yang turut membaca karya tulis ini tentang tindak pidana eksploitasi pekerja anak yang kerap terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia; 2.
Agar pemerintah membentuk suatu rencana dan usaha nyata untuk dapat memberantas tindak pidana eksploitasi pekerja anak yang
kerap terjadi di berbagai wilayah di Indonesia yang telah nyata- nyata melanggar hak asasi anak dan menurunkan nama baik
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis terhadap Tindak Pidana Eksploitasi
Pekerja Anak di Indonesia”. Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan di perpustakaan dan
Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara itu dalam rangka membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau
belum terdapat di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka telah terbukti bahwa skripsi ini benar-benar m erupakan hasil pemikiran
dari penulis sendiri dan bukan berasal dari karya tulis orang lain. Bila ternyata terdapat judul dan permasalahan yang sama sebelum skripsi
ini dibuat, saya bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pengaturan Hukum
Hukum adalah seperangkat peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang
Universitas Sumatera Utara
dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan.
5
Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum adalah kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai sisi yang bersifat umum dan
normative, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh
dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.
6
Konsepsi mengenai peraturan hukum itu sendiri menurut A.V. Dicey terdiri dari 3 tiga elemen, yaitu :
1. Supremasi absolut hukum atas kekuasaan yang sewenang-wenang
termasuk kekuasaan bebas yang luas yang dimiliki pemerintah. 2.
Setiap warga negara adalah subyek hukum dari negara yang dilaksanakan di pengadilan umum.
3. Hak-hak tidak didasarkan pada pernyataan garis besar konstitusional
melainkan pada keputusan yang sebenarnya dari pengadilan. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa hukum sebagai
sesuatu yang paling berkuasa di suatu negara dimana adanya supremasi hukum yang bersifat absolut di suatu pemerintahan. Segala sesuatu yang
ada dalam hukum merupakan kekuasaan tertinggi dan mutlak yang harus ditaati oleh semua orang.
Dikatakan bahwa setiap warga negara adalah subyek hukum dari
5
J. C. T. Simonangkir, dkk, Kamus Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, Hal. 66
6
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta : Liberty, 1991, Hal. 38
Universitas Sumatera Utara
negara yang dilaksanakan di pengadilan umum, artinya setiap warga negara berhak melakukan perilaku hukum pada lingkup lalu lintas hukum.
Subyek dari hukum pada dasarnya adalah manusia. Jadi pada hakekatnya hukum itu diciptakan untuk semua orang yang terkait di dalamnya.
Pada pernyataan ketiga dikatakan bahwa hak-hak tidak didasarkan pada pernyataan garis besar konstitusional melainkan pada keputusan yang
sebenarnya dari pengadilan, artinya hukum tidak akan bias memberikan hak-haknya sebelum hakim di pengadilan mengeluarkan keputusannya.
Jadi berdasarkan pernyataan ini terdapat hal yang saling mempengaruhi antara hukum dan negara.
Peraturan-peraturan yang terdapat dalam pengertian hukum ini sendiri sangat berkaitan dengan peristiwa hukum pidana yang mana
hukum pidana merupakan keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak
pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap pelakunya.
7
Menurut Moeljatno, hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-
dasar dan aturan untuk:
8
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan
dan yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
7
http:id.m.wikipedia.orgwikihukum_pidana diakses pada 4 Juni 2015 pukul 8.15 WIB
8
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi Jakarta : Rineka Cipta, 2008, Hal 1
Universitas Sumatera Utara
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancam.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
Istilah tindak pidana sendiri berasal dari istilah yang dikenal dalam bahasa Belanda yaitu “ strafbaar feit “. Stafbaar feit terdiri dari tiga kata,
yakni straf, baar dan feit. Secara literlijk kata “straf” artinya pidana, “baar” artinya dapat atau boleh dan “feit” adalah perbuatan. Para ahli
hukum mengemukakan istilah yang berbeda beda dalam upayanya memberikan arti dari strafbaar feit.
Menurut R.Tresna, peristiwa pidana itu adalah sesuatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan Undang-
undang atau peraturan-peraturan lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman. Tidak ada persamaan pendapat
dikalangan para ahli tentang syarat yang menjadikan perbuatan manusia itu sebagai peristiwa pidana, oleh karena itu R. Tresna menyatakan, dapat
diambil sebagai patokan bahwa peristiwa pidana itu harus memenuhi syarat-syarat berikut ini :
9
a. Harus ada suatu perbuatan manusia;
b. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dilukiskan di dalam
ketentuan hukum;
9
Mohammad Ekaputra, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
c. Harus terbukti adanya “dosa” pada orang yang berbuat, yaitu
orangnya harus dapat dipertanggungjawabkannya; d.
Perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum; e.
Terhadap perbuatan itu harus tersedia ancaman hukumannya dalam undang-undang.
Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai
atau melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan
tersebut ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan peristiwa tersebut.
Dalam hal ini, maka setiap orang yang melanggar aturan-aturan hukum yang berlaku, dapat dikatakan bahwa orang tersebut merupakan
pelaku perbuatan pidana atau pelaku tindak pidana. Akan tetapi, perlu diingat bahwa aturan larangan dan ancaman mempunyai hubungan yang
erat, oleh karena itu antara peristiwa dengan orang yang menimbulkan peristiwa juga mempunyai hubungan yang erat pula.
Tindak pidana merupakan suatu dasar pokok dalam menjatuhi yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggungjawaban
seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya. Namun dalam hal ini harus berdasarkan asas legalitas Principle of legality, yaitu merupakan
asas yang mengatakan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan, biasanya ini lebih dikenal dalam bahasa latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia lege tidak ada delik,
tidak ada pidana tanpa peraturan terlebih dahulu, hal ini diungkapkan oleh Von Feurbach, seorang sarjana hukum pidana yang berasal dari Jerman.
Asas legalitas ini dimaksud mengandung 3 tiga pengertian, yaitu :
10
a. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika
hal itu belum dinyatakan dalam suatu aturan Undang-Undang terlebih
dahulu.
b. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan
analogi.
c.
Aturan-aturan hukum pidana tidak boleh berlaku surut. 2. Pengertian Pekerja Anak
Dalam upaya memahami pekerja anak, harus membedakan terlebih dahulu antara pekerja anak dan anak yang bekerja. Menurut Warsini, dkk anak yang
bekerja adalah anak yang melakukan pekerjaan karena membantu orang tua, latihan keterampilan dan belajar bertanggung jawab, misalnya membantu
mengerjakan tugas-tugas di rumah, membantu pekerjaan orang tua di lading dan lain-lain. Anak melakukan pekerjaan yang ringan dapat dikategorikan sebagai
proses sosialisai dan perkembangan anak menuju dunia kerja. Indikator anak membantu melakukan pekerjaan ringan adalah :
11
1. Anak membantu orang tua untuk melakukan pekerjaan ringan;
10
Moeljatno, Op.Cit, Hal 25
11
Warsini, dkk., Modul Penanganan Pekerja Anak Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI : 2005, Hal 10
Universitas Sumatera Utara
2. Adanya unsur pendidikanpelatihan;
3. Anak tetap sekolah;
4. Dilakukan pada saat senggang dengan waktu yang relatif
pendek; 5.
Terjaga keselamatan dan kesehatannya. Sedangkan, pekerja anak menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
menyebutkan bahwa pekerja anak adalah anak-anak baik laki-laki maupun perempuan yang teribat dalam kegiatan ekonomi yang mengganggu atau
menghambat proses tumbuh kembang dan membahayakan bagi kesehatan fisik dan mental anak. Anak-anak boleh dipekerjakan dengan syarat mendapat izin dari
orang tua dan bekerja maksimal 3 jam sehari.”
12
Menurut Warsini, disebut pekerja anak apabila memenuhi indikator antara lain :
13
1. Anak bekerja setiap hari;
2. Anak tereksploitasi;
3. Anak bekerja pada waktu yang panjang;
4. Waktu sekolah terganggutidak sekolah.
Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk memperkerjakan anak kecil Istilah pekerja anak dapat memiliki konotasi pengeksploitasian anak kecil atas
tenaga mereka dengan gaji yang kecil tanpa mempertimbangkan perkembangan kepribadian mereka, keamanan, kesehatan dan prospek masa depan.
14
3. Pengertian Eksploitasi Anak
12
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
13
Loc.cit
14
http:id.m.wikipedia.orgwikipekerja_anak diakses pada 2 April 2015 pukul 10.08 WIB
Universitas Sumatera Utara
Pengertian eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan
paksa, perbudakan atau praktit serupa perbudakan, penindakan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum
memindahkan atau mentransplantasi organ dan atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk
mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immaterial.
15
Menurut pasal 66 ayat 3 Undang-Undang No. 23 tahun 2002, adapun yang dimaksud dengan eksploitasi anak oleh orang tua atau pihak lainnya, yaitu
menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi ekonomi atau seksual terhadap anak.
16
Berdasarka n laporan UNICEF “The state of The World’s Children 1997”
UNICEF berkeyakinan bahwa pekerja anak adalah merupakan tindak eksploitasi apabila menyangkut :
17
1. Pekerjaan penuh waktu full time;
2. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja;
3. Pekerjaan menimbulkan tekanan fisik, sosial atau psikologis yang
tidak patut terjadi; 4.
Bekerja dan hidup di jalanan dalam kondisi buruk 5.
Upah tidak mencukupi; 6.
Tanggung jawab terlalu banyak;
15
http:www.kpai.go.idartikeltemuan-dan-rekomendasi-kpai-tentang-perlindungan- anak-di-bidang-perdagangan-anak-trafficking-dan-eksploitasi-terhadap-anak
diakses pada
tanggal 1 April 2015, 05.54 WIB
16
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
17
The state of The World’s Children 1997, Hal 24
Universitas Sumatera Utara
7. Pekerjaan yang menghambat akses pendidikan;
8. Pekerjaan yang mengurangi harga diri dan martabat anak-anak,
seperti perbudakan atau pekerjaan kontrak paksa dan eksploitasi seksual.
4. Pengertian Perlindungan Hukum
Menurut Hadjon, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi 2 hal, yakni :
18
1. Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum
dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat
bentuk yang defenitif. 2.
Perlindungan hukum represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa
Secara konseptual, perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan
terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila.
Perlindungan hukum ini berlaku terhadap siapa saja yang merupakan masyarakat Indonesia termasuk terhadap anak-anak. Adapun pengertian
perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan
dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu
18
http:statushukum.comperlindungan-hukum.html diakses pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 22.32 WIB
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kegiatan perlindungan anak
membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan
anak. Arif Gosita mengemukakan bahwa kepastian hukum perlu diusahakan
demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan
perlindungan anak.
19
Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu sendiri,
sehingga usaha yang dilakukan tidak berakibat negatif. Perlindungan anak dilaksanakan rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat yang mencerminkan
suatu usaha yang efektif dan efisien. Usaha perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan matinya inisiatif,
kreatifitas, dan hal lain yang menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tidak terkendali, sehingga anak tidak memiliki kemampuan dan
kemauan menggunakan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Menurut Soepomo dalam Asikin, perlindungan tenaga kerja dibagi
menjadi 3 tiga macam, yaitu :
20
1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam
bentuk penghasilan cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak
19
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia Bandung : PT Refika Aditama, 2008, Hal 33
20
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003, Hal 61
Universitas Sumatera Utara
mampu bekerja di luar kehendaknya. 2.
Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan
perlindungan hak untuk berorganisasi. 3.
Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.
Ketiga jenis perlindungan di atas mutlak harus dipahami dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh pengusaha sebagai pemberi kerja. Jika pengusaha melakukan
pelanggaran, maka dikenakan sanksi. Berdasarkan objek perlindungan tenaga kerja Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur
perlindungan khusus bagi pekerjaburuh perempuan, anak, dan penyandang cacat. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 menentukan bahwa
perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
21
Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung maksudnya kegiatan langsung ditujukan kepada anak
yang menjadi sasaran penanganan langsung. Kegiatan seperti ini dapat berupa antara lain dengan cara melindungi anak dari berbagai ancaman dari luar dan
dalam dirinya, mendidik, membina, mendampingi anak dengan berbagai cara, mencegah anank kelaparan dan mengusahakan kesehatannya dengan berbagai
cara, menyediakan sarana pengembangan diri, dan sebagainya. Perlindungan anak secara tidak langsung yaitu kegiatan tidak langsung ditujukan kepada anak, tetapi
orang lain yang melakukanterlibat dalam usaha perlindungan anak. Usaha
21
Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Universitas Sumatera Utara
perlindungan demikian misalnya dilakukan oleh orang tua atau yang terlibat dalam usaha-usaha perlindungan anak terhadap berbagai ancaman dari luar
ataupun dari dalam diri anak, mereka yang bertugas mengasuh, membina, mendampingi anak dengan berbagai cara; mereka yang terlibat mencegah anak
kelaparan, mengusahakan kesehatan, dan sebagainya dengan berbagai cara, mereka yang menyediakan sarana mengembangkan diri anak dan sebagainya.
22
B. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis penelitian ini adalah bersifat yuridis normatif. Sedangkan sumber data penelitian ini didapat melalui :
a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai segala peraturan
perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 Tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 Mengenai Usia
Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182
Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segala Penghapusan Bentuk- bentuk Pekerjaan Terburuk Pada Anak, Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
Keputusan Presiden, seperti Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Ratifikasi Konvensi Hak-
22
Abdul Khakim, Op.cit. Hal 37
Universitas Sumatera Utara
hak Anak, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2002 Tentang Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak, Peraturan Daerah Provinsi, seperti Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 5 Tahun 2004
Tentang Pencegahan
dan Penanggulangan
Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak, Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Anak, dan Peraturan Daerah Kabupaten, seperti Peraturan Kabupaten Kutai
Kartanegara Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Zona Bebas Pekerja Anak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Peraturan Daerah
Kabupaten Tulungagung Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Anak, serta peraturan lain yang berkaitan dengan
tindak pidana eksploitasi pekerja anak ini. b.
Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku literatur dan tulisan- tulisan hukum lainnya yang relevan dengan rumusan masalah.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam skripsi ini untuk mengumpulkan data adalah Library Research, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap
berbagai sumber bacaan, antara lain buku-buku, pendapat para sarjana, dan lain-lain yang diperoleh dari internet.
3. Analisis Data
Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data hakikatnya untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Data yang
diperlukan dalam skripsi ini berupa data sekunder yang diperoleh melalui
Universitas Sumatera Utara
studi kepustakaan yang dilakukan dengan mempelajari konsep hukum pidana yang mengatur tentang tindak pidana eksploitasi pekerja anak di Indonesia
dalam literatur hukum pidana. Data tersebut kemudian dianalisa secara kualitatif untuk memperoleh jawaban permasalahan skripsi ini.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II PENGATURAN
HUKUM TENTANG
EKPLOISTASI PEKERJA ANAK
Bab ini membahas tentang Pengaturan eksploitasi pekerja anak dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan Undang-
Undang, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, serta peraturandan membahas tentang ketentuan pidana terhadap
pelaku tindak pidana eksploitasi pekerja anak dalam instrumen hukum positif di Indonesia
BAB III PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA ANAK DI
INDONESIA
Bab ini membahas tentang pekerja anak sebagai korban eksploitasi, yaitu berupa bentuk-bentuk eksploitasi pekerja anak
dan faktor penyebab terjadinya eksploitasi pekerja anak, dampak dari tindak pidana eksploitasi pekerja anak serta hambatan
Universitas Sumatera Utara
pemerintah dalam menanggulangi eksploitasi pekerja anak.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang menguraikan tentang kesimpulan yang penulis dapatkan dari keseluruhan pembahasan, kemudian
dari kesimpulan tersebut penulis juga memberikan beberapa saran yang penulis harap dapat berguna bagi penyelesaian
permasalahan di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK
A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundang- undangan di Indonesia