7 Metode spitting adalah metode yang sering digunakan untuk pengumpulan
saliva karena lebih reliable. Pasien diminta untuk mengumpulkan salivanya di dalam mulut dan kemudian diludahkan ke dalam wadah saliva setiap 60 saat selama 5
sampai 15 menit.
c Swab
Metode swab dilakukan dengan meletakkan kapas pada dasar mulut pasien pada jangka waktu yang tertentu untuk pengumpulan saliva. Metode ini mudah
dilakukan tetapi dapat menyebabkan perubahan komposisi saliva.
d Suction
Metode suction dilakukan dengan menggunakan suction tube untuk pengumpulan saliva dari dasar rongga mulut pasien dan metode ini tidak memerlukan
pasien yang kooperatif.
21
2.2 Kalkulus 2.2.1 Kalkulus Supragingiva
Kalkulus supragingiva merupakan kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak tepi gingiva. Sumber utama komponen kalkulus
supragingiva berasal dari saliva sedangkan sumber kalkulus subgingiva berasal dari cairan sulkus gingiva.
Jenis kalkulus ini banyak terdapat pada bagian lingual gigi depan rahang bawah dan jumlahnya semakin berkurang pada bagian bukal molar
rahang atas namun kalkulus tidak dapat dijumpai pada bawah batas gingiva margin di daerah poket gingiva. Warna kalkulus biasanya putih kekuning-kuningan tetapi dapat
dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau stein rokok. Konsistensinya keras seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skeler.
2,3
2.2.2 Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva atau dikenal sebagai kalkulus seruminal merupakan kalkulus yang berada di bawah batas gingiva margin, di daerah poket gingiva dan
tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Lokasi dan perluasanya dapat ditentukan dari pemeriksaan probing dengan alat eksplorer. Konsistensinya padat dan keras.
8 Biasanya ditemukan pada akar gigi di dekat batas apikal poket yang dalam dan dapat
ditemukan jauh lebih dalam sampai apeks gigi pada kasus yang parah
. 2,3
Gambar 1. Kalkulus Supragingiva
22
2.2.3 Komposisi Kalkulus
Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya di dalam mulut dan lokasi geografi dari individu. Komposisinya terdiri dari 80 massa
anorganik, air dan matriks organik.
3
2.2.3.1 Komponen Anorganik
Bahan anorganik kalkulus supragingiva terdiri dari 75,9 kalsium fosfat Ca
3
PO
4 2
, 3,1 kalsium karbonat CaCO
3
dan magnesium fosfat Mg
3
PO
4 2
serta sejumlah ion logam lainnya. Komponen anorganik utamanya adalah 39 kalsium, 19 fosfor, 0,8 magnesium, 1,9 karbon dioksida dan sejumlah kecil
logam seperti Na, Zn, Sr, Br, Cu, An, Al, Si, Fe dan F. Terdapat 4 jenis kristal yang membentuk struktur bahan anorganik yaitu 58 hidroksiapatit Ca
10
OH
2
PO
4 6
, 20,9 brushite CaHPO
4 2
, 21 magnesium whitlokite Ca
9
PO
3
XPO
4
dan oktakalsium fosfat Ca
4
HPO
4 3
. Biasanya pada setiap sampel kalkulus, bentuk kristal yang paling sering dijumpai adalah hidroksiapatit dan oktakalsium fosfat.
3,18
2.2.3.2 Komponen Organik
9 Komponen organik kalkulus terdiri dari campuran protein polisakarida yang
kompleks, sel-sel epitel yang mengalami deskuamasi, leukosit dan berbagai tipe mikoorganisme. Sekitar 1,9 sampai 9,1 komponen organik terdiri dari karbohidrat
seperti galaktosa, glukosa, rhamnosa, mannosa, asam glukuronik, galaktosamine, arabinase, asam galakturonik dan glukosamin. Sebanyak 5,9 sampai 8,2 protein
yang berasal dari saliva terdiri dari asam amino sedangkan 0,2 lipid terdapat dalam bentuk lemak netral, asam lemak bebas, kolesterol, kolesterol ester dan fosfat lipid.
3,18
2.2.4 Proses Pembentukan Kalkulus
Kalkulus merupakan plak bakteri yang termineralisasi tetapi tidak semua plak termineralisasi. Pembentukan kalkulus dimulai dengan akumulasi plak yang berperan
sebagai matriks organik untuk mineralisasi deposit. Presipitasi garam-garam mineral ke dalam plak sudah dapat dilihat hanya beberapa jam setelah deposisi plak, meski
umumnya keadaan ini berlangsung 2-14 hari setelah terbentuknya plak. Kalsifikasi plak juga mungkin terjadi dalam waktu 4-8 jam dalam segolongan individu. Mineral
pada kalkulus supragingival berasal dari saliva, sedangkan pada kalkulus subgingiva berasal dari eksudat cairan gingiva.
1,3
Ada beberapa teori yang sudah diperkenalkan sehubungan mekanisme mineralisasi plak awal. a Teori pertama menyatakan bahwa saliva dapat dianggap
sebagai larutan jenuh supernaturasi yang tidak stabil dari kalsium fosfat. Oleh karena tegangan karbon dioksida CO
2
relatif lebih rendah di dalam mulut, CO
2
akan keluar dari saliva bersama dengan deposisi kalsium fosfat yang tidak mudah larut. b Selama tidur, aliran saliva berkurang dan amonik terbentuk dari urea saliva,
menaikkan pH yang memungkinkan terjadinya pengendapan kalsium fosfat. c Protein dapat mempertahankan konsentrasi kalsium yang lebih tinggi tetapi jika
saliva berkontak dengan gigi, protein akan dikeluarkan dari larutan dan menyebabkan pengendapan kalsium dan fosfor.
3
10
2.2.5 Faktor Lain Yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan Kalkulus Supragingiva Dan Subgingiva