26
2.2.2. Intensitas Membaca
Banyak atau tidaknya informasi yang diperoleh dari membaca, tergantung dari intensitas membaca. Seseorang melakukan sesuatu kegiatan dikarenakan ada
dorongan dalam dirinya, dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus sering disebut intensif. Intensitas juga berhubungan dengan frekuensi, yaitu seberapa
sering kegiatan tersebut dilakukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, 383 dinyatakan bahwa intensitas merupakan keadaan tingkatan atau ukuran
intensnya. Arthur S Reber 1985, 366 mendefinisikan “intensity is as borrowed from physics a measure of quantity of energy”. Bahwa intensitas adalah sebagai
pinjaman dari fisik, suatu ukuran dari kuantitas energi, dapat juga dikatakan bahwa intensitas adalah tingkatan atau ukuran yang menunjukkan keadaan seperti
kuat, tinggi, bergelora, penuh semangat dan sangat emosional yang dimiliki oleh seseorang yang diwujudkan dalam bentuk sikap maupun perbuatan. Jadi dapat
dikatakan bahwa Intensitas merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan lebih dari satu kali dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat.
Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh
tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa intensitas membaca adalah jumlah waktu yang digunakan untuk membaca yang dilakukan secara cermat dan
hati-hati dengan tujuan untuk memahami seluruh isi teks buku secara mendalam dan detail.
27
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca
Membaca sangat penting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi, kenyataannya banyak orang yang belum menjadikan membaca sebagai suatu
kebiasaan dan kebutuhan. Hal ini yang menjadikan rendahnya minat seseorang terhadap kegiatan membaca. Rendahnya minat baca pada seseorang dapat
disebabkan berbagai faktor. Menurut Dawson dan Bamman 1960, 133-147 mengemukakan prinsip-
prinsip yang mempengaruhi minat baca sebagai berikut: a. Seseorang dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan
bacaan topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan, dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. Berdasarkan
prinsip itu, dapat ditegaskan bahwa setiap oarang memiliki kebutuhan dan kepentingan individual yang berbeda dengan orang lainnya.
Perbedan itu berpengaruh terhadap pilihan dan minat baca setiap individu sehigga setiap orang memilih buku atau bahan bacaan sesuai
dengan kenyataan dan kepentingannya sendiri. Prinsip itu termasuk prinsip psikologi.
b. Kegiatan dan kebiasaan membaca dinyatakan atau dianggap berhasil atau bermanfaat jika murid memperoleh kepuasan dan dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Setiap seseorang ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yaitu rasa aman, status dan
kedudukan tertentu, kepuasan efektif, dan kebebasan yang sesuai dengan kenyataan serta tingkat perkembangannya. Kebutuhan itu
berpengaruh terhadap pilihan dan minat baca masing-masing individu. Hal itu berarti bahwa ada pengaruh faktor psikologi terhadap minat
baca.
c. Tersedianya sarana buku bacaan kehidupan keluarga atau rumah tangga merupakan salah satu faktor pendorong terhadap pilihan bahan
bacaan dan minat baca setiap individu. Atas dasar prinsip itu, dapat ditegaskan bahwa pilihan dan minat baca setiap individu ada
kemungkinan didorong oleh kondisi atau status sosial ekonomi kehidupan keluarga atau rumah tangganya masing-masing. Dengan
kata lain, perwujudan minat baca murid didorong pula oleh faktor- faktor sosiologis.
d. Jumlah dan ragam bacaan yang disenangi oleh anggota-anggota keluarga ayah, ibu, dan saudara kandung juga berfungsi sebagai
salah satu pendorong pilihan bahan bacaan dan minat setiap individu. Atas dasar prinsip itu, dapat ditegaskan bahwa minat baca setiap
28
individu dapat timbul karena kebiasaan dan kesenangan anggota keluarganya itu dapat dilihat sebagai salah satu faktor pendorong yang
dimasukkan sebagai faktor sosiologis.
e. Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor
besar yang mendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca individu itu sendiri. Atas dasar prinsip itu, dapat ditegaskan bahwa
faktor kurikuler sangat mendorong terhadap timbulnya minat baca.
f. Adanya program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan seseorang membaca serta periodik di perpustakaan sekolah sangat
mendorong perkembangan dan peningkatan minat baca seseorang. Prinsip itu menegaskan bahwa kegiatan pelaksanaan pengajaran
membaca secara intensif dan ekstensif merupakan kegiatan kurikuler yang sangat mendorong dalam pembinaan, pengembangan, dan
peningkatan minat baca. Dengan kata lain, faktor kurikuler, yang berwujud pelaksanaan program membaca secara teratur
diperpustakaan sekolah, baik dengan bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru, merupakan faktor dominan yang mendorong
pembinaan, pengembangan, dan peningkatan minat baca seseorang.
g. Saran-saran teman sekelas sebagai faktor eksternal dapat mendorong timbulnya minat baca seseorang. Prinsip itu menegaskan bahwa
kegiatan belajar mengajar berupa tukar pengalaman, diskusi, dan sumbangan sara yang dilakukan individu dalam ruang kelas atau
diluar ruang kelas baik dengan pengarahan dan bimbingan guru maupun tanpa pengarahan dan bimbingan guru dapat mendorong
pemilihan bahan bacaan dan minat baca murid. Kegiatan belajar- mengajar yang memberikan kesempatan murid untuk saling
mempengaruhi dan sumbang saran dalam hal pemilihan bahan-bahan bacaan merupakan salah satu bentuk kegiatan kurikuler yang perlu
dimanfaatkan unruk pembinaan, pengembangan, dan peningkatan minat baca murid.
h. Faktor guru berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar-mengajar, khususnya dalam program pengajaran membaca,
kejelian guru dalam memperhatikan perbedaan selera dan minat baca seseorang sangat mendorong pembinaan, pengembangan, dan
peningkatan minat baca orang tersebut.
i. Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong perwujudan pemilihan buku bacaan dan minat baca murid. Prinsip itu menegaskan
bahwa perbedaan jenis kelamin secara psikologis dapat mendorong perwujudan selera dan minat baca seseorang.
Sedangkan menurut Rachman 1996, 06 faktor-faktor yang
mempengaruhi minat baca adalah:
29
a. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswamahasiswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan
mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.
b. Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi
buku. Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan membawa dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat,
karena internet merupakan sarana visual yang dapat disamakan dengan sumber informasi yang lebih up to date, tetapi hal ini disikapi
lain karena yang dicari di internet kebanyakan berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.
c. Banyaknya tempat-tempat hiburan seperti taman rekreasi, karaoke, mall, supermarket dan lain-lain.
d. Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan Ibu-Ibu yang sering mendongeng kepada putra-
putrinya sebelum anaknya tidur dan ini hanya diaplikasikan secara verbal atau lisan saja dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan
melalui bacaan.
e. Para ibu disibukkan dengan berbagai kegiatan di rumahdi kantor serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga waktu
untuk membaca sangat minim. f. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga
jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada dan kadang-kadang letaknya jauh.
Pendapat lain dikemukakan oleh Harris dan Sipay Mujiati, 2001: 24 yang menyatakan bahwa:
Minat baca dipengaruhi oleh dua golongan, yaitu golongan faktor personal dan golongan institusional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri anak itu sendiri meliputi: usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis. Faktor
institusional yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang meliputi: tersedianya buku-buku, status sosial ekonomi, dan pengaruh
orang tua, teman sebaya dan guru.
Dengan demikian minat membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seorang anak melainkan harus dibentuk. Perlu suatu upaya, terutama dari
kalangan pendidik, disamping dari lingkungan keluarganya sebagai lingkungan terdekat, untuk melatih, memupuk, membina, dan meningkatkan minat baca.
30
2.2.4. Pembinaan Minat Baca