Upaya Non-penal Upaya Negara dalam Menanggulangi Eksploitasi Pekerja Anak

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP-115MENVII2004 tentang Perlindungan bagi Anak yang Melakukan Pekerjaan untuk Mengembangkan Bakat dan Minat, akan dikenakan sanksi atas pelanggaran terhadap norma tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 187 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, diancam dengan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 satu bulan dan paling lama 12 dua belas bulan danatau denda paling sedikit Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. 3. Pada Pekerjaan-pekerjaan Terburuk untuk Anak Bagi setiap orang yang mempekerjakan dan melibatkan pekeja anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk dalam bentuk apapun sebagaimana telah dicantumkan dalam beberapa peraturan perundang- undang di Indonesia mengenai bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak, diantaranya tercantum dalam pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan akan dikenakan sanksi atas tindak pidana kejahatan yang telah dilakukannya sebagaimana telah diatur dalam Pasal 183 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diancam dengan sanksi pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 5 lima tahun danatau denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.

2. Upaya Non-penal

Universitas Sumatera Utara Jalur nonpenal lebih meni tikberatkan pada sifat “preventive” pencegahanpenangkalanpengendalian sebelum kejahatan terjadi. Dilihat dari sudut politik kriminal, kebijakan paling strategis melalui sarana “non- penal” karena lebih bersifat preventif sedangkan kebijakan “penal” mempunyai keterbatasan kelemahan yaitu bersifat fragmentaris simplistic tidak struktural fungsional; simptomantiktidak kausatiftidak eliminative; individualistic atau “offender orientedtidak victim oriented”; lebih bersifat represiftidak preventif; harus didukung oleh infrastruktur dengan biaya tinggi. 43 Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “non- penal” lebih bersifat tindakan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah mengangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain, berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh- suburkan kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut politik criminal secara makro dan global, maka upaya-upaya nonpenal menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal. 44 Adapun faktor-faktor kondusif yang menjadi penyebab terjadinya eksploitasi pekerja anak adalah keberadaan pekerja anak itu sendiri sebagaimana telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya. Keberadaan pekerja anak ini membuka peluang yang sangat besar bagi para pengusaha 43 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan Jakarta : Kencana, 2007. Hal 78 44 Barda Nawawi Arief, Opcit. Universitas Sumatera Utara untuk melakukan tindak pidana eksploitasi. Keberadaan pekerja anak ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor utama, yaitu diantaranya adalah kemiskinan, rendahnya pendidikan, adat dan sikap sosial masyarakat, dan sebagainya. Beberapa permasalahan tersebut merupakan suatu kondisi sosial yang menjadi faktor kondusif timbulnya tindak pidana eksploitasi terhadap pekerja anak, hal tersebut jelas tidak dapat diatasi semata-mata dengan upaya penal. Oleh karena itu perlu digunakan upaya nonpenal sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah-masalah sosial tersebut diantaranya dengan menggunakan jalur “kebijakan sosial” yang pada dasarnya adalah kebijakan atau upaya-upaya rasional untuk mencapai kesejahteraan bersama. Hal ini termasuk dalam prevention without punishment pencegahan tanpa pidana Dalam upaya penghapusan eksploitasi pekerja anak dan bentuk- bentuk pekerjaan terburuk lainnya bagi anak, Indonesia berkolaborasi dengan ILO dengan menyoroti sejumlah petunjuk utama bagi pengembangan kebijakan pendidikan yang akan datang sebagai instrument yang efektif untuk menghapus pekerja anak. Adapun beberapa upaya yang dilakukan adalah : 45 1. Meningkatkan pendidikan yang terintegrasi pada program pengentasan kemiskinan dan menghapus pekerja anak; 45 International Labour Organization, Menghapus Pekerja Anak di Indonesia : Dukungan 20 Tahun. Hal 37 Universitas Sumatera Utara 2. Memastikan ketersediaan keterampilan berbasis kompetensi dan pelatihan kewirausahaan menuju pekerjaan yang layak; 3. Meningkatkan semua program untuk mencegah anak-anak putus sekolah; 4. Menyelaraskan program pendidikan kesetaraan dengan system pendidikan formal; 5. Melaksanakan ujian nasional bagi siswa yang belajar di system pendidikan non-formal agar mereka termotivasi untuk mencapai stardar yang sama dengan pendidikan formal. Ini akan meningkatkan nilai pendidikannon-formal dari perpektif siswa dan calon pemberi kerja. Dalam penerapan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut tentu harus ada upaya lain berupa pengawasan untuk mengetahui apakah kebijakan pemerintah tersebut berjalan sebagaimana mestinya atau tidak. Untuk itu perlu diadakannya suatu sistim pengawasan tenaga kerja sebagai bentuk pengawasan sebagaimana tercantum dalam penjelasan pasal 16 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, yaitu berfungsi untuk : 1 Mengawasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum mengenai ketenagakerjaan; 2 Memberi penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan efektif dari peraturan-peraturan ketenagakerjaan; Universitas Sumatera Utara 3 Melaporkan kepada yang berwenang tentang kecurangan dan penyelewengan dalam bidang ketenagakerjaan yang tidak jelas diatur dalam perundang-undangan. Tujuan utama dari usaha-usaha non-penal ini adalah memperbaiki kondisi- kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempunyai pengaruh preventif terhadap kejahatan. Usaha-usaha non-penal ini misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka mengembangkan tanggung jawab sosial warga masyarakat; penggarapan kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama dan sebagainya; peningkatan usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja; kegiatan Karang Taruna, Pramuka, kegiatan pesantren kilat selama anak-anak libur sekolah; kegiatan patrol dan pengawasan lainnya secara kontinyu oleh polisi dan aparat keamanan lainnya, dan sebagainya. 46

C. Hambatan Pemerintah dalam Menanggulangi Eksploitasi Pekerja Anak