Menurut Babba 2007 menunjukkan bahwa kawat kasa yang tidakterpasang pada semua ventilasi merupakan faktor risiko terjadinya malaria dan rumah yang
tidak memasang semua kawat kasa pada ventilasiberisiko terkena malaria 2,14 kali daripada orang yang rumahnyamemasang kawat kasa pada semua ventilasi.
5.1.3. Langit-langit
Hasil observasi menunjukan bahwa rumah penderita malaria yang tidak memiliki langit-langit adalah sebanyak 94,5.
Pada umumnya rumah penderita malaria tidak terdapat langit-langit. Rumah yang tidak terdapat langit-langit menyebabkan adanya celah antara dinding bagian
atas dengan atap yang dapat memudahkan nyamuk untuk masuk ke dalam rumah,sehingga penghuni rumah berpeluang terkena gigitan nyamuk. Hal ini
menyebabkan kondisi langit-langit dapat mempengaruhi terjadinya malaria. Untuk mencegah kejadian malaria sebaiknya rumah dilengkapi dengan langit-langit
seluruhnya. Menurut Pamela 2009 ada hubungan antara langit-langit rumah dengan
kejadian malaria dan besar hubungan tersebut dari odds ratio diperoleh 8,5yang berarti bahwa keluarga yang tinggal di rumah dalam kondisi tidakterdapat langit-
langit pada semua atau sebagian ruangan rumahmempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 8-9 kali dibandingkeluarga yang tinggal di rumah yang terdapat
langit-langit pada semuabagian ruangan rumah.
5.1.4. Suhu
Hasil observasi menunjukkan bahwa rumah penderita malaria yang berada antara 25-27ºC sebanyak 100 .
Universitas Sumatera Utara
Suhu ruangan rumah penderita malaria keseluruhanya berada pada suhu optimum untuk bertahan hidup nyamuk nyamuk. Hal ini menyebabkan nyamuk di
rumah penderita malaria populasinya tinggi, sehingga menyebabkan penghuni rumah berpeluang besar untuk terkena gigitan nyamuk dan menyebabkan meningkatnya
penularan penyakit malaria. Suhu optimum untuk nyamuk bertahan hidup adalah 25 – 27 ºC, nyamuk dapat
bertahan hidup dalam suhu rendah, tetapi proses metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu kritis pada suhu yang tinggi akan mengalami perubahan
proses fisiologisnyaDitjen PPM dan PLP, 2007.
5.1.5 Kelembaban
Hasil observasi menunjukkan rumah penderita malaria yang lembab atau dengan kelembaban
≥ 60 sebanyak 73 rumah 100. Rumah penderita malaria seluruhnya lembab, karena letak rumah yang berada
diatas dan sekitar rawa-rawa yang memungkinkan kelembabannya tinggi. Rumah yang lembab akan menentukan umur nyamuk, kelembaban yang tinggi
memperpanjang umur nyamuk dan memperbesar kesempatan parasit malaria untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik. Sistem pernapasan pada nyamuk dengan
menggunakan pipa udara disebut trachea dengan lubang lubang pada dinding tubuh nyamuk yang disebut spiracle. Spiracle yang terbuka tanpa ada mekanisme
pengaturanya, menyebabkan penguapan air dalam tubuh nyamuk yang dapat mengakibatkan keringnya cairan pada tubuh nyamuk pada saat kelembaban rendah.
Kelembaban juga mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit
Universitas Sumatera Utara
dan istirahat. Kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
Menurut peneltian Taharuddin 2002 bahwa ada hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan kejadian malaria, kelembaban mempengaruhi kejadian
malaria. Menurut peneltian Mardihusodo 1999 menyatakan bahwa kelembaban
udara menentukan rentang umur nyamuk, kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk dan mempersempit perkembangan parasit malaria untuk
menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik, kelembaban juga mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebisaan menggigit dan istirahat.
5.2. Gambaran Kondisi Lingkungan Sekitar Penderita Malaria 5.2.1. Semak-semak