5. Evaluasi
Evaluasi  membuahkan  pengetahuan  yang  relevan  dengan  kebijakan tentang  ketidaksesuaian  antara  kinerja  kebijakan  yang  diharapkan  dengan  yang
benar-benar  dihasilkan.  Jadi  ini  membantu  pengambilan  kebijakan  pada  tahap penilaian  kebijakan  terhadap  proses  pembuatan  kebijakan.  Evaluasi  tidak  hanya
menghasilkan  kesimpulan  mengenai  seberapa  jauh  masalah  telah  terselesaikan  , tetapi  juga  menyumbang  pada  klarifikasi  dan  kritik  terhadap  nilai-nilai  yang
mendasari  kebijakan,  membantu  dalam  penyesuaian  dan  perumusan  kembali masalah.
2.1.3 Impementasi Kebijakan
Implementasi  kebijakan  adalah  pelaksanaan  pengendalian  aksi-aksi kebijakan  didalam  kurun  waktu  tertentu.  Implementasi  kebijakan  merupakan
aktivitas  yang  terlihat  setelah  dikeluarkan  pengarahan  yang  sah  dari  suatu kebijakan  yang  meliputi  upaya  mengelola  input  untuk  menghasilkan  output  atau
outcomes  bagi  masyarakat  Akib,  Haedar,  2010:1.  Implementasi  kebijakan merupakan bagian yang sangat penting, karena dalam pelaksanaan kebijakan akan
muncul konflik-konflik permasalahan sebagai akibat penerapan suatu kebijakan. Tanpa  adanya  implementasi,  maka  suatu  kebijakan  tidak  dapat  memberikan
manfaat apapun. Kemampuan implementasi antara satu negara dengan negara lain tidak sama.
Kebijakan  publik  diimplementasikan  oleh  badan-badan  pemerintah. Badan-badan  tersebut  melaksanakan  pekerjaan  pelaksanaan  kebijakan  tersebut
hari  demi  hari  sehingga  menuju  kinerja  kebijakan.  Implementasi  tersebut  dapat melibatkan banyak aktor kebijakan sehingga sebuah kebijakan bisa menjadi rumit.
Kerumitan  dalam  tahap  implementasi  kebijakan  bukan  hanya  ditunjukkan  dari banyaknya  aktor  kebijakan  yang  terlibat,  namun  juga  variabel-variabel  yang
terkait di dalamnya. Subarsono,2005: 89 Van  Meter  dan  Van  Horn,  1975  dikutip  oleh  Nawawi,  2009:181
mendefinisikan implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan baik oleh  individu  atau  pejabat-pejabat  atau  kelompok-kelompok  pemerintah  atau
swasta  yang  diarahkan  untuk  tercapainya  tujuan  yang  telah  digariskan  dalam keputusan  kebijakan.  Menurut  Mazmanian  dan  Paul  Sabatier,  1983  dikutip  oleh
Nawawi,  2009:181  implementasi  kebijakan  adalah  pelaksanaan  keputusan kebijakan  dasar,  biasanya  dalam  bentuk  Undang-undang,  namun  dapat  pula
berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan Badan Penelitian.
Keberhasilan  implementasi  kebijakan  akan  ditentukan  oleh  banyak variable atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu
sama lain. Dalam pandangan George C. Edwards III, 1980 dikutip oleh Nawawi, 2009:136 implementasi kebijakan dipengaruhi oleh 4 variabel, yaitu:
1. Komunikasi
Bahwa  suatu  kebijakan  akan  dapat  dilaksanakan  dengan  baik  jika  terjadi komunikasi  efektif  antara  pelaksana  program  kebijakan  dengan  kelompok
sasaran  target  groups.  Tujuan  dan  sasaran  dari  kebijakan  dapat  disosialisasikan secara baik sehingga dapat menghindari adanya distorsi dari kebijakan Nawawi,
2009:136.  Menurut  M.T  Myers  dan  G.E  Myers,  Komunikasi  merupakan  unsur pengikat berbagai bagian yang saling bergantung dari sitem itu. Tanpa komunikasi
tidak  akan  ada  aktivitas  yang  terorganisir.  Komunikasi  memungkinkan  struktur organisasi    berkembang  dengan  memberikan  alat-alat  kepada  individu-individu
yang  terpisah  untuk  mengkoordinir  aktivitas  mereka  sehingga  tercapai  sasaran bersama  Masmuh  A.2010:8.  Ada  3  hal  yang  diperlukan  untuk  mengukur
keberhasilan variabel komunikasi, yaitu: 1
Penyaluran  transmisi  yang  baik  akan  menghasilkan  implementasi yang baik pula
2 Kejelasan yang diterima oleh pelaksana kebijakan
3 Konsistensi yang diberikan dalam pelaksanaan kebijakan
2. Sumberdaya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi  apabila  implementor  kekurangan  sumber  daya  untuk  melaksanakan,
implementasi  tidak  akan  berjalan  efektif.  Sumberdaya  tersebut  dapat  berwujud sumberdaya  manusia,  yakni  kecukupan  baik  kualitas  maupun  kuantitas
implementor;  sumberdaya  finansial  dan  metoda.  Sumberdaya  adalah  faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.
3. Disposisi
Disposisi  adalah  watak  dan  karakteristik  yang  dimiliki  oleh  implementor, seperti  komitmen,  kejujuran,  sifat  demokratis.  Apabila  implementor  memiliki
disposisi  yang  baik,  maka  dia  akan  dapat  menjalankan  kebijakan  dengan  baik seperti  apa  yang  diinginkan  oleh  pembuat  kebijakan.  Ketika  implementor
memiliki  sikap  atau  perspektif  yang  berbeda  dengan  pembuat  kebijakan,  maka proses  implementasi  kebijakan  juga  menjadi  tidak  efektif.  Edwards  III
memasukkan  insentif  dalam  variabel  disposisi  sebagai  salah  satu  cara  untuk memotivasi para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan.
4. Struktur Birokrasi
Mencakup  dua  hal  penting,  yaitu  mekanisme  dan  struktur  organisasi pelaksana  sendiri.  Mekanisme  implementasi  kebijakan  biasanya  ditetapkan
melalui  Standard  Operating  Procedurs  SOP,  sedangkan  struktur  organisasi sejauh  mungkin  menghindari  hal  yang  terlalu  panjang  kompleks  dan  berbelit
karena  cenderung  melemahkan  pengawasan.  Ini  pada  gilirannya  menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Keempat  variabel  ini  memiliki  keterkaitan  satu  dengan  yang  lain  dalam mencapai tujuan dan sasaran kebijakan.
1. Karakteristik dari masalah tractability of the problems
1 Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan
2 Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran
3 Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi
4 Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan
2. Karakteristik  kebijakan  undang-undang  ability  of  statute  to  structure
implementation
1 Kejelasan isi kebijakan
2 Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis
3 Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut
4 Seberapa  besar  adanya  keterpautan  dan  dukungan  antar  berbagai
institusi pelaksana 5
Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana 6
Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan 7
Seberapa  luas  akses  kelompok-kelompok  luar  untuk  berpartisipasi dalam implementasi kebijakan
3. Variabel lingkungan nonstatutory variables affecting implementation.
1 Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi
2 Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan
3 Sikap dari kelompok pemilih constituency groups
1 Kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan
yang  dibuat  badan-badan  pelaksana  melalui  berbagai  komentar dengan maksud untuk mengubah keputusan
2 Kelompok
pemilih dapat
memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi  badan-badan  pelaksana  secara  tidak  langsung
melalui  kritik  yang  dipublikasikan  terhadap  kinerja  badan-badan pelaksana,  dan  membuat  pernyataan  yang  ditujukan  kepada  badan
legislatif 4
Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor. Menurut  Donald  S.Van  Meter  dan  Carl  E.Van  Horn,  1975  dikutip  oleh
Indiahono,  2009:39  ada  tujuh  variabel  yang  mempengaruhi  kinerja implementasi, yakni:
1. Standar  dan  sasaran  kebijakan,  harus  jelas  dan  terukur  sehingga  dapat
direalisir 2.
Kinerja kebijakan, merupakan penilaian terhadap pencapaian standar dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan
3. Sumberdaya, baik sumberdaya manusia maupun non-manusia
4. Hubungan  komunikasi  antar  organisasi,  diperlukan  koordinasi  dan
kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program 5.
Karakteristik  agen  pelaksana,  mencakup  birokrasi,  norma-norma  dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi
6. Kondisi  lingkungan  sosial,  politik  dan  ekonomi,  variabel  ini  mencakup
sumberdaya  ekonomi  lingkungan  yang  dapat  mendukung  keberhasilan implementasi kebijakan
7. Disposisi implementor sikap pelaksana, mencakup tiga hal penting:
1 Respons  implementor  terhadap  kebijakan,  yang  akan  mempengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan 2
Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan 3
Intensitas  disposisi  implementor,  yakni  preferensi  nilai  yang  dimiliki oleh implementor
2.1.4 Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2011