Dewasa ini terdapat sekitar 274 Institusi Penerima Wajib Lapor yang tersebar diseluruh Indonesia. Jawa tengah sendiri pada tahun 2011 memiliki
sebanyak 11 IPWL tersebar di Jawa Tengah dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 25 IPWL. Semarang sebagai pusat Jawa Tengah
memiliki tiga tempat yang ditunjuk oleh pemerintahan setempat sebagai IPWL yaitu RSUP Dr. Kariadi, RSJD Amino Gondohusodo, dan Puskesmas Poncol.
Pelaksanaan wajib lapor bagi pecandu narkotika melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik dari unsur pengambil kebijakan, institusi penerima
wajib lapor dan pecandu narkotika itu sendiri. Berikut beberapa unsur yang berpengaruh dalam pelaksanaan wajib lapor bagi pecandu narkotika adalah
sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia SDM
Aspek sumber daya manusia merupakan komponen penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan
proses implementasi
menuntut adanya
sumber daya
manusia yang
kompetenberkualitas Subarsono, 2013. Penyiapan SDM merupakan aktivitas yang harus direncanakan dan dijalankan dengan baik.
2. Insentif Pemerintah
Pemerintah telah berupaya mengatasi masalah minimnya angka pelapor pecandu narkotika. Salah satu upaya tersebut yang dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional Provinsi Jawa Tengah adalah memberikan imbalan sebesar Rp 100.000 bagi siapa saja pelapor untuk setiap satu pecandu narkotika dan lebih
menyesuaikan jumlah pecandu yang dibawa, utamanya yang mempunyai
keluarga, teman, atau sahabat yang menjadi pecandu narkotika. Hal ini dilakukan karena tidak mudah untuk mendapatkan para pecandu narkotika yang bersedia
lapor untuk direhap. Umumnya masyarakat bersikap sangat tertutup. Padahal dikhawatirkan bila mereka tidak melapor justru akan bisa tertangkap kepolisian
dan bisa dijatuhi hukuman penjara selama 6 bulan.
3. Koordinasi dan Keterpaduan Antar Organisasi
The policy document emphasizes the need for harmonization among various agencies involved in responding to drug use. However, a speciļ¬c input
and mechanism for achieving harmonization is missing. It does not appear that the process of policy formulation itself included a coordinated, multi-stakeholder
involvement. Atul Ambekar, Ravindra Rao, Alok Agrawal: 2013:375
Dokumen kebijakan menekankan perlunya harmonisasi antara berbagai
lembaga yang terlibat dalam menanggapi penggunaan narkotika. Namun, spesifik input dan mekanisme untuk mencapai harmonisasi tidak mungkin hilang. Proses
pembuatan kebijakan itu sendiri membutuhkan keterlibatan multi-stakeholder yang terkoordinasi.
Minimnya kerjasama antara institusi disebabkan oleh masih minimnya sosialisasi serta kejelasan mengenai peraturan ini. Masih banyak pihak yang hanya
sekerdar tahu tentang peraturan ini namun tidak memahami isinya. Keberhasilan pada setiap program diperlukan kerja sama yang baik agar terjalin koordinasi yang
baik pula sehingga program dapat terlaksana dengan baik. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 2171MENKESSKX2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika yang memuat beberapa hal yang esensial dari proses wajib lapor, yaitu:
1. Penetapan Tim Penerima Wajib Lapor