Pemberian Insentif Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 25 Tahun

Puskesmas Poncol sebagai IPWL memiliki SDM yang cukup dari segi kuantitas untuk menjalankan pelaksanaan wajib lapor, namun kurang dari segi kompetensii dan keahlian yang dimiliki seperti yang dikatakan oleh informan SI dan FL. Instrumen kebijakan yang diketahui oleh informan dari Puskesmas Poncol masih sangat sedikit dan kurang, namun semua informan menyatakan bahwa istrumen yang ada sudah aplikatif dalam penggunaannya.

4.2.3 Pemberian Insentif Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 25 Tahun

2011 Berdasarkan hasil wawancara mendalam, semua informan mengatakan bahwa tidak ada insentif yang diberikan pemerintah terhadap pelaksana peraturan. Berikut petikan jawaban dari informan: “Peraturan sudah bagus yaa mba… dalam pelaksanaannya Saya harapkan dari pihak masyarakatt ikut membantu dalam menjalankan ini sehingga kita bisa menjaring lebih banyak dan mengobati lebih cepat. Diharapkan pula kerjasama dari semua pihak termasuk orang tua karena narkotika itu tertutup yaa.. dinas juga supaya lebih perhatian lagi.” SI, 33 th “Peraturannya sudah cukup jelas, teknisnya dan bentuknya disederhanakan peraturannya, kemudian apa saja yang dilakukan. Dievaluasi lagi materi di peraturan tersebut sehingga masyarakat mau menjalankanya” T1, 48 th “Masing-masing stikholder mehamami betul tupoksinya, memahami betul situasi darurat narkotika seperti apa dan juga memahami secara professional tugas-tugas sesuai keahliannya. Jika itu bisa dilaksanakan saya yakin itu bisa berjalan” T2, 52 th Hasil wawancara menunjukan, semua informan mengatakan bahwa tidak ada insentif dari pemerintah. Namun ada klaim berupa alat yang diberikan untuk menunjang pelaksanaan program dari pihak ketiga yang bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan. Pernyataan tersebut kemudian dikonfirmasikan kepada informan triangulasi. Berikut petikan wawancara dengan informan triangulasi: Pernyataan diatas menunjukan bahwa adanya ketidakcocokan antara informasi dari informan utama dan informan triangulasi. Informan dari BNN mengatakan bahwa ada insentif dalam bentuk uang dari pemerintah dengan mengajukan klaim kepada Direktur Kesehatan Jiwa. Berikut petikan wawancara: “Selama ini ga ada mba, pling Cuma klaim pemeriksaan urinenya gituu aja mba.” SI, 43 th “Insentifnya nggak ada apa apanya mbak...bentuk materi paling juga metadhon itupun bukan dari pemerintah tapi dari pihak ketiga HCPI. Tapi pengajuan klaim nya kepada DKK itupun tidak banyak” FL, 33th “Ndak ada, biasanya dari lembaga donor mba..nanti mengajukan klaim lembaga donor yang bayar” T1,38 th “Ada, itu biaya dari pusat kalau dari medis dari Kementrian Kesehatan ada pagu anggarannya. Apakah ideal itu perlu dikaji” T2, 52 th “Iya uang, dia melakukan klaim ke direktur kesehatan jiwa. Itu sudah ada aturannya besar kecilnya ada berapa orang yang melakukan rehabilitasi itu diajukan klaim.” T2, 52 th Kondisi tersebut menunjukan masih kurangnya koordinasi mengenai informasi pengajuan klaim dalam pelaksanaan peraturan ini. Terlihat dari ketidak tahuan petugas mengenai adanya mekanisme pengajuan klaim terhadap pelaksanaan wajib lapor. Berdasarkan telaah dokumen pengajuan klaim dituliskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 37 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Wajib Lapor.

4.2.4 Koordinasi Antar Instansi Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 25