Di Wilayah Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara angka Annual Parasit Index
API tahun 2011 adalah 16 per 1.000 penduduk dan terdapat tiga desa endemis yaitu Desa Bagan Dalam, Desa Suka Maju dan Desa Bogak. Angka
Annual Parasit Index API dari ketiga desa tersebut adalah Desa Bagan Dalam
sebesar 30 per 1.000 penduduk, Desa Suka Maju 9,3 Per 1.000 penduduk dan Desa Bogak 8 per 1.000 penduduk. Desa Bagan Dalam dengan Angka Annual Parasit
Index API tertinggi, angka ini menunjukan Desa Bagan Dalam merupakan daerah
endemis tinggi Dinkes Kabupaten Batu Bara, 2012.
1.2. Perumusan Masalah
Tingginya kasus malaria di Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara sebagai salah satu desa yang berpotensial terhadap terjadinya
malaria bila dibandingkan dengan desa lain karena kondisi fisik perumahan penduduk yang belum memenuhi persyaratan, adanya semak-semak, pertambakan
yang tidak terpelihara, rawa-rawa, dan parit. Hal inilah yang menjadi kontribusi peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat dibuat gambaran kondisi fisik rumah rumah dan lingkungan sekitar penderita Malaria di Desa Bagan
Dalam Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar penderita malaria di Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu
Bara.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kondisi fisik rumah penduduk seperti kerapatan dinding, kawat kasa pada ventilasi, langit-langit , suhu, dan kelembaban pada penderita malaria di
Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. 2.
Mengetahui kondisi lingkungan sekitar penderita malaria seperti semak-semak, pertambakan, rawa rawa, dan parit sekitar lingkungan penderita malaria di Desa
Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Berguna bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara dalam melaksanakan
Program penurunan kasus malaria.
2. Hasil penelitian berguna bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Batu
Bara Kecamatan Tanjung Tiram Desa Bagan Dalam untuk mengetahui lebih
jelas tentang perkembangbiakan spesies nyamuk Anopheles spp
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah. Penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. DepkesRI, 2008 Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan gigitan
serangga nyamuk Anopheles sppAchmadi, 2008. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk Anopheles betina. Dan
sebenarnya di dunia terdapat sekitar 2.000 spesies Anopheles, dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis
Anophele s, dan 24 spesies diantaranya telah terbukti sebagai penular malaria
Anies, 2006
2.1.1. Epidemiologi Penyakit Malaria
Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang menentukan distribusi malaria pada masyarakat dan memanfaatkan pengetahuan
tersebut untuk menanggulangi penyakit tersebut Harijanto, 2000. Dalam epidemiologi malaria ada 3 faktor yang harus selalu diperhatikan dan
diselidiki hubungannya yaitu: Host manusia, Agent penyebab penyakit, dan environment
lingkungan. Manusia disebut host intermedia, dimana siklus aseksual parasit malaria terjadi, dan nyamuk malaria disebut host definitif, dimana siklus
seksual parasit malaria berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium
yang merupakan protozoa obligat intraseluler. Ada empat spesies pada manusia adalah Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax ,dan Plasmodium ovale,
serta Plasmodium malariae. Pada manusia malaria dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles
betina, melalui transpusi darah, jarum suntik yang tercemar dan dari ibu hamil kepada janinnya Harijanto, 2000
Di Indonesia terdapat 4 spesies Plasmodium yaitu Achmadi, 2008: 1. Plasmodium vivax,memiliki distribusi geografis terluas termasuk wilayah beriklim
dingin, subtropik hingga daerah tropic. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivax antara
12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali.
2. Plasmodium falcifarum,Plamodium ini merupakan penyebab malaria tropika, secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria cerebral
dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan
gagal ginjal. 3. Plasmodium ovale . Masa inkubasi malaria dengan penyebab Plasmodium ovale
adalah 12 hingga 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri.
4. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah
Universitas Sumatera Utara
gunung dataran rendah pada daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini sering mengalami
kekambuhan.
2.1.3. Siklus Hidup Plasmodium
Untuk kelangsungan hidupnya parasit malaria memerlukan dua macam
siklus aseksual dalam manusia dan siklus seksual dalam tubuh nyamuk.
1 . Siklus Aseksual Dalam Tubuh Manusia Awal siklus ini ketika nyamuk Anopheles betina menggigit manusia dan
memasukkan sporozoit yang ada pada air liurnya ke dalam aliran darah manusia. Dan dalam waktu 30 – 60 menit memasuki sel parenkim hati dan berkembang
biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Parasit belum masuk ke sel-sel darah merah. Setelah akhir fase, skizon hati pecah , merozoit
keluar, kemudian masuk ke aliran darah, yang dikenal sporulasi. Pada Plasmodium vivax
dan Plasmodium ovale, sebagian sporozoit “tidur” untuk jangka waktu tertentu, sehingga menyebabkan relaps jangka panjang. Penyakit ini muncul
kembali, setelah tampak mereda beberapa lama. Pada penderita yang mengandung hipnozoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun, misalnya
akibat terlalu lelah, sibuk stress atau perubahan iklim musim hujan, hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke
eritrosit. Kemudian eritrosit yang berparasit pecah akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumya pernah menderita P. vivaxovale dan
sembuh setelah diobati, bila kemudian mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul kembali walaupun yang bersangkutan tidak digigit oleh
Universitas Sumatera Utara
nyamuk Anophesles. Fase eritrosit dimulai pada saat merozoit dalam darah menyerang sel-sel darah merah dan membentuk trofozoit. Proses berlanjut manjadi
trofozoit merozoit . Setelah 2 – 3 generasi, merozoit terbentuk , kemudian sebagian
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. 2.
Siklus Seksual Dalam Tubuh Nyamuk Nyamuk Anopheles betina mengisap darah manusia yang mengandung parasit
malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikrogametosit serta makrogametosit, dan
terjadilah zigotookinet. Dan ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Dan apabila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan
mencapai kelenjar liur nyamuk. Saat ini telah siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia Prabowo, 2004.
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervarisi tergantung
spsies Plasmodium. Masa preparatan adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikrokopis
Depkes RI, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Masa Inkubasi Penyakit Malaria Plasmodium
Masa Inkubasi hari
Plasmodium falcifarum 9 - 14 12
Plasmodium vivax 12 – 17 15
Plasmodium ovale 16 – 18 17
Plasmodium malariae 18 – 40 28
Sumber : DepkesRI, 2008
2.1.4. Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel
makrofag, monosit, atau limfosit yang mengeluarkan berbagi macam sitokin, antara lain TNF Tumor Nekrosis Factor. TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus
yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizon pada empat plasmodium memerlukan waktu 30 – 48 jam. Plasmodium vivaxPlasmodium
ovale 48 jam, dan Plasmodium malariae 72 jam. Demam Plasmodium falcifarum
dapat terjadi setiap hari, Plasmodium vivaxmalariae selang waktu satu hari, dan Plasmodium malariae
demam timbul selang waktu 2 hari Depkes RI, 2008. Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Plasmodium falcifarum menginfeksi semua sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivaxdan
Plasmodium ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2
dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium menginfeksi sel
Universitas Sumatera Utara
darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae
umumnya terjadi pada keadaan kronis Depkes RI , 2008.
Splemomegali, limpa merupakan organ retikuloendothetial, dimana plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel
radang ini akan menyebabkan limpa membesar. Malaria berat akibat plasmodium falcifarum
mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falcifarum
akan mengalami proses skustrai yaitu tersebarnya eritrosit tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob
yang berisi berbagai antigen Plasmodium falcifarum. Pada saat terjadi proses siadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler, akibat
dari proses ini terjadilah obstruksi penyumbatan dalam pembuluh darah kapiler yang menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbat ini juga didukung
oleh proses terbentuknya rosette yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berpusat dengan sel darah merah lainnya DepkesRI, 2008.
Pada proses sitoaderensi ini diduga juga terjadi proses imonologik yaitu terbentuknya mediator mediator antara lain sitokin TNF,Interkulin, dimana
mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu
DepkesRI, 2008. 2.1.5. Cara Penularan Penyakit Malaria
Penularan penyakit malaria dapat terjadi secara alamiah dan tidak alamiah Parasit sporozoa plasmodium yang menyebabkan malaria ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina infektif. Nyamuk Anopheles sebagian besar menggigit
Universitas Sumatera Utara
waktu malam hari atau senja, dan ada beberapa nyamuk yang menggigit pada tengah malam sampai fajar.
Penularan penyakit malaria Iskandar, 1985 1. Penularan secara alamiah
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. 2. Penularan yang tidak alamiah .
a. Malaria bawaan congenital Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan, karena ibunya menderita malaria dan
penularan ini terjadi melalui tali pusat atau plasenta. b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan
jarum suntik yang tidak steril. c. Secara oral melalui mulut
Penularan ini pernah dilakukan pada burung , ayam Plasmodium gallinasium, burung dara Plasmodium relection dan monyet Plasmodium knowlesi.
Sumber infeksi penyakit malaria pada manusia pada umumnya adalah manusia yag sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.
2.2. Hubungan Host, Lingkungan, dan Agent 2.2.1 Host
1. Nyamuk Anopheles spp Host Defenitif Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina, dan di Indonesia terdapat 80
spesies dan 24 spesies dianggap memiliki kemampuan untuk menjadi vektor
Universitas Sumatera Utara
penular penyakit malaria Anis, 2006. Nyamuk Anophelesterutama hidup didaerah tropik dan subtropik, namun juga bisa hidup didaerah yang beriklim sedang dan
bahkan didaerah Afrika. Anopheles jarang ditemukan didaratan lebih dari 2000- 2500 meter, sebagian besar nyamuk Anopheles ditemukan didaratan rendah.
Pemahaman terhadap bionomik nyamuk penular malaria sangat penting, bionomik adalah nyamuk dengan lingkungannya termasuk di dalamnya bagaimana
berhubungan dengan manusia sebagai lingkungan nyamuk. Bionomik nyamuk meliputi perilaku bertelur, larva, pupa, dan dewasa. Misalnya perilaku menggigit,
tempat dan kapan bertelur, serta perilaku perkawinan Achmadi, 2008 Peran nyamuk sebagai vektor penular malaria tergantung kepada beberapa faktor antara
lain Achmadi, 2008 : a.
Umur nyamuk Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit dalam tubuh nyamuk
untuk menjadi sporozoit yakni bentuk parasit yang siap menginfeksi manusia sehat. Apabila umur nyamuk lebih pendek dari proses sporogoni, yakni
replikasi parasit dalam tubuh nyamuk sekitar 5 sampai 10 hari, maka dapat dipastikan nyamuk tersebut tidak dapat menjadi vektor.
b. Peluang kontak dengan manusia
Tidak selamanya nyamuk memiliki kesempatan kontak dengan manusia, apalagi nyamuk hutan. Namun harus diwaspadai pada nyamuk yang memiliki
sifat zoofilik, meskipun lebih suka menghisap darah binatang, bila tidak dijumpai ternak juga menggigit manusia.
Universitas Sumatera Utara
c. Frekuensi menggigit nyamuk
Semakin sering nyamuk yang membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya, semakin besar kemungkinan berperan sebagai vektor penular penyakit
malaria. d.
Kerentanan nyamuk terhadap parasit itu sendiri Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi
kapasitas perut nyamuk itu sendiri yang menyebabkan nyamuk menjadi mati. e.
Ketersediaan manusia di sekitar nyamuk Nyamuk yang memiliki bionomik atau kebiasaan menggigit di luar rumah
pada malam hari, maka akan mencoba mencari manusia dan masuk ke dalam rumah dan setelah menggigit beristirahat di dalam rumah maupun di luar
rumah. f.
Kepadatan nyamuk Kalau populasi nyamuk terlalu banyak, sedangkan ketersediaan pakan
misalnya populasi binatang dan manusia di sekitar tidak ada maka, kepadatan nyamuk akan merugikan kepadatan nyamuk itu sendiri, sebaliknya bila satu
wilayah cukup padat, maka akan meningkatkan kapasitas vektor yakni kemungkinan tertular akan lebih besar. Nyamuk Anopheles menggigit antara
waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbeda-beda menurut spesiesnya.
Kebiasaan makan dan istirahat nyamuk Anopheles dapat dikelompokkan sebagai berikut Iskandar, 1985 :
a. Tempat hinggap atau istirahat
Universitas Sumatera Utara
1 Eksofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumah. 2 Endofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di dalam rumah.
b. Tempat menggigit 1 Eksofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah.
2 Endofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah. c. Obyek yang digigit
1 Antrofofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit manusia. 2 Zoofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit hewan.
3 Indiscriminate bitersindiscriminate feeders, yaitu nyamuk tanpakesukaan tertentu terhadap hospes;
d.Frekuensi menggigit manusia Frekuensi membutuhkan darah tergantung spesiesnya dandipengaruhi oleh
temperatur dan kelembaban, yang disebut siklusgonotrofik. Untuk iklim tropis biasanya siklus ini berlangsung sekitar48-96 jam.
Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa
terbawa sampai 30 km, nyamuk Anopheles bisa terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan malaria kedaerah yang non-Endemik
. 2. Manusia
Faktor yang berpengaruh pada manusia adalah Iskandar,1985 : a.
Polvalensi dari haemoglobin S HbS cukup tinggi penduduknya ternyata lebih tahan terhadap infeksi Plasmodium falcifarum. HbS terdapat pada
penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit turunanheredeter.
Universitas Sumatera Utara
b. Kurangnya enzim tertentu, yaitu enzim glukosa 6 fosfat dehidrogemase
G6PD ternyata memberi perlindungan terhadap infeksi Plasmodium falcifarum
yang berat. c.
Kekebalanimunitas Kekebalan bersifat humoral dengan seluruh kekebalan humoral disebabkan
oleh adanya antibody yang timbul dalam darah yang terdiri dari operonim presipitin dan aglutinin, sedangkan kekebalan ditimbulkan oleh makrofag dan
sel-sel yang dihasilkan oleh sistem retikulo-endotrelial dalam limpa, hati, dan sumsum tulang.
Sifat-sifat dari kekebalan malaria adalah Iskandar, 1985: 1
Darah yang mengandung parasit malaria. 2
Hanya aktif terhadap bentuk ekso eritrocositer dari parasit. 3
Spesifik terhadap spesies tertentu tidak ada cross community. 4
Segera menurunhilang setelah adanya infeksi berulang-ulang. 5
Umumnya lebih efektif, lebih cepat, bertahan lebih lama pada Plasmodium vivax
dapat Plasmodium falcifarum. d.
Umur dan jenis kelamin Ini sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan, pendidikan,
perumahan, imigrasi dan lain-lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa pada umumnya setiap orang bisa terkena malaria. Perbedaan prevelensi menurut
umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kebutuhan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk.Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa malaria pada ibu hamil akan menambah risiko
Universitas Sumatera Utara
kondisi imun yang lemah, berat badan lahir yang rendah, abortus, partus prematur dan kematian janin intrauterin Depkes RI, 1983.
Faktor-faktor genetik pada manusia yang dapat mempengaruhi terjadinya malaria dengan pencegahan invasi parasit kedalam sel, mengubah respon imunologik atau
mengurangi keterpaparan terhadap vektor.
2.2.2. Lingkungan
Faktor geografi dan meterorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia :
1. Lingkungan Fisik
a. Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga proses metabolisme dan
siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan, tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri terhadap perubahan-perubahan di luar tubuhnya.
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah tetapi proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila suhu turun sampai suhu kritis. Pada suhu yang
lebih tinggi dari 35 ºC, juga mengalami perubahan. Suhu rata-rata optimum untuk pertumbuhan nyamuk 25º – 27ºC. Toleransi suhu tergantung pada
species nyamuknya, species nyamuk tidak tahan pada suhu 5º – 6ºC Depkes RI, 2007.
Pengaruh suhu
Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan metabolisme yang sebagian diatur oleh suhu seperti lamanya masa pra dewasa, kecepatan
pencernaan darah yang dihisap, pematangan dari indung telur, frekuensi mengambil makanan atau mengigit berbeda-beda menurut suhu. Suhu juga
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20 dan 30º C. Makin tinggi suhu sampai batas tertentu makin
pendek masa inkubasi ekstrinsik siklus sporogoni dalam tubuh nyamuk dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
Pengaruh suhu berbeda dari setiap spesies pada suhu 26,7°C masa inkubasi ekstrinsik
untuk setiap spesies sebagai berikut Iskandar,1985 : 1 Plasmodiun falcifarum
: 10 – 12 hari
2 Plasmodium vivax :
8 – 11 hari 3 Plasmodium malariae
: 14
hari 4 Plasmodium ovale
: 15
hari
Kelembaban nisbi udara adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen DepkesRI, 2007. Rendahnya
kelembaban akan memperpendek umur nyamuk, walaupun tidak berpengaruh pada parasit. Pada Kelembaban kurang dari 60 umur nyamuk akan menjadi
pendek sehingga tidak cukup untuk siklus pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk DepkesRI, 2007. Kelembaban juga berpengaruh terhadap
kemampuan terbang nyamuk. Badan nyamuk yang kecil mempunyai permukaan yang besar oleh karena sistem pernapasan dengan trachea. Pada
waktu terbang, nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak sehingga trachea terbuka, dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih
besar. Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh dari penguapan, maka jarak terbang nyamuk terbatas. Kelembaban udara menjadi faktor yang
b.Pengaruh kelembaban nisbi udara
Universitas Sumatera Utara
mengatur cara hidup nyamuk, beradaptasi pada keadaan kelembaban yang tinggi dan pada suatu ekosistem kepulauan atau ekosistem hutan. Pada
kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
Hujan mempengaruhi naiknya kelembaban nisbi udara dan meningkatkan jumlah tempat perkembangbiakan
c. Pengaruh hujan