2. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Anak

rupiah sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Peraturan Daerah ini.

4. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Anak

Peraturan Daerah ini dibuat menimbang bahwa setiap anak agar kelak mampu memikul tanggungjawab, maka anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia, maka Pemerintah Daerah berkomitmen untuk melakukan upaya perlindungan anak termasuk pula pekerja anak guna mewujudkan kesejahteraan anak guna mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan penuh terhadap pemenuhan hak- haknya. Bagian kelima Peraturan Daerah ini mengatur tentang perlindungan anak bagi pekerja anak. Pasal 12 menyatakan bahwa,” Perlindungan bagi pekerja anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sej ahtera.” Pasal 13 ayat 2 Peraturan Daerah ini menyatakan bahwa setiap pekerja anak berhak mendapat perlindungan dari perlakuan eksploitasi. B. Ketentuan pidana terhadap pelaku tindak pidana eksploitasi pekerja anak dalam instrumen hukum positif di Indonesia Universitas Sumatera Utara Terdapat berbagai ketentuan pidana terhadap pelaku tindak pidana eksploitasi pekerja anak dalam instrument hukum positif di Indonesia. Diantaranya tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, hal ini diatur dalam Pasal 78 dan Pasal 88, yaitu berisi sebagai berikut : Pasal 78 “Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak dalam situasi darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi secara ekonomi danatau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya napza, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, padahal anak tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah.” Pasal 88 “Setiap orang yang mengeksploitasi ekonoomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, Universitas Sumatera Utara dipidana dengan pidan penjara paling lama 10 sepuluh tahun danatau denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah.” Dalam Undang-Undang tersebut, terlihat bahwa Undang-Undang tersebut tidak mengatur secara lebih rinci mengenai tindak eksploitasi pekerja anak, hanya menjelaskan mengenai ketentuan pidana terhadap eksploitasi ekonomi danatau seksual. 2. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak tidak mengatur secara lebih rinci mengenai tindak eksploitasi pekerja anak, namun hanya menjelaskan mengenai ketentuan pidana terhadap eksploitasi ekonomi danatau seksual. Pada kenyataannya, terdapat beberapa pembagian jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh anak itu sendiri. Hal ini diatur secara lebih rinci dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu sebagai berikut : 1. Pada Pekerjaan Ringan Pengusaha yang mempekerjakan anak pada kategori pekerjaan ringan ini harus memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam pasal 69 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu : a. Izin tertulis orang tua atau wali; b. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. Waktu kerja maksimal 3 tiga jam; d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu Universitas Sumatera Utara sekolah; e. Keselamatan dan kesehatan kerja; f. Adanya hubungan kerja yang jelas; dan g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelanggaran terhadap norma tersebut merupakan tindak pidana kejahatan sebagaimana diatur dalam pasal 185 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, diancam dengan sanksi pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 4 empat tahun danatau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 400.000.000,00 empat ratus juta rupiah. 2. Pada Pekerjaan Dalam Rangka Mengembangkan Bakat dan Minat Pengusaha yang mempekerjakan anak dalam kategori untuk mengembangkan bakat dan minta ini wajib memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam pasal 71 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP- 115MENVII2004 tentang Perlindungan bagi Anak yang Melakukan Pekerjaan untuk Mengembangkan Bakat dan Minat, diantaranya adalah : a. Di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali; b. Waktu kerja paling lama 3 tiga jam sehari; c. Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial dan waktu sekolah. Universitas Sumatera Utara Pelanggaran terhadap norma tersebut merupakan tindak pidana pelanggaran sebagaimana diatur dalam Pasal 187 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, diancam dengan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 satu bulan dan paling lama 12 dua belas bulan danatau denda paling sedikit Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. 3. Pada Pekerjaan-pekerjaan Terburuk untuk Anak Setiap orang dilarang untuk mempekerjakan dan melibatkan pekeja anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk dalam bentuk apapun sebagaimana telah dicantumkan dalam beberapa peraturan perundang-undang di Indonesia mengenai bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak, diantaranya tercantum dalam pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diantaranya adalah : a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan dan sejenisnya; b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian; c. Segala pekerjaan yang menfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; danatau; d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, Universitas Sumatera Utara keselamatan, atau moral anak. Serta terdapat pula dalam lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP-235MEN2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak. Hal tersebut disebabkan karena bentuk-bentuk pekerjaan terburuk tersebut dinilai dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, moral serta masa depan pekerja anak tersebut. Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap norma tersebut akan dikenakan sanksi atas tindak pidana kejahatan yang telah dilakukannya sebagaimana telah diatur dalam Pasal 183 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diancam dengan sanksi pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 5 lima tahun danatau denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. Universitas Sumatera Utara BAB III PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA ANAK DI INDONESIA

A. Pekerja Anak sebagai Korban Eksploitasi 1. Bentuk-bentuk Eksploitasi Pekerja Anak

Pada dasarnya, anak tidak diperbolehkan untuk bekerja, namun pada kenyataannya keadaan sosial-ekonomi memaksa mereka untuk bekerja. Meskipun Indonesia telah meratifikasi Konvensi ILO 1973138 yang menetapkan usia minimum diperbolehkan bekerja, yaitu 15 tahun, pemerintah Indonesia tidak dapat memberlakukannya dengan tegas. 27 Hal ini dapat dilihat dari Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu: Pasal 68 “Pengusaha dilarang memperkerjakan anak.” Namun, di pasal selanjutnya tertulis mengenai pengecualian larangan memperkerjakan anak, yaitu : Pasal 69 27 Hardius Usman dan Nachrowi Djalal Nachrowi, Op.Cit. Hal 2 Universitas Sumatera Utara