El Abidin Ben Ali dipaksa mencari suka ke Arab Saudi, Presiden Mesir Husni Mubarak mundur dari jabatannya pada 11 Februari 2011, Presiden Libya Muammar Khaddafi terbunuh pada Oktober 2011 setelah Dewan Transisi Nasional. Setelah kerusuhan regional ini, pemberontakan muncul di Bahrain dan Suriah, Iraq, Yordania, Kuwait, Maroko dan Sudan. Rakyat melawan penguasa menggunakan berbagai macam bentuk perlawanan mulai dari demonstrasi di jalanan, menyerang pusat pemerintahan dan pasukan pro pemerintah serta menggalang dukungan melalui media sosial. Demokrasi anarkis menjalar di negara-negara Timur Tengah dengan tujuan meruntuhkan kekuasaan para diktator. Rakyat di negara tersebut mengalami kejenuhan berkepanjangan karena kepemimpinan yang ada gagal menghasilkan perubahan dan perbaikan kesejahteraan hidup. Selama berkuasa, para penguasa justru menutup rapat pintu kebebasan menyuarakan pendapat, terlibat korupsi akut dan melanggar Hak Asasi Manusia. Tak pelak, anarkisme yang termanifestasikan dalam Arab Spring bagaikan sebuah takdir sejarah yang sulit dihindarkan. Para demonstran meneriakkan “Rakyat ingin menurunkan rezim i ni” Aparat militer mulai bersikap keras, demonstran yang menggelar “hari kemarahan” setiap Jumat mulai ditangkap dan dipenjarakan. Tapi upaya itu gagal menghentikan aksi 62 unjuk rasa rakyat sehingga beberapa pemimpin negara Timur Tengah mengundurkan diri dari jabatannya. Demokrasi di beberapa negara yang mengalami Arab Spring memang akhirnya mampu meruntuhkan para diktator. Tetapi patut dicermati bagaimana proses pasca Arab Spring belum mampu menghasilkan kehidupan berdemokrasi yang damai. Masih terjadi berbagai kekerasan karena kegagalan pemimpin baru dalam mengkonsolidasikan demokrasi sehingga perubahan fundamental di berbagai bidang kehidupan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Biaya berdemokrasi pada negara tersebut terlalu mahal, dimana kudeta kelompok oposisi teradap enguasa belum sepenuhnya mampu menghasilkan perubahan kondisi domestik. Hal ini menunjukkan betapa belum adanya kesiapan negara yang mengalami Arab Spring untuk menerapkan nilai demokrasi yang menekankan pada pentingnya penegakan Hak Asasi Manusia, kebebasan, keadilan dan kesejahteraan. Untuk itu, Indonesia dapat mengambil peran dengan menjelaskan dalam berbagai forum dunia internasional yang melibatkan negara Timur Tengah bahwa demokrasi anarkis akan membawa konflik yang berkepanjangan. Mulai sekarang diperlukan keseriusan para pelaku politik dan ditumbuhkan kesadaran rakyat untuk menghadirkan demokrasi yang damai. Kultur politik demokrasi kebebasan berserikat, menyampaikan aspirasi dan mendukung kebebasan media massa-pen dan pembangunan masyarakat sipil yang berkembang di Indonesia dapat menjadi contoh bagaimana kedua instrumen itu penting dalam memperkuat demokrasi. Kultur politik Arab berbasiskan kabilahisme dan asosiasi profesionalisme yang steril kepentingan politik harus mulai dikikis sehingga memberikan peluang demokrasi dapat dijalankan dengan baik. Selain itu, pembangunan demokrasi yang damai dimulai dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat sipil sebagai jembatan penengah dalam berbagai konflik kepentingan yang meningkat sepanjang masa transisi demokrasi. Indonesia pantas bersyukur bagaimana pasca reformasi, masyarakat sipil dapat berkembang dan mendapatkan perlindungan dari negara. Ini berdampak masa transisi dan konsolidasi demokrasi di Indonesia dapat dijalankan dengan baik dan mencapai hasil yang menggembirakan. Berkaca dari pengalaman Indonesia, maka menjadi penting bagi Dunia Arab memperkuat masyarakat sipil sebagai investasi yang sangat berharga untuk kemajuan berdemokrasi yang lebih baik. Masyarakat sipil dapat menjadi angin segar dalam mengurangi dominasi militer dan konflik politik antar berbagai sekte agama dan kesukuan yang terjadi selama ini. Azra : 2013, 63 Menuju Pemilu Demokratis Setelah kejatuhan Mubarak, rakyat Mesir mengadakan pemilihan umum dengan hasil Partai Kebebasan dan Keadilan FJP dan Salafist Nour Party menduduki dua posisi teratas. Pada pemilu itu, terpilih Mohammad Mursi sebagai Presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis. Namun pemerintah Mursi dinilai gagal menghasilkan kepuasan bagi rakyat Mesir diskriminasi posisi strategis untuk kader Ikhwanul Muslimin, memburuknya perekonomian Mesir, keluarnya Dekrit Presiden mengenai pemecatan jaksa Agung sehingga militer melancarkan teror dan mengkudeta Mursi. Pasca kudeta, Mesir dipimpin Jenderal Abdel Fatah As-Sisi yang berkembang menjadi diktator baru Mesir pro kepada kepentingan Amerika Serikat. Saat ini, konstitusi baru Mesir sudah disahkan dengan mendapatkan persetujuan sebanyak 98,1 persen rakyat Mesir di tengah konflik kelompok Ikhwanul Muslimin dan Pemerintah. Sementara pasca revolusi di Tunisia, partai politik yang sebelumnya dilarang penguasa mulai kembali muncul dan berusaha mendapatkan simpati rakyat. Hasilnya pada pemilu 23 Oktober 2011, partai Al-Nahda menang dengan 37,04 persen suara mengalahkan saingannya Partai Kongres untuk Republik 8,47 persen, dan Partai Forum Demokratis untuk Buruh dan Kebebasan 7,03 persen. Namun persoalan ekonomi dan konflik dengan militan Islam memaksa penguasa dari partai pemenang pemilu itu mundur. Pada pemilu berikutnya Oktober 2014, Partai Nida Tounes menguasai parlemen dan memenangkan kandidatnya Beji Said sebagai pemimpin baru Tunisia dengan meraih 55,68 suara mengalahkan presiden incumbent Moncef Marzouki 44,32. Kemenangan politisi Tunisia yang berusia 88 tahun ini dikritisi akan menandai kembalinya kekuatan rezim sekular sebelum Arab Spring. Kondisi pergantian kekuasan pada kedua negara itu berbeda dengan Indonesia yang mampu melewati beberapa kali pemilu presiden dan legislatif dengan baik. Kemapanan sistem demokrasi terjadi secara gradual, sistemik dan alamiah meski memakan waktu cukup lama. Untuk menuju kematangan demokrasi, Indonesia pernah melalui masa transisi yang sulit dimana tiga presiden menjabat secara utuh Habibie, Gus Dur dan Megawati. Penataan sistem mulai berjalan pada masa kepemimpinan dua periode Susilo Bambang Yudhoyono. Diharapkan pada kepemimpinan Jokowi, Indonesia sudah memiliki sistem yang permanen. Ini berbeda misalnya dengan Mesir yang dipimpin pemerintahan demokratis hanya satu tahun dan kini mereka kembali ke rezim militer. Ini artinya kemampuan beradaptasi dengan perubahan dengan fleksibilitas sistem tidak terjadi di negara tersebut. 64 Krisis Kepemimpinan Negara Arab Negara Timur Tengah mencakup 22 negara yang tersebar di Asia Barat Daya dan Afrika Utara terbukti masih disibukkan dengan kepemimpinan berbasiskan kesukuan dengan integritas yang lemah sesama bangsa Arab. Mereka mudah terpecah belah dan intervensi asing tampak menguat dalam perjalanan sejarah negara di kawasan ini. Konflik antar pemimpin negara Timur Tengah masih sering terjadi dan semakin diperburuk dengan kehadiran Israel yang menginginkan eksistensi bangsa Yahudi mendapatkan pengakuan secara penuh Yumitro, Fitriyah: 2013 Secara umum, kepemimpinan di negara Arab mengalami krisis politik yaitu krisis otoritas, ekuilitas dan kontinuitas. Pertama, krisis otoritas adalah lemahnya dukungan rakyat dan bangsa lain terhadap negara tersebut sehingga menghasilkan pembangkangan khususnya dari kekuatan politik dalam negeri. Hal itu tercermin dalam kasus Arab Spring dimana muncul pembangkangan umum, kudeta, demonstrasi, revolusi dan separatisme dari rakyat kepada pemerintahnya. Sedangkan krisis otoritas dari luar negeri berwujud embargo, agresi dan intervensi terhadap kekuasaan yang dijalankan penguasa. Kedua, krisis ekualitas yaitu adanya kesenjangan perekonomian dan berpolitik antar warga negara pada suatu negara. Ini terlihat dari persoalan diskriminasi kelompok Syiah dan Kurdi di beberapa negara sehingga menimbulkan ketidakstabilan politik dalam negeri. Ketiga, krisis kontinuitas dimana penguasa di Timur Tengah terancam mengalami penggulingan kekuasaan dengan cara tidak demokratis baik pemberontakan dalam negeri maupun intervensi asing baik intra maupun ekstra regional Jatmika: 2013 Sebenarnya, harapan atas lahirnya persatuan negara Arab sempat muncul ketika Mesir menginisiasi lahirnya Liga Arab pada 22 Maret 1945. Liga Arab merupakan organisasi gabungan negara Arab yang didirikan oleh tujuh negara. Tujuan organisasi ini untuk mempererat persahabatan bangsa Arab, memerdekakan negara di kawasan Arab yang masih terjajah dan mencegah berdirinya negara Yahudi di Palestina. Tugas organisasi ini mengordinasikan kegiatan ekonomi termasuk hubungan niaga, komunikasi, kebudayaan, kewarnegaraan, paspor, visa, sosial dan kesehatan. Tapi upaya penyatuan ini kandas karena egoisme dan konflik kepentingan dari masing-masing negara. Jatmika: 2013 Krisis kepemimpinan dunia Arab bagaikan menegakkan benang kusut sehingga pasca Arab Spring belum juga berakhir. Para penguasa baru menghadapi gejolak kepemimpinan dalam negeri yang tak kunjung usai, sementara intervensi asing khususnya Amerika Serikat 65 dan sekutunya yang bermotifkan ekonomi. Ini mengingat Timur Tengah merupakan kawasan strategis karena memiliki cadangan minyak terbesar di dunia dan pengimpor senjata potensial. Impor senjata ini menarik negara pengekspor senjata seperti Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis dan beberapa negara Eropa Timur untuk mengambil keuntungan dari bisnis perdagangan senjata ini. Menjadi kesempatan emas bagi negara asing mengintervensi kekuasaan Timur Tengah dengan mendukung salah satu pihak yang bertikai dengan mengharapkan adanya timbal balik berupa kekayaaan alam dan perdagangan senjata. Tepat kiranya, jika pasca Arab Spring banyak pemimpin baru negara Timur Tengah bagaikan boneka yang menjalankan tugas kepemimpinannya dengan mengutamakan kepentingan asing sehingga proses kedaulatan, kemandirian dan kebijakan pro rakyat tidak sepenuhnya dapat diwujudkan dengan baik dan maksimal. Proses kepemimpinan itu berbanding terbalik dengan Indonesia yang pasca reformasi mampu menghasilkan kepemimpinan yang kuat, mandiri dan berdaulat. Habibie mampu membawa perekonomian Indonesia membaik penguatan nilai rupiah dan menekan laju inflasi, penguatan sektor politik pembentukan UU Politik, mengadakan pemilu bebas prtama kalinya, adanya UU Otonomi Daerah dan pembebasan tahanan politik dan adanya kebebasan pers. Pada tahun 1999, Abdurahman Wahid menjadi presiden Indonesia dengan dukungan koalisi poros tengah mengalahkan pesaingnya Megawati Soekarnoputri. Selama masa pemerintahannya Gus Dur banyak menghadapi tantangan berat seperti konflik Maluku, pencabutan ketetapan MPR mengenai komunisme dan ancaman membubarkan parlemen karena adanya wacana pemakzulan presiden. Proses demokrasi kembali mendapatkan ujian berat pada masa kekuasaan Megawati karena penolakan rakyat atas penjualan aset negara dan pemberlakuan operasi militer di Aceh. Penataan sistem demokrasi mulai membaik dan terus meningkat ketika dua kali Susilo Bambang Yudhoyono menjabat Presiden, dimana kondisi sosial, politik dan ekonomi terus membaik termasuk keberhasilan Indonesia sebagai pemimpin negara-negara Asia Tenggara ASEAN. Dzakirin: 2010 Para pemimpin Indonesia pasca reformasi sudah terbukti mampu menciptakan perubahan melalui mekanisme kompetisi politik yang demokratis sehingga pemimpin yang terpilih mendapatkan legitimasi dari dominan rakyat Indonesia. Sementara para pemimpin baru di negara yang terdampak Arab Spring belum sepenuhnya mampu menjawab tantangan kepemimpinan demokratis dan menyejahterakan rakyat. Mereka lebih terlihat sibuk membalas hutang atas bantuan Amerika Serikat dan sekutunya dengan membiarkan ladang minyak dikelola asing. Selain itu, kebijakan politik dan luar negerinya juga tunduk kepada 66 kepentingan asing sehingga mengabaikan kepentingan rakyat sebagai pemilik sah demokrasi itu sendiri. Untuk itu, Indonesia dapat mengambil peran dengan mendorong pemimpin Arab mengambil inspirasi dari proses transisi demokrasi dan kepemimpinan yang dijalani Indonesia. Konsolidasi sosial-politik antara pemimpin dan rakyat di negara Timur Tengah pasca Arab Spring adalah kebutuhan mutlak dalam mengoptimalkan situasi politik dalam negeri sehingga goncangan konflik internal tidak terus-menerus terjadi. Selain itu, kemandirian ekonomi berupa optimalisasi kekayaan minyak untuk kepentingan rakyat menjadi prioritas utama sehingga perekonomian rakyat kembali pulih. Peran lembaga dan negara asing seperti Amerika Serikat dan sekutunya harus berjalan sebagai mitra kerja dalam menumbuhkan perekonomian, bukan negara yang mendikte kebijakan luar negeri negara Timur Tengah yang terdampak Arab Spring. Kesimpulan Revolusi di Timur Tengah terbukti mampu menghancurkan banyak rezim diktator di kawasan tersebut sekaligus meninggalkan dampak kerugian yang cukup besar. Rakyat mengalami penderitaan akibat hancurnya infrastruktur dan menciptakan instabilitas dalam pemerintahan sehingga kondisi sosial-politik menjadi tidak menentu. Berbagai kerusakan itu mengulang seperti yang dialami Indonesia pada Mei 1998, dimana reformasi merubuhkan kekuasaan Soeharto dan menghadirkan demokratisasi di Indonesia. Perbedaan keduanya, reformasi di Indonesia mampu menghasilkan demokrasi damai, pemilu konstitusional dan kepemimpinan yang kuat, mandiri dan berdaulat. Ini berbeda dengan konflik Arab Spring di Timur Tengah yang menghasilkan demokrasi anarkis, pemilu yang penuh konflik dan krisis kepemimpinan yang kronis sehingga seringkali mendapatkan intervensi sosial, politik dan ekonomi baik dalam dan luar negeri. Dalam berdemokrasi, negara Timur Tengah pasca Arab Spring masih gagal menyatukan perbedaan sekte keagamaan dan kesukuan sehingga kekisruhan politik dalam negeri masih terus berlangsung. Anarkisme dalam berdemokrasi muncul karena masih kuatnya konflik politik dan kepentingan antar kelompok dalam mengupayakan kekuasaan demi kepentingan kelompoknya. Tak kalah mencemaskan proses kompetisi politik belum mencapai nilai demokrasi yang ideal akibat perbedaan pandangan mengenai partai Islam- sekuler, belum terbentuknya kemapanan sistem demokrasi dan kuatnya dominasi militer dalam kekuasaan sehingga proses transisi demokrasi berpotensi menemui jalan buntu. Selain 67 itu, krisis kepemimpinan negara Arab yang mencakup otoritas, ekuilitas dan kontinuitas membuat situasi politik dalam negeri terus bergejolak dan intervensi asing terhadap kekuasaan dengan motif ekonomi dan perdagangan senjata masih terus berlangsung sampai sekarang. Daftar Pustaka Ahmad Dzakirin. 2010. Tarbiyah Siyasiyah. Surakarta: Era Intermedia. Arif Wicaksa. Jurnal JOM FISIP 2015. Vol. 2 No. 1. Hal. 2. Strategi Arab Saudi Terhadap Stabilitas Pemerintahannya Tahun 2011-2013. Azyumardi, Azra. Islam dan Demokrasi: Pengalaman Indonesia, Turki dan Negara Negara Arab. Makalah disampaikan pada Klub Kajian Agama KKA Yayasan Paramadina. Jakarta, 17 Juli 2013 Danu Eko Agustinova. Jurnal Socia. September 2013. Vol. 10 No. 2 Hal. 120-128. Latar Belakang dan Masa Depan Libya Pasca Arab Spring. Ibnu Burdah. Demokrasi Konsosiasional Sebagai Solusi di Timur Tengah?. Koran Tempo. Sabtu, 19 September 2015 Info Singkat Hubungan Internasional Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi P3DI Setjen DPR RI. Vol VI. No. 03. Masyarakat Sipil dan Transisi Demokrasi di Timur Tengah. Peran Indonesia Dalam Mewujudkan Perdamaian Global. Tabloid Diplomasi. No. 60. Januari-Februari 2013. Siddik, Jatmika. Jurnal Hubungan Internasional. Oktober 2013. Vol. 2 No. 2 Hal.164. The Arab Spring: 2010. Puncak Gunung Es Krisis Politik di Timur Tengah. Spyer, Jonathan. 2006. Failure and Longevity: The Dominant Political Order of the Middle East, dalam Middel East Review of International Affairs, 102. Tamburaka, Apriadi. 2011. Revolusi Timur Tengah Kejatuhan Para Penguasa Otoriter di Negara-Negara Timur Tengah. Yogyakarta: Narasi Tim Comes UMM. 2013. Timur Tengah Dalam Pusaran Konflik.Yogyakarta: Gre Publishing. 68 Fahmi Lukman. Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan Timur Tengah Melalui OKI. Tabloid Diplomasi. Senin. 24 April 2011. http:www.dw.comidindonesia-teladan-negara-muslima-17234121 diakses pada 02 November 2011 http:hizbut-tahrir.or.id20150205arab-spring-cermin-kegagalan-demokrasi-dan- people-power 69 PENGARUH MEDIA SOSIAL DALAM PEMBENTUKAN BUDAYA TIMUR TENGAH PASCA ARAB SPRING Fany Dayang Sary Icha_imadokiyahoo.com Abstract This paper discusses the roles the social media have in shaping the culture of Middle East post Arab Spring as seen in two countries: Tunisian, and Egypt. This research focuses on the contribution of the social media cycle from the two countries reflect the cultural dynamics of the Middle East at post Arab Spring. The cultural dynamics was analyzed through S. Hall’s concept of Culture Reception Theory and J. Habermas theory of the Public Sphere. This research concluded that the two countries especilly depended on the social media to make public sphere for communication and to help share relevant information among the citizen. Keywords: Egypt; Culture; Post Arab Spring; Public Sphere; Reception Theory; Social Media; Tunisia PENDAHULUAN Keberhasilan warga negara Tunisia dalam menggulingkan pemerintahan otoriter Presiden Ben Ali pada tahun 2010, yang kemudian diikuti oleh warga negara Mesir pada tahun 2011 yang menggulingkan pemerintahan presiden Husni Mubarak dalam revolusi Arab Spring tidak terlepas dari peranan media. Terutama media sosial seperti, twitter, facebook, dan youtube. Media sosial dijadikan sebagai ruang alternatif untuk berbicara dan menyatukan pemikiran oleh warga negara Tunisia, dan Mesir untuk mensukseskan revolusi. Hal ini dilakukan, karena pemerintah pada masa presiden Ben Ali dan presiden Husni Mubarak membatasi serta menekan kebebasan warganya untuk bersuara. Pemanfaatan media sebagai ruang publik public sphere oleh warga negara Tunisia dan Mesir berhasil dan menjadi penyemangat negara-negara lain di Timur Tengah yang ingin melakukan revolusi. 70 Seperti yang kita ketahui, bahwa semenjak berkembangya media sosial seperti facebook, twitter, youtube yang dapat berkomunikasi dan penggunanya dapat berbagi data tulisan, gambar, dan video membuat fungsi media sosial ini juga dapat sebagai media dalam ranah politik. Hal inilah yang dijadikan oleh negara – negara di Timur Tengah saat Arab Spring untuk memudahkan mereka melakukan revolusi dan menjatuhkan pemerintahan yang otoriter, seperti yang terjadi di negara Tunisia dan negara Mesir. Setelah revolusi terjadi pada tahun 2011 di negara Tunisia dan negara Mesir, apakah media sosial ini masih berpengaruh dalam perubahan dan pembentukan budaya di Timur Tengah Pasca Arab Spring? LANDASAN TEORI A. Ruang Publik Public Sphere J. Habermas Dalam tulisan J. Habermas yang berjudul The Structure Transformation of the Public Sphere 1962, ruang publik Public Sphere adalah ruang di mana setiap individu dapat masuk dan dan turut serta dalam percakapan tanpa tekanan dari pihak lain. Ruang publik menurut J. Habermas terdiri dari organ-organ informasi dan perdebatan politik, seperti surat kabar, jurnal, dan intitusi diskusi politik seperti media sosial twitter, facebook yang juga digunakan oleh warga negara Tunisia dan warga negara Mesir untuk melakukan revolusi. Ruang Publik ini berfungsi untuk diskusi kritis, terbuka bagi semua orang. Menurut J. Habermas, warga privat private people berkumpul untuk membentuk sebuah publik, kemu dian ‘nalar publik’ tersebut akan bekerja sebagai pengawas terhadap kekuasaan negara Arismundar. 2008. Hal inilah yang juga dilakukan oleh warga negara Tunisia dan Mesir, membuat diskusi kritis untuk mengawasi, beropini, dan menentukan langkah – langkah strategi untuk menjatuhkan rezim penguasa mereka. Pengekangan yang dilakukan oleh pemerintah Tunisia dan Mesir terhadap warga negaranya dalam berpendapat, mengakibatkan mereka mengalihkan kepada media sosial.

B. Teori Pemaknaan Reception Theory S. Hall

Teori pemaknaan Reception Theory oleh S. Hall, merupakan teori yang mengacu kepada makna, produksi, dan pengalaman khalayak dalam berinteraksi dengan teks media. Teori ini berfokus pada proses decoding, interpretasi, serta pemahan inti dari konsep analisis reception. Menurut S. Hall, makna yang dimaksudkan dan yang diartikan dalam sebuah pesan bisa terdapat perbedaan. Kode yang digunakan atau disandi encode dan yang disandi balik decode tidak selamanya berbentuk simetris. Derajat simetri dalam teori ini dimaksudkan 71 sebagai derajat pemahaman serta kesalahpahaman dalam pertukaran pesan dalam proses komunikasi-tergantung pada relasi ekuivalen simetri atau tidak yang terbentuk pada encoder dan decoder jika dipersonifikasikan menjadi pembuat pesan dan penerima pesan Dinanti, 2010. Ketika khalayak menyandi balik decoding dalam suatu komunikasi, maka terdapat tiga posisi hipotekal, yaitu: - domain – hegemonic position, terjadi ketika tanpa sengaja khayalak memaknai pesan yang terkonotasi. Dalam komunikasi transparan posisi ini ideal, setiap individu bertindak terhadap sebuah kode sesuai apa yang dirasakan mendominasi untuk memiliki kekuatan lebih kepada kode lainya. - negotiated position, terjadi ketika khalayak sudah mampu menerima ideologi yang dominan dan akan bergerak untuk menindaklanjutinya dengan beberapa pengecualian - oppositional position, terjadi ketika khalayak menerima dan mengerti. Ini terjadi ketika khalayak memiliki sudut pandang yang kritis terhadap pesan yang disampaikan oleh media dan kemudian mengartikannya sendiri. METODE PENELITIAN Penelitian ini berfokus pada data-data media sosial, yaitu facebook khususnya menyoroti akun I Wacth_Tunisia, dan facebook khususnya akun Egyption Revolution. Data penelitian yang dianalisis bersumber dari sharing at wall serta comment yang dilakukan oleh follower akun facebook. Dalam menganalisis menggunakan konsep Reception Theory S. Hall, sedangkan untuk melihat ruang publik yang terdapat di dalam akun facebook penulis akan menggunakan teori Public Sphere J. Habermas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Media Sosial Pada Saat Arab Spring di Tunisia dan Mesir Media sosial merupakan salah satu media yang berperan dan berpengaruh dalam revolusi Arab Spring yang terjadi di Timur Tengah. Media sosial seperti twitter, facebook, dan youtube dijadikan oleh warga negara Tunisia, Mesir dan negara Timur Tengah lainnya sebagai ruang publik untuk menjatuhkan rezim penguasa mereka yang otoriter. Mereka menjadikan media sosial sebagai ‘aktivitas politik online’. Menurut istilah ‘aktivitas politik 72 online’ adalah kegiatan yang mengandalkan internet atau berbasiskan internet dalam melakukan gerakan politik. Kegiatan ini bertujuan untuk mendokumentasikan atau menyebarkan peristiwa – peristiwa yang terjadi yang kemudian disebarkan secara luas ke media – media internasional Octaviani, p. 3. 2014. Salah satu ‘aktivitas politik online’ terjadi di Timur Tengah atau yang lebih dikenal dengan Arab Spring, pertama dimulai oleh masyarakat Tunisia. Masyarakat Tunisia menjadikan media sosial twitter, dan facebook untuk menggalang aksi protes atas kebiadaban pemerintah yang telah mengintimidasi salah seorang warganya yaitu yang bernama Mohamed Bouazazi. Bouazazi diperlakuakan dengan tidak baik oleh aparat polisi ketika dia berdagang. Kiosnya dirusak dan dia dipermalukan oleh seorang polisi wanita. Bouazazi tidak menerima perlakuan ini dan akhirnya memprotes tindakan tersebut dengan cara membakar dirinya. Melihat keberanian yang dilakukan oleh Bouazazi membuat masyarakat Tunisia bersimpati, dan marah dengan kebiadaban pemerintah, sehingga masyarakat Tunisia menyebarkan peristiwa ini media sosial di twitter dengan hashtag sidibouzid, bouazizi dan kemudian berubah menjadi tunisia dan melakukan protes yang berakhir dengan jatuhnya pemerintahan presiden Ben Ali. Keberhasilan ini menjadi pemicu negara – negara di Timur Tengah lainnya, salah satunya adalah negara Mesir. Masyarakat Mesir yang juga menggunakan media sosial sebagai ‘aktivitas politik online’ seperti halnya negara Tunisia. Masyarakat Mesir marah dan geram melihat pemerintah mereka yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya, yang terlihat pada pembunuhan Khaled Said oleh aparat polisi. Akibatnya masyarakat Mesir juga menggalang aksi protes di facebook yang bernama WAAKS We are all Khaled Said dan kemudian terjun ke jalan untuk melakukan aksi protes, serta berhasil menjatuhkan pemerintahan presiden Hosni Mubarak Octaviani, p. 4. 2014. Klimaks banyaknya penggunaan media sosial terjadi ketika pemerintah melakukan pemutusan internet blackout yang dilakukan oleh pemerintah Tunisia maupun pemerintah Mesir. Pemutusan internet ini dilakukan oleh kedua pemerintah dikarenakan media sosial menjadi komunikasi massal yang dapat memobilisasi masyarakat untuk melakukan unjuk rasa dan turun ke jalan melakukan gerakan, sehingga dapat menyebabkan kericuhan Octaviani, p. 6. 2014. Tindakan pemutusan internet blackout yang dilakukan oleh pemerintah Tunisia dan pemerintah Mesir tidak mengurangi dan melemahkan kegiatan politik masyarakat di dunia maya, faktanya tindakan ini semakin memperbanyak massa dan 73 membuat masyarakat untuk melakukan berbagai cara agar ruang publik mereka di media sosial tetap terlaksana. Seperti yang terjadi di Mesir. Ketika pemerintah Mesir melakukan pemutusan internet blackout, kecuali ISP Noor Data Networks yang melayani pertukaran bursa saham Mesir, beberapa aktivis berusaha melanjutkan kegiatan dengan membobol lewat proxy – proxy untuk kembali online. Hal berkebalikan dengan apa yang diinginkan pemerintah Mesir untuk melakukan pemutusan internet. Akibatnya massa lebih banyak dan pemutusann internet blackout ini merupakan salah satu faktor berakhirnya rezim Hosni Mobarak. Secara keseluruhan dari pemaparan di atas dapat terlihat bahwa, peranan media salah satunya adalah media sosial sangat berpengaruh di dalam revolusi Arab Spring, terutama negara Tunisia dan negara Mesir. Penggunaan media sosial dijadikan sebagai ruang publik untuk melakukan ‘aktivitas politik online’ yang bertujuan untuk meningkatkan massa dan menjatuhkan pemerintahan. Jika dilihat dari data, penggunaan internet pun meningkat di negara Tunisia dan Mesir, yaitu 3,6 juta di Tunisia berdasarkan Statistic Internet World Stats, dan 7 juta di Mesir survey yang dilakukan oleh Dubai School of Government pada saat revolusi terjadi.

2. Facebook sebagai ruang publik di Tunisia

Pengaruh media sosial tidak saja berhenti sampai pemerintahan presiden Ben Ali jatuh, tetapi masih sampai sekarang. Masyarakat Tunisia masih aktif menggunakan media sosial sebagai ruang publik untuk melakukan ‘aktivitas politik online’ mereka. Hal ini dapat terlihat pada facebook dan twitter yang masih mereka pakai untuk berdiskusi, salah satunya adalah akun facebook I Watch_Tunisia. Facebook dengan akun I Watch_Tunisia adalah akun facebook dari organisisasi pengawasan Tunisia yang dibuat setelah revolusi Tunisia. Tujuan dibuatnya akun facebook ini untuk memotivasi pemuda dan pemudi Tunisia yang berada di berbagai wilayah untuk tetap menjaga dan melestarikan kemajuan revolusi di Tunisia dengan cara melalui media sosial. Akun ini memiliki visi terutama dalam bidang transparansi dan korupsi, yaitu menyampaikan dan memonitor secara transparan informasi yang ada di berbagai wilayah di Tunisia, dan juga mengutamakan demokrasi untuk pemerintahan politik setelah revolusi. Akun facebook ini disukai sebanyak 85268 orang dan memiliki 185 ulasan dari tahun 2011sampai sekarang. Ruang publik yang dikemukakan oleh J. Habermas terlihat pada akun facebook ini. Setiap berita yang diposting di wall facebook I Wath_Tunisia pada umumnya mendapatkan 74 respon dari follower-nya. Salah satu contohnya adalah postingan yang ditulis oleh pemilik akun pada tanggal 26 Agustus, jam 7. 19 malam. Postingan tersebut mengenai ‘kebijakan RUU rekonsilasi ekonomi yang dikeluarkan oleh presiden Tunisia, Beji Caied Ess ebsi’, seperti yang terihat di bawah ini: Tunisian Presiden Beji Caied Essebsi has presented a draft law known as the economic reconciliation project. If adopted by parliament, it will grant amnesty to thousands of former regime figures, ministers, top aides of ousted dictator Zine El Abidine Ben Ali and corrupt businessman who embezzled billions of dinars from state fund. Tunisia proposes controversial corruption amnesty bill. Menurut pemilik akun I Watch_Tunisia bahwa, Presiden Beji Caied Essebsi telah mengeluarkan sebuah RUU yang dikenal sebagai proyek rekonsiliasi 4 ekonomi. Menurutnya RUU ini akan memberikan amnesti kepada ribuan mantan tokoh – tokoh rezim, menteri, pembantu atas menggulingkan diktator Ali dan pengusaha korup yang menggelapkan milyar uang dari dana negara. Postingan ini mendapatkan respon dari follower-nya sebanyak 36 likes dan 12 comments. Jika dilihat dari respon comment yang diberikan follower akun tersebut, maka terlihat bahwa adanya ruang publik yang berlangsung di dalam akun tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat J. Habermas dalam tulisannya, Strukturwandel der Oeffentlichkeit bahwa ruang publik sebagai kondisi – kondisi komunikasi yang memungkinkan warga negara membentuk opini dan kehendak bersama secara diskursif, karena secara garis besar syarat berkomunikasi menurut J. Habermas adalah apabila terdapat timbal balik atau respon dari kedua belah pihak atau lebih yang hendak melakukan komunikasi Hadirman, 2009. Hal ini sudah terlihat pada 12 comment yang muncul. Dari 12 comment yang merespon postingan ini, secara keseluruhan memberikan komentar yang setuju dengan postingan tersebut, seperti komentar yang diberikan oleh Justice Man di bawah ini: No way this mafia law will be adopted Akun Justice Man menganggap bahwa tidak mungkin hukum mafia ini akan diadopsi. Dia juga sependapat dengan akun I Watch_Tunisia bahwa hukum ini tidak layak untuk diterapkan, karena akan menyebabkan ketidakadilan. Mantan para penguasa yang telah korupsi akan dengan mudahnya dibebaskan dari hukuman, yang seharusnya dihukum berat. 4 Rekonsilasi adalah n a. perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula; perbuatan menyelesaikan perbedaan; b penetapan pos – pos yang diperlukan untuk mencocokkan saldo masing – masing dari dua akun atau lebih yang mempunyai hubungan satu dengan lain; c ikhtisar yang memuat rincian perbedaan antara dua akun atau lebih. Penggunaan makna yang tepat untuk penelitian ini adalah makna no a. Salim, 1991 75 Jika dilihat dari konsep S. Hall bahwa, akun facebook I Watch_Tunisian merupakan pembuat pesan encoder. Dia memberikan pesan dalam bentuk kalimat yang merupakan sebagai kode encode yang di posting di wall facebook-nya. Kemudian, kode ini direspon dan diterima oleh follower-nya, seperti akun Justice Man yang merupakan sebagai penerima pesan decoder, dengan memberikan kode kembali decode kepada akun I Watch_Tunisian. Komunikasi antara kedua akun ini memperlihatkan posisi hipotekal, domain – hegemonic position, karena berada pada wilayah yang sama. Maksudnya akun I Watch_Tunisia berhasil menaklukan akun Justice Man karena berhasil menyampaikan makna yang disampaikannya, dan ditangkap dengan makna yang sama oleh Justice Man. Hal ini juga sesuai dengan ruang publik J. Habermas, bahwa kriteria yang dipenuhi hanya pada kesempatan yang sama untuk berpatisipasi dalam dialog, akan tetapi bentuk koersif dalam penanaman ideologi kepada lawan tuturnya, meskipun sifatnya hegemonik atau tidak disadari oleh lawan tuturnya. 11 akun yang lain memerikan comment yang juga hampir sama maknanya dengan akun Justice Man, yang berbunyi: حأ يح يح ل طبأ ن لض ن سن ت نع عف ن ج ل ي ح ي حن عج ن _ ع ض ل حل م _ م _ ي _ س ه بأ س ح ل _ مث _ حل ل — ت ث _ ص م ح _ ص م لح _ يس ل ي _ ل يف شل _ يه _ لحل Komentar ini adalah comments yang diberikan oleh 10 akun facebook lainnya, yaitu comments dari akun HaniyehMeskin Hannouna, Houda Abbasi, Fawzi yahya, Mourad Ben Amor, Raouf Saidi, Hana Tout Court, Wafa wafa, Ferijha Ya Rab, Lazhar Ben Mahmoud, dan Maher Boualleg pada tanggal yang sama yaitu tanggal 7 September tahun 2015 dengan jam yang berbeda tipis. Seperti hal akun Justice Man, 10 coments akun ini menangkap makna yang sama yang disampaikan oleh akun I Watch_Tunisia. Pada postingan ini secara keseluruhan terjadi ruang publik yang bersifat 76 hegemonik. Comment ini sering dipakai oleh masyarakat Tunisia dalam menyampaikan opini mereka. Comment ini merupakan slogan dari masyarakat Tunisia yang mengambarkan keinginan mereka untuk bisa mendapatkan pemerintahan yang demokratis, transparan, dan bersih dari korupsi. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial masih berperan dan berpengaruh dalam demokrasi negara Tunisia yang dipakai oleh masyarakat Tunisia untuk berdiskusi dan beropini, meskipun pemerintahan baru mereka setelah revolusi yang dipimpin oleh presiden Beji Caied Essebsi merupakan pendiri partai Nidaa Tounes.

3. Facebook sebagai ‘ruang publik’ di Mesir.